lanjoet>>>



Saat itu, secara refleks, mata saya mengarah ke wajah Willy. Dan pada saat itu saya sadar, wajahnya terliat sedikit murung atau lebih tepatnya seperti tidak rela. Walaupun raut mukanya memang seperti itu, dan itulah mengapa dia begitu ditakuti karena wajahnya yang masam. Tapi ada yang berbeda, saya yakin itu dari wajah Willy.



Malam itu terasa sangat senyap. Saya sendiri belum percaya bahwa Lisa mengatakan hal seperti itu. Rasanya seperti itu hanya imajinasi atau bayangan saja. Tapi yang saya tahu adalah suasana disekitar saya terasa sangat dingin. Dingin karena tidak ada lagi yang berani bersenda gurau. Rasanya mereka semua kompak untuk diam seribu bahasa..

Tanpa terasa pesanan kami akhirnya lengkap. Mi ayam, bakso, sate padang, lontong malam, indomie rebus, dll sudah menghiasi meja panjang kami. Tapi suasananya terasa tetap senyap.



Robert berteriak lantang untuk mencairkan suasana. Ternyata cara itu berhasil, ada beberapa teman lain yang ikut mengucapkan hal yang sama. Senda gurau pelan-pelan mulai terdengar. Dan rasa-rasanya suara mesin mobil yang menderu kembali terdengar.

Acara makan-makan berlangsung cukup lama. Banyak yang mulai bernostalgia menceritakan kekonyolan kami sekelas selama tiga tahun. Inilah tahun terakhir kami, entah kapan lagi kami bisa bertemu dan duduk semeja untuk sekedar bercanda seperti sekarang. Saya mulai menyadari bahwa kenangan ini pasti akan abadi selamanya.

Tiba akhirnya kami pulang. Kami berangkat dengan 6 mobil. Saya sendiri membawa mobil dari rumah. Kami membagi-bagi penumpang berdasarkan arah tujuan pulang. Yang searah pastilah satu mobil. Saat itu teringat dengan kejadian pengakuan Lisa barusan. Saya pun mendekati Robert.



Rumah saya dengan Robert cukup berlawanan. Untungnya Lisa juga berlawanan dari kami berdua. Jadi Lisa ada di mobil yang berbeda.

Saya mengantarkan ke lima teman saya yang lain pulang ke rumah. Setelah itu saya memutar stir dan membuka percakapan dengan Robert



Saya memutar stir menuju Lapangan Merdeka, disitu ada foodcourt bernama Merdeka Walk. Banyak jajanan ada disitu, tapi yang jelas semua mahal-mahal. Jadi daripada menghabiskan uang untuk jajanan yang harganya tidak pantas, saya lebih senang memilih restoran cepat saji seperti McD, karena harganya memang cocok dengan makanannya.

Setelah memesan sebuah Coke Float, saya memilih meja di pojokan dengan Robert.



Tiba-tiba hp saya bergetar, sebuah telepon masuk dari nama kontak yang saya kenal. Disitu tertulis "MAMA"



Setelah mengantar Robert pulang, pikiran saya larut dalam sebuah pertanyaan. Kenapa Lisa masih ngajak saya balikan? Apa mungkin sebelumnya dia juga minta Willy untuk balikan? Tapi ditolak? Kabar Willy pacaran juga belum tersebar. Ahh, pasti seperti itu.

Hp Saya kembali bergetar, saya pikir telepon, ternyata sms dari Claudia



Setidaknya saat ini saya tidak perlu memikirkan Lisa, karena saya sudah punya Claudia. Semoga saja, kisah kami tidak berakhir seperti Lisa atau mantan-mantan lainnya.

>>>bersambung