part 49

lanjoet>>>

Saya sudah tidak punya nomor hp nya lagi. Kemarin saya hapus karena emosi. Msnnya juga sudah saya delete. Tidak mungkin menanyakan kepada temannya. Yang saya kenal hanya Ika dan dia pun tahu saya pacaran dengan Tina, sodaranya sendiri.

Yang kenal Claudia dari teman-teman saya hanya Tina dan Janed. Tina sudah tidak mungkin. Bisa-bisa dia marah besar. Janed? Tidak ada kepastian bahwa dia bisa menjaga rahasia ini. Dia dekat dengan Tina. Pasti dia lebih membela teman baiknya sendiri. Wanita biasanya membantu sesama wanita jika dalam keadaan terdesak.

Mau tidak mau, saya harus berhadapan langsung dengan dia..

Tapi saya terlalu takut untuk menatap wajahnya...

Apa dia mau menghadapi saya? Melihat wajah saya? Sudah pasti dia akan jijik melihat saya. Seorang pria yang tega meninggalkan atau bahkan mencampakkan cinta yang sudah dipercayakan si wanita. Sakit hati yang pertama memang sulit untuk diobati. Sakit hati yang kedua akan menambah parah luka yang telah ada..

Tidak!

Saya harus punya keberanian. Toh maksud saya adalah minta maaf. Tidak lebih. Minta maaf atas segala kesalahan yang saya buat. Yang muncul karena kesalah pahaman bodoh. Muncul karena cemburu buta yang membutakan mata logika saya.

Saya tidak berpikir untuk balikan. Toh, saya sudah punya Tina. Saya hanya ingin kelak ketika saya bertemu dengan Claudia, kami tidak lagi punya dendam dari masa lalu. Itu saja..

Besok adalah hari Jumat. Dia pasti masih sekolah. Saya harus ke sekolah besok.

Sebentar.

Anak-anak kelas 3 kan sudah tidak bersekolah lagi. Kalau saya pergi ke sekolah dengan seragam lengkap. Saya bakal dicap sebagai orang berkelakuan paling bodoh dari satu sekolah. Berpakaian bebas sudah tidak mungkin. Pasti diusir satpam.

Cuma ada satu kesempatan. Ketika pulang. Claudia berjalan ke arah rumahnya. Saya kan tunggu dia di jalan tempat saya berciuman dengan Tina dihadapannya. Sial kenapa harus tempat itu..

SKIP

Hari Jumat, tanggal 24 April 2009, pukul 11.00 WIB

Saya bersiap-siap untuk berangkat. Sepanjang perjalanan, saya memikirkan kata-kata apa saja yang akan saya ucapkan. Pasti akan canggung sekali bertemu dengan dia. Saya takut saya tidak berani mengucapkan maaf.

Pukul 11.30

Saya tiba dilokasi. Masih ada 40 menit lagi. Saya harus ngapain? Menunggu..

Pukul 11.40



Tidak. Tidak. Kesannya saya seperti tidak berdosa. Saya yang meninggalkan dia..

Pukul 11.50



Tidak seperti itu. Kesannya saya angkuh sekali. Saya harus memikirkan kata-kata yang tepat. Saya tidak ingin membuat kesalahan dua kali

Pukul 12.00



Nampaknya ini pembuka yang baik. Selanjutnya apa yang harus saya katakan??

Pukul 12.10



Begitu juga baik, selanjutnya saya tinggal minta maaf dan menjelaskan bahwa kemarin itu hanya pura-pura. Tapi yang paling penting adalah saya harus mengatakan bahwa saya tidak bermaksud untuk menyakiti hatinya. Hemmm, mungkin ada sedikit maksud tersebut. Tapi itu karena salah paham tadi.

Pukul 12.20

Beberapa orang berseragam sekolah mulai melewati jalan-jalan ini. Claudia belum juga muncul. Ohya, dia itu sekretaris kelas, wajar saja kalau pulang lebih telat dari teman-temannya.

Pukul 12.30

Belum juga muncul.. Saya mulai takut dia tidak berangkat sekolah atau melewati rute lain.

Pukul 12.35

Itu dia! Dia! Claudia yang berjalan disitu.

Nampaknya dia menyadari kehadiran saya. Dia berjalan dengan kepala tertunduk.
Kalimat sudah disusun, saya harus berani!
Saya pun berjalan menghampiri dirinya..



>>>bersambung