- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#126
2.7. Kado untuk Boy 2
Masih dalam semedi bengong aku kembali berpikir, kenapa tiba-tiba Hanum mengambil langkah revolusionaris dengan mengajakku bicara.
Setelah kuingat-ingat akhir-akhir ini gerakan pendekatan oleh beberapa cewek ternyata semakin gencar. Sebut saja Riska yang udah mulai berani titip salam temple meski tanpa duit, atau juga si Fifi. Yah mau gimana lagi, sebagai cowok seganteng Hua Ce Li kayak aku gini memang serba salah.
Sepertinya persaingan tersebut membuat Hanum kebakaran jenggot meski dia gak jenggotan.
Well, taktik dan strategi perang yang jitu pun diluncurkan Hanum dengan misi search and destroy langsung ke titik sasaran tembak.
Hari semakin sore, waktu pulang menjelang. Aku sudah kehilangan konsentrasi mengikuti ekskul. Kau tahu Riyani? Kala itu aku sebenarnya belum benar-benar tertarik dengan masalah cinta. Aku masih bocah dan tak paham hal-hal seperti itu. Atau bisa jadi karena mungkin masa puber cewek lebih dulu datang daripada cowok? Sehingga ketika kami masih ingusan para cewek sudah berimajinasi tinggi tentang berpacaran ala Meteor Garden?
Tapi disatu sisi, dalam hati tersimpan juga perasaan ingin seperti teman-teman yang lain. Punya pacar yang bisa diajak pulang bareng, makan bareng, mandi bareng (di kamar mandi terpisah maksudnya), tidur bareng (di rumah masing-masing).
Anganku terbayang sosok Hanum.
Sebenarnya anaknya tidak jelek-jelek amat. Lumayan manis kalau dilihat dengan sedotan. Apalagi dia berkacamata sehingga terlihat lumayan imut dan gak amit-amit.
Aku mulai memikirkan peluang dan probabilitas yang mungkin terjadi diantara kami. Disaat inilah terasa ilmu matematika yang diajarkan Mr. Kempo sedikit berguna. Rumus peluang yang biasanya aku gunakan untuk main gaplek bareng teman-teman sekarang jadi terlihat naik level. hehe..
Aku mulai berpikir ala ahli matematika.
Jalan rumah kami sama, dengan demikian jika X itu Boy dan Y itu pulang bareng sama Hanum, dan Z adalah pembayaran angkot, maka X + Y = - Z alias aku bakal punya peluang minus pembayaran angkot alias dibayarin naik angkot. Horreee….
Aku pun mulai berpikir tentang hobi dan kesukaan kami. Setelah berusaha menjodoh-jodohkan bagai mak comblang tapi ternyata gagal. Hanya ada satu kesamaan diantara kami, aku suka nonton kartun yang bagi Hanum istilahnya adalah Anime.
Ya maklum lah anak desa tahunya kartun bukan anime. Aku mulai memikirkan ini dan itu dan probabilitas kesamaan kami mendekati nilai murni. Makin lama aku semakin larut dalam pikiranku sendiri.
Jam 16.00 tiba, bel tanda selesai ekskul bordering. Anak-anak berlarian keluar persis mahasiswa demo yang diserang anggota brimob. Aku melangkah keluar dengan malas sambil bergaya cool seperti tokoh-tokoh di anime.
Tiba-tiba aku ingat, ada hal yang lebih bikin males lagi. Hal itu adalah jalan satu-satunya keluar dari gedung sekolah bikinan Belanda ini adalah lorong panjang di ujung sana. Apalagi jam-jam segini sudah sepi bikin bulu kaki merinding. “Sial, pantas saja anak-anak pada lari cepet-cepet pulang,” keluhku. “Kenapa juga aku malah males-malesan keluar. Selain itu mana lagi para guru, kok sudah pada hilang sih?” Gerutuku.
Dengan takut-takut terpaksa aku pun buru-buru ngacir menuju lorong kelam sekolah kami biar tidak kemaleman.
Tiba-tiba, di ujung lorong sekolah aku melihat sesosok tubuh tampak berdiri dalam gelap.
Bulu kudukku merinding, apakah itu penampakan kuntilanak? Atau p*cong?
Angin bertiup semilir membuat leherku bergidik ngeri.
Jangan-jangan benar itu penampakan. Aduh Mami bagaimana ini, kalaupun putar balik tidak ada jalan lagi. Aku berjalan semakin pelan ke depan, lebih pelan daripada keong racun. Tiba-tiba sesosok itu samar-samar bergerak. Aku melihat dua kilatan yang tampak seperti matanya, badanku beku.
Sosok itu semakin mendekatiku. Oh Tuhan, save me pleaseee..![kaskus-image]()
Setelah kuingat-ingat akhir-akhir ini gerakan pendekatan oleh beberapa cewek ternyata semakin gencar. Sebut saja Riska yang udah mulai berani titip salam temple meski tanpa duit, atau juga si Fifi. Yah mau gimana lagi, sebagai cowok seganteng Hua Ce Li kayak aku gini memang serba salah.
Sepertinya persaingan tersebut membuat Hanum kebakaran jenggot meski dia gak jenggotan.
Well, taktik dan strategi perang yang jitu pun diluncurkan Hanum dengan misi search and destroy langsung ke titik sasaran tembak.
Hari semakin sore, waktu pulang menjelang. Aku sudah kehilangan konsentrasi mengikuti ekskul. Kau tahu Riyani? Kala itu aku sebenarnya belum benar-benar tertarik dengan masalah cinta. Aku masih bocah dan tak paham hal-hal seperti itu. Atau bisa jadi karena mungkin masa puber cewek lebih dulu datang daripada cowok? Sehingga ketika kami masih ingusan para cewek sudah berimajinasi tinggi tentang berpacaran ala Meteor Garden?
Tapi disatu sisi, dalam hati tersimpan juga perasaan ingin seperti teman-teman yang lain. Punya pacar yang bisa diajak pulang bareng, makan bareng, mandi bareng (di kamar mandi terpisah maksudnya), tidur bareng (di rumah masing-masing).
Anganku terbayang sosok Hanum.
Sebenarnya anaknya tidak jelek-jelek amat. Lumayan manis kalau dilihat dengan sedotan. Apalagi dia berkacamata sehingga terlihat lumayan imut dan gak amit-amit.
Aku mulai memikirkan peluang dan probabilitas yang mungkin terjadi diantara kami. Disaat inilah terasa ilmu matematika yang diajarkan Mr. Kempo sedikit berguna. Rumus peluang yang biasanya aku gunakan untuk main gaplek bareng teman-teman sekarang jadi terlihat naik level. hehe..
Aku mulai berpikir ala ahli matematika.
Jalan rumah kami sama, dengan demikian jika X itu Boy dan Y itu pulang bareng sama Hanum, dan Z adalah pembayaran angkot, maka X + Y = - Z alias aku bakal punya peluang minus pembayaran angkot alias dibayarin naik angkot. Horreee….
Aku pun mulai berpikir tentang hobi dan kesukaan kami. Setelah berusaha menjodoh-jodohkan bagai mak comblang tapi ternyata gagal. Hanya ada satu kesamaan diantara kami, aku suka nonton kartun yang bagi Hanum istilahnya adalah Anime.
Ya maklum lah anak desa tahunya kartun bukan anime. Aku mulai memikirkan ini dan itu dan probabilitas kesamaan kami mendekati nilai murni. Makin lama aku semakin larut dalam pikiranku sendiri.Jam 16.00 tiba, bel tanda selesai ekskul bordering. Anak-anak berlarian keluar persis mahasiswa demo yang diserang anggota brimob. Aku melangkah keluar dengan malas sambil bergaya cool seperti tokoh-tokoh di anime.
Tiba-tiba aku ingat, ada hal yang lebih bikin males lagi. Hal itu adalah jalan satu-satunya keluar dari gedung sekolah bikinan Belanda ini adalah lorong panjang di ujung sana. Apalagi jam-jam segini sudah sepi bikin bulu kaki merinding. “Sial, pantas saja anak-anak pada lari cepet-cepet pulang,” keluhku. “Kenapa juga aku malah males-malesan keluar. Selain itu mana lagi para guru, kok sudah pada hilang sih?” Gerutuku.
Dengan takut-takut terpaksa aku pun buru-buru ngacir menuju lorong kelam sekolah kami biar tidak kemaleman.
Tiba-tiba, di ujung lorong sekolah aku melihat sesosok tubuh tampak berdiri dalam gelap.
Bulu kudukku merinding, apakah itu penampakan kuntilanak? Atau p*cong?Angin bertiup semilir membuat leherku bergidik ngeri.
Jangan-jangan benar itu penampakan. Aduh Mami bagaimana ini, kalaupun putar balik tidak ada jalan lagi. Aku berjalan semakin pelan ke depan, lebih pelan daripada keong racun. Tiba-tiba sesosok itu samar-samar bergerak. Aku melihat dua kilatan yang tampak seperti matanya, badanku beku.
Sosok itu semakin mendekatiku. Oh Tuhan, save me pleaseee..
Diubah oleh azelfaith 27-04-2013 22:32
0
