- Beranda
- Stories from the Heart
AKU, GURU YG MENJADI PENGANTIN MURID SENDIRI
...
TS
darfar
AKU, GURU YG MENJADI PENGANTIN MURID SENDIRI
Index :
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Disclaimer
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34 [URL="http://www.kaskus.co
.id/show_post/516ba7b50b75b4cf6e000011/406/"]Part35[/URL]
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Penutup dari TS
Yuk Mulaaai....
Part 1
Sebut saja aku Vani, anak sulung dari 3 bersaudara. Sejak sekolah hingga kuliah semester 2, kehidupanku baik-baik saja. Ibuku seorang ibu rumah tangga, 24 jam berada di rumah mengurus kami. Ayahku pegawai sebuah perusahaan, bukan pejabat tinggi, tapi penghasilannya cukup utk menghidupi kami sekeluarga. Kami anak-anaknya tidak memikirkan apa2 selain belajar dan menuntut ilmu. Itu yang aku alami sampai di bangku kuliah semester 2. Setelah memasuki semester 3, semua berubah...
Ayah terkena PHK dari tempatnya bekerja..
Pada malam itu, kejadian yg tdk akan pernah kulupakan. Ayah memanggilku :
Sebenarnya aku blm tau apa yg bisa kulakukan utk mendapatkan uang utk biaya kuliah. 3 minggu lagi batas akhir pembayaran uang semester...
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Disclaimer
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34 [URL="http://www.kaskus.co
.id/show_post/516ba7b50b75b4cf6e000011/406/"]Part35[/URL]
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Penutup dari TS
Yuk Mulaaai....
Part 1
Sebut saja aku Vani, anak sulung dari 3 bersaudara. Sejak sekolah hingga kuliah semester 2, kehidupanku baik-baik saja. Ibuku seorang ibu rumah tangga, 24 jam berada di rumah mengurus kami. Ayahku pegawai sebuah perusahaan, bukan pejabat tinggi, tapi penghasilannya cukup utk menghidupi kami sekeluarga. Kami anak-anaknya tidak memikirkan apa2 selain belajar dan menuntut ilmu. Itu yang aku alami sampai di bangku kuliah semester 2. Setelah memasuki semester 3, semua berubah...
Ayah terkena PHK dari tempatnya bekerja..
Pada malam itu, kejadian yg tdk akan pernah kulupakan. Ayah memanggilku :
Quote:
Sebenarnya aku blm tau apa yg bisa kulakukan utk mendapatkan uang utk biaya kuliah. 3 minggu lagi batas akhir pembayaran uang semester...
Diubah oleh darfar 06-10-2014 22:56
pulaukapok dan 11 lainnya memberi reputasi
12
259.3K
687
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
darfar
#309
apdetan sekali lagi niih.., sebelum pulang kantor.. 
PART 27
Akhirnya tibalah waktu keberangkatan Rendi ke Amrik.
Pesawatnya berangkat jam 10 malam..
Pagi2 Rendi sudah menjemputku di rumah., mau memanfaatkan menit2 terakhir disini bersamaku katanya.....
Rendi mengajakku sarapan di alun-alun., jalan santai di taman kota., nonton di bioskop., makan di kafe... Sambil menunggu makanan datang, kami menikmati alunan musik yg dibawakan band di kafe itu.. Lagunya semangat. Memberikan keceriaan diantara kami.
Ketika lagunya berganti menjadi lagu yg lebih slow., Rendi berkata “Hmm...aku mau kasih sesuatu niih., tutup matanya dulu dong yaang...”. Aku menutup mataku. “Jangan dibuka sampe aku suruh yaa..”kata Rendi.
Ku rasakan Rendi memegang tanganku... Dia menyelipkan sesuatu disana..
“yaa. Sekarang sudah boleh dibuka matanya..” katanya.
Cincin itu melingkar di jari manisku. Sebuah cincin sederhana berukirkan huruf ‘CRV’ yg berlekuk indah...
Sebutir bening keluar diujung mataku.. Tuhan..., trimaksh Kau anugrahi cinta yg indah ini untukku.... Sementara itu alunan musik romantis mengilhami Rendi untuk mengajakku berdansa. Kami berdansa sampai makanan kami terhidang di meja......
Setelah kenyang makan di kafe, Rendi membawaku ke suatu bukit kecil. Kami naik ke puncaknya, dan duduk di rerumputan.
Rendi tersenyum, memegang dan mencium tanganku.
Lalu dia merebahkan kepalanya di pangkuanku. Memejamkan matanya menikmati semilir angin yg bertiup...
Stengah jam kemudian kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.. Aku membangunkan Rendi. “Ren.., Rendi...” kupanggil namanya sambil mengguncang halus tubuhnya. Tidak ada reaksi apa-apa.. “Rendii...” kukeraskan sedikit suaraku. “Rendii.......” aku mulai panik., kupegang dahinya, kuperiksa denyut nadi di pergelangan tangannya..........

PART 27
Akhirnya tibalah waktu keberangkatan Rendi ke Amrik.
Pesawatnya berangkat jam 10 malam..
Pagi2 Rendi sudah menjemputku di rumah., mau memanfaatkan menit2 terakhir disini bersamaku katanya.....
Rendi mengajakku sarapan di alun-alun., jalan santai di taman kota., nonton di bioskop., makan di kafe... Sambil menunggu makanan datang, kami menikmati alunan musik yg dibawakan band di kafe itu.. Lagunya semangat. Memberikan keceriaan diantara kami.
Ketika lagunya berganti menjadi lagu yg lebih slow., Rendi berkata “Hmm...aku mau kasih sesuatu niih., tutup matanya dulu dong yaang...”. Aku menutup mataku. “Jangan dibuka sampe aku suruh yaa..”kata Rendi.
Ku rasakan Rendi memegang tanganku... Dia menyelipkan sesuatu disana..
“yaa. Sekarang sudah boleh dibuka matanya..” katanya.
Quote:
Cincin itu melingkar di jari manisku. Sebuah cincin sederhana berukirkan huruf ‘CRV’ yg berlekuk indah...
Quote:
Sebutir bening keluar diujung mataku.. Tuhan..., trimaksh Kau anugrahi cinta yg indah ini untukku.... Sementara itu alunan musik romantis mengilhami Rendi untuk mengajakku berdansa. Kami berdansa sampai makanan kami terhidang di meja......
Setelah kenyang makan di kafe, Rendi membawaku ke suatu bukit kecil. Kami naik ke puncaknya, dan duduk di rerumputan.
Quote:
Rendi tersenyum, memegang dan mencium tanganku.
Lalu dia merebahkan kepalanya di pangkuanku. Memejamkan matanya menikmati semilir angin yg bertiup...
Stengah jam kemudian kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.. Aku membangunkan Rendi. “Ren.., Rendi...” kupanggil namanya sambil mengguncang halus tubuhnya. Tidak ada reaksi apa-apa.. “Rendii...” kukeraskan sedikit suaraku. “Rendii.......” aku mulai panik., kupegang dahinya, kuperiksa denyut nadi di pergelangan tangannya..........
0