- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#79
1.14. Thank You Mr. Kempo 4
Aku menanti detik-detik terakhir yang akan menimpa hidupku.
Ternyata aku tidak dihajar. Kemudian aku pun secepat kilat berlari ke kelas sebelah, dan sedetik kemudian kembali lagi ke hadapannya.
Kembali, aku secepat kilat menuju kelas sebelah, meminta ijin pada guru yang mengajar untuk memanggil Ito, Anang, dan Mita. Kemudian ketiga anak itu kugiring menuju Mr. Kempo.
Setelah mengantar mereka aku duduk terpekur di bangku depan pintu kelas sambil memegang kertas pemberian Mr. Kempo. Maksud hati hendak mengerjakan soal yang diberi tadi, tapi pandanganku teralih kepada tiga anak yang berjalan takut-takut masuk ke kelasku.
Seperti masuk ke panggung Guillotine aku bisa menebak akhir dari hidup mereka. Para siswa dikelas seakan-akan menjadi rakyat yang akan melihat hukuman mati kepada ketiga narapidana yang naik ke panggung pembantaian. Aku melihat dengan trenyuh dan juga lega. Trenyuh karena kasihan pada mereka. Lega karena sadar andai saja aku tak jujur, nasibku akan seperti mereka.
Mr. Kempo seperti tukang jagal berdiri dari tempat duduknya. Dengan mata menyala merah karena amarah dia memandang tajam mereka bertiga.
Mr. Kempo Enraged!!
Sedetik kemudian, efek super Saiyan penuh amarah keluar dari tubuh Mr. Kempo. Bak SonGoku tubuhnya bercahaya menyilaukan.
Oke ini lebay! Tapi sumpah, Mr. Kempo ngamuk-ngamuk. Persis seperti Arya Wiguna yang mengamuk kepada Eyang Subur. D E M I… TUUHAAAAANNN!!
Aku menjadi saksi bisu betapa tiga anak itu dihajar habis-habisan di depan kelas. D E M I … TUUUHAAAANN!!
Sejenak aku tersadar, sepertinya orang Saiya itu nyata dan salah satunya sedang mengamuk di depan kelasku.
Bak Buk Bak Buk..!!!
Plak Plak Plak!!
Ceetaaar… Cring-cring!!
Door door..!! Kaaameehaaaameeee…..!!!
===========================================================
Waktu istirahat tiba. Aku dan Ongki pun menghampiri Ito dan Anang. Tampak Ito sedang mengelus-elus perutnya.
Jadi mereka memberi nama di soal yang mereka kerjakan. Tapi mereka lupa, nama yang tertulis di cover depan adalah nama pemilik asli LKS tersebut.
Maka detektif Kempo pun dengan mudah menemukan para pelaku kejahatan tersebut.Yang aneh adalah, meski tampak mengerikan dan bagai pembantaian. Pukulan Mr. Kempo tidak mematikan. Terbukti ketiga anak itu masih hidup tanpa mengalami cacat fisik dan mental.
Kau tahu Riyani?? Kemudian aku sadar, kejujuran adalah harga mati yang harus dijunjung tinggi.
Aku bersyukur telah jujur, karena meski dihukum aku tak harus merasakan digampar Mr. Kempo. Ito, Anang, dan Mitha pun meski masih SMP ternyata telah berjiwa besar, mereka mengakui telah berbuat salah dan menerima gamparan Mr. Kempo dengan ikhlas tanpa melapor ke Komnasham. Sungguh mengharukan..
Mereka tidak seperti anak-anak jaman sekarang, sudah salah cuma diperingatkan saja sudah protes, melapor ke orang tuanya. Orang tuanya pun lucu, mereka malah membela anak-anaknya yang salah. Maka jadilah mereka generasi yang tak tahan banting dan menyerah pada cobaan yang ringan.
Mr. Kempo secara tidak langsung telah mengajari kami apa itu arti kejujuran dan berjiwa besar. Melalui kesalahan, kami belajar. Thank you Mr. Kempo.
Thank you very much.![kaskus-image]()
Quote:
Ternyata aku tidak dihajar. Kemudian aku pun secepat kilat berlari ke kelas sebelah, dan sedetik kemudian kembali lagi ke hadapannya.
Quote:
Kembali, aku secepat kilat menuju kelas sebelah, meminta ijin pada guru yang mengajar untuk memanggil Ito, Anang, dan Mita. Kemudian ketiga anak itu kugiring menuju Mr. Kempo.
Quote:
Setelah mengantar mereka aku duduk terpekur di bangku depan pintu kelas sambil memegang kertas pemberian Mr. Kempo. Maksud hati hendak mengerjakan soal yang diberi tadi, tapi pandanganku teralih kepada tiga anak yang berjalan takut-takut masuk ke kelasku.
Seperti masuk ke panggung Guillotine aku bisa menebak akhir dari hidup mereka. Para siswa dikelas seakan-akan menjadi rakyat yang akan melihat hukuman mati kepada ketiga narapidana yang naik ke panggung pembantaian. Aku melihat dengan trenyuh dan juga lega. Trenyuh karena kasihan pada mereka. Lega karena sadar andai saja aku tak jujur, nasibku akan seperti mereka.
Mr. Kempo seperti tukang jagal berdiri dari tempat duduknya. Dengan mata menyala merah karena amarah dia memandang tajam mereka bertiga.
Quote:
Mr. Kempo Enraged!!
Sedetik kemudian, efek super Saiyan penuh amarah keluar dari tubuh Mr. Kempo. Bak SonGoku tubuhnya bercahaya menyilaukan.
Oke ini lebay! Tapi sumpah, Mr. Kempo ngamuk-ngamuk. Persis seperti Arya Wiguna yang mengamuk kepada Eyang Subur. D E M I… TUUHAAAAANNN!!
Aku menjadi saksi bisu betapa tiga anak itu dihajar habis-habisan di depan kelas. D E M I … TUUUHAAAANN!!
Sejenak aku tersadar, sepertinya orang Saiya itu nyata dan salah satunya sedang mengamuk di depan kelasku.Bak Buk Bak Buk..!!!
Plak Plak Plak!!
Ceetaaar… Cring-cring!!
Door door..!! Kaaameehaaaameeee…..!!!
===========================================================
Waktu istirahat tiba. Aku dan Ongki pun menghampiri Ito dan Anang. Tampak Ito sedang mengelus-elus perutnya.
Quote:
Jadi mereka memberi nama di soal yang mereka kerjakan. Tapi mereka lupa, nama yang tertulis di cover depan adalah nama pemilik asli LKS tersebut.
Maka detektif Kempo pun dengan mudah menemukan para pelaku kejahatan tersebut.Yang aneh adalah, meski tampak mengerikan dan bagai pembantaian. Pukulan Mr. Kempo tidak mematikan. Terbukti ketiga anak itu masih hidup tanpa mengalami cacat fisik dan mental.Kau tahu Riyani?? Kemudian aku sadar, kejujuran adalah harga mati yang harus dijunjung tinggi.
Aku bersyukur telah jujur, karena meski dihukum aku tak harus merasakan digampar Mr. Kempo. Ito, Anang, dan Mitha pun meski masih SMP ternyata telah berjiwa besar, mereka mengakui telah berbuat salah dan menerima gamparan Mr. Kempo dengan ikhlas tanpa melapor ke Komnasham. Sungguh mengharukan..
Mereka tidak seperti anak-anak jaman sekarang, sudah salah cuma diperingatkan saja sudah protes, melapor ke orang tuanya. Orang tuanya pun lucu, mereka malah membela anak-anaknya yang salah. Maka jadilah mereka generasi yang tak tahan banting dan menyerah pada cobaan yang ringan.
Mr. Kempo secara tidak langsung telah mengajari kami apa itu arti kejujuran dan berjiwa besar. Melalui kesalahan, kami belajar. Thank you Mr. Kempo.
Thank you very much.
Diubah oleh azelfaith 19-04-2013 21:00
0




” Ito menjawab dalam bahasa jawanya yang kental. (Haduh, pasrah sudah aku boy. Matilah kita, yang lupa bawa LKS Cuma kita bertiga ini. Mati kang, mati)
Dia bertanya lantang sembari melempar tiga buah buku LKS tepat dihadapan muka mereka bertiga.
*lha dalah, ternyata bisa basa jawa juga (artinya NANTANG KAMU?)
dia bertanya sekali lagi.