Tak bisa dielakkan bahwasanya dulu ada beberapa guru yang galaknya Naudzubillah. Meski pun beberapa ada yang manis dan baik hati. Bos dari semua guru galak itu adalah Mr. Kempo, seorang guru matematika yang bentuknya seperti Mad Dog di film The Raid.
Dia itu Chuck Norrisnya SMPku. Bahkan sekarang aku tidak berani menulis namanya disini. Aku kuatir jika menulis namanya laptopku akan meledak karena saking ketakutannya.
Disinyalir dia itu jago kempo, jadi kunamai di Mr. Kempo. Dulu, aku bersama temanku, Iko, pernah secara tidak sengaja melihat stiker persatuan kempo di motor gregetnya. Stiker tersebut kecil tersembunyi, jadi mungkin sebenarnya Mr. Kempo suka menyimpan rahasia.
Namun, kalau dilihat-lihat stiker kempo itu mirip lambang NAZI jerman. Entah terbalik atau tidak bentuknya, aku lupa.Tapi yang jelas, aku curiga jangan-jangan dia anggota SS Nazi yang sedang menyamar. Perilakunya menyiratkan perilaku diktaktor yang bengis dan kejam dalam pelajaran matematika dengan slogan Mathematische Uber Alle.Bisa Jadi analisisku benar bahwa dia perwira SS yang menyamar, jadi ada baiknya rahasia ini disimpan dalam-dalam.
Ada satu pengalaman tak terlupakan yang kumiliki dengan Mr. Kempo. Bukan pengalaman cinta lho, tapi pelajaran hidup tentang buah kejujuran. Pada akhirnya aku paham, siapa yang menanam pasti akan menuai (gak nyambung jeeekk..)
Alkisah, suatu hari aku bangun kesiangan. Dengan terburu-buru aku berangkat ke sekolah. Syukurlah sopir angkot yang kutumpangi tak kalah skill dengan Michael Schumacher. Sampailah aku disekolah tepat waktu.
Tapi sampai dikelas aku teringat sesuatu. LKS matematikaku ketinggalaaaaan..!!! Faaak lah, bener-bener gak nyangka sama sekali, padahal semalam sudah kusiapkan semua, bahkan sudah jadi alas pengganti bantal tidurku. Untuk pulang kembali sudah tak mungkin karena jarak terlalu jauh, aku pun bingung.

Akhirnya Ito menjelaskan bahwasanya dia juga pinjam dari kelas sebelah dari sebelah kelasnya. Yo dawg, jadi kelas itu disebelahnya dari kelas sebelah yang bersebelahan dengan kelas sebelah kelasku.
Kelas yang anak-anaknya gak ada satupun yang aku kenal.
Kecuali seseorang yang waktu itupun aku tidak terlalu kenal, hanya tahu saja. Seseorang yang konon belum menyerah berjuang. Satu-satunya gladiatrix yang masih tersisa; Hanum.