Pada tahun 1989, seekor, eh.... seorang bayi montok bin imut membuka matanya di dunia.
Ya, bayi itu adalah aku, Riyani. Dan sewaktu aku lahir, kau kemungkinan belum ada karena masih digodok di kawah Candradimuka (Lu kate Gatotkaca.. - Editor).

Aku dilahirkan oleh manusia, bukan batu ya, karena aku bukan Sun gokong (ngelawak gan? - Editor). Ibuku seorang wanita (Ya mesti donk, mana ade laki ngelahirin.. - Editor) dan Ayahku seorang tentara , bukan Kapiten, jadi jalannya kagak prok-prok-prok.

Dilahirkan dalam lingkungan militer membuatku menjadi bocah nakal dulu, dan juga absurb tak jelas. Di pagi hari aku begitu manis makan bubur sarapan disuapi oleh ibu, disiang hari aku menyusup ke markas tentara bersama kawan-kawanku, SKSD dengan tentara jaga agar bisa barang sebentar memegang senapan, untung saja itu tanpa peluru.
Ketika masuk TK aku semakin liar. Kenakalanku merambah ke dunia balap liar dengan sepeda roda tiga.
Selain itu, pernah suatu ketika dengan sengaja aku menabrak seorang anak sekelas tanpa alasan yang jelas. Sepertinya dikarenakan persaingan antar geng. Waktu itu perseteruan ibarat antara Mafia dan Yakuza. Insiden itu terjadi begitu cepat dan berani, padahal anak itu sedang digandeng oleh Body guardnya (Babysitter). Tapi aku tak peduli. Dengan gagah kupacu sepeda roda tigaku dari arah belakang. Bak Mafia aku langsung babat habis tubuhnya. (Waduh, psikopat nih - Editor)

Sore harinya, Bos Yakuza.. eh maksudku ibu anak itu datang melabrak ke rumah. Oh my god!
Dia meminta ganti rugi pengobatan puskesmas anaknya. Walhasil setelah itu, jadilah diriku bulan-bulanan Bos Mafia.. eh maksudku Ibuku. Dihajarlah habis-habisan dengan sapu dan segala peralatan rumah tangga.

Sejak saat itu aku akhirnya sadar, diatas awan masih ada awan. Diatas anak Mafia masih ada Bos Mafia.

Dan kelak, apabila nanti anakmu sepertiku dulu. Kuharap pelatihanmu di kawah Candradimuka mampu menaklukkannya..