- Beranda
- B-Log Personal
Love. War. Arkia.
...
TS
TechnoDemon
Love. War. Arkia.
Quote:
Original Posted By TechnoDemon
Prologue
Tahun 2171. Umat manusia terancam punah. Peperangan terjadi dimana-mana antara satu dengan yang lainnya. Mereka mengatasnamakan kebenaran dan keadilan untuk maksud licik mereka yang tersembunyi. Tak sedikit pula yang terang-terangan berperang untuk melebarkan kekuasaan serta menyebarluaskan ideologi mereka.
Di antara sengitnya peperangan, beberapa pengungsi yang tak menginginkan perang pun bersatu. Mereka bersembunyi di tempat-tempat yang sudah porak poranda agar bisa terhindar dari ganasnya mesin perang yang cumiakkan telinga. Beberapa di antara mereka adalah ilmuwan-ilmuwan hebat dari berbagai bidang yang berhasil melarikan diri dari pihak-pihak yang menginginkan keahlian mereka untuk diterapkan di medan tempur. Mereka tahu, mereka tak akan mampu bertahan selamanya di tempat persembunyian. Mereka semua juga memiliki firasat yang sama tentang luluh lantaknya bumi yang diakibatkan oleh para manusia itu sendiri yang tak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Sehingga mereka pun sepakat untuk membuat pesawat terbang yang bisa menerbangkan mereka semua dan semua pengungsi lainnya untuk hijrah ke tempat yang jauh lebih aman: Luar angkasa.
Masalah beberapa kali menghinggapi usaha mereka. Kadang mereka berbeda pendapat soal rancangan mesinnya atau destinasi pesawat itu jika sudah jadi nantinya, kadang juga mereka kesulitan saat membuatnya karena sumber daya yang terbatas.
12 tahun berlalu. Pesawat terbang, atau lebih tepatnya, pesawat ulang-alik itu selesai dibuat. Mereka menamainya Noah's Ark sesuai dengan cerita tentang bahtera yang digunakan oleh Nuh pada saat ingin menyelamatkan manusia dari bencana banjir besar yang menyapu bersih dataran bumi. Meski awalnya mereka ragu menggunakannya karena belum pernah diujicobakan, mereka tetap berbondong-bondong menaiki pesawat itu dengan menaruh harapan besar pada ilmuwan yang memenangkan pilihan soal destinasi pesawat. Destinasi yang meskipun masih belum jelas keadaannya itu dia menangkan karena merupakan teori yang memiliki bukti terbanyak dan terkuat akan dukungan kehidupan di antara pilihan destinasi yang lain.
Keadaan kota Kilkenny yang sudah hancur membuat kota itu luput dari pengawasan tentara negara penguasa terdekat, sehingga Noah's Ark bisa lepas dari atmosfer bumi tanpa gangguan yang berarti. Hanya sampah-sampah satelit yang bertebaran di orbit bumi-lah satu-satunya kendala karena sampah-sampah itu sangat banyak sehingga sulit untuk tidak menabrak untuk melaluinya.
Semua penumpang bersorak bahagia saat pesawat itu sudah tak lagi dipengaruhi gravitasi bumi. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara karena sang kapten yang menahkodai pesawat itu hanya bisa menjanjikan 9 tahun sebagai waktu tercepat untuk menempuh 13 tahun cahaya menuju Naine Rouge Reine, planet tujuan yang terpilih.
Prologue
Tahun 2171. Umat manusia terancam punah. Peperangan terjadi dimana-mana antara satu dengan yang lainnya. Mereka mengatasnamakan kebenaran dan keadilan untuk maksud licik mereka yang tersembunyi. Tak sedikit pula yang terang-terangan berperang untuk melebarkan kekuasaan serta menyebarluaskan ideologi mereka.
Di antara sengitnya peperangan, beberapa pengungsi yang tak menginginkan perang pun bersatu. Mereka bersembunyi di tempat-tempat yang sudah porak poranda agar bisa terhindar dari ganasnya mesin perang yang cumiakkan telinga. Beberapa di antara mereka adalah ilmuwan-ilmuwan hebat dari berbagai bidang yang berhasil melarikan diri dari pihak-pihak yang menginginkan keahlian mereka untuk diterapkan di medan tempur. Mereka tahu, mereka tak akan mampu bertahan selamanya di tempat persembunyian. Mereka semua juga memiliki firasat yang sama tentang luluh lantaknya bumi yang diakibatkan oleh para manusia itu sendiri yang tak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Sehingga mereka pun sepakat untuk membuat pesawat terbang yang bisa menerbangkan mereka semua dan semua pengungsi lainnya untuk hijrah ke tempat yang jauh lebih aman: Luar angkasa.
Masalah beberapa kali menghinggapi usaha mereka. Kadang mereka berbeda pendapat soal rancangan mesinnya atau destinasi pesawat itu jika sudah jadi nantinya, kadang juga mereka kesulitan saat membuatnya karena sumber daya yang terbatas.
12 tahun berlalu. Pesawat terbang, atau lebih tepatnya, pesawat ulang-alik itu selesai dibuat. Mereka menamainya Noah's Ark sesuai dengan cerita tentang bahtera yang digunakan oleh Nuh pada saat ingin menyelamatkan manusia dari bencana banjir besar yang menyapu bersih dataran bumi. Meski awalnya mereka ragu menggunakannya karena belum pernah diujicobakan, mereka tetap berbondong-bondong menaiki pesawat itu dengan menaruh harapan besar pada ilmuwan yang memenangkan pilihan soal destinasi pesawat. Destinasi yang meskipun masih belum jelas keadaannya itu dia menangkan karena merupakan teori yang memiliki bukti terbanyak dan terkuat akan dukungan kehidupan di antara pilihan destinasi yang lain.
Keadaan kota Kilkenny yang sudah hancur membuat kota itu luput dari pengawasan tentara negara penguasa terdekat, sehingga Noah's Ark bisa lepas dari atmosfer bumi tanpa gangguan yang berarti. Hanya sampah-sampah satelit yang bertebaran di orbit bumi-lah satu-satunya kendala karena sampah-sampah itu sangat banyak sehingga sulit untuk tidak menabrak untuk melaluinya.
Semua penumpang bersorak bahagia saat pesawat itu sudah tak lagi dipengaruhi gravitasi bumi. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara karena sang kapten yang menahkodai pesawat itu hanya bisa menjanjikan 9 tahun sebagai waktu tercepat untuk menempuh 13 tahun cahaya menuju Naine Rouge Reine, planet tujuan yang terpilih.
Index
Chapter #1 - Decampment
Chapter #2 - Treachery
Chapter #3, akan diposting paling lambat 7 April 2013.
Spoiler for Catatan dari TS:
Untuk chapter berikutnya tidak akan saya pasang judulnya disini sebelum saya rilis. Agan2 pasti tau alasannya kenapa.
Chapter-chapter berikutnya juga akan saya posting secara mingguan supaya tersortir dengan baik. Happy reading ^_^
Chapter-chapter berikutnya juga akan saya posting secara mingguan supaya tersortir dengan baik. Happy reading ^_^
Diubah oleh TechnoDemon 28-03-2013 23:18
someshitness dan tata604 memberi reputasi
2
2.8K
Kutip
7
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal 
6.7KThread•13.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
TechnoDemon
#4
Quote:
Original Posted By TechnoDemon
Chapter 1
DECAMPMENT
Malam semakin dingin. Perlahan awan bergerak menyingkap wajah bulan purnama yang terang benderang membuat siapapun dapat melihat dengan jelas sejauh mata memandang. Segerombolan serigala berhamburan keluar dari sarangnya untuk menyambut sang bulan dengan berlomba meraih tempat tertinggi di bebatuan besar yang merupakan ciri khas dari padang rumput yang berada di selatan Kastil Arkia itu. Hanya butuh beberapa saat hingga sang alpha dari kawanan serigala itu untuk memenangkan perlombaan yang tidak adil itu. Sesampainya di puncak bebatuan, serigala itu melolong selantang-lantangnya ke arah bulan seraya memamerkan keperkasaannya.
Agak jauh dari situ, hutan yang tadinya hening, seketika menjadi ribut oleh derap kaki saat seorang tahanan yang melarikan diri serta para pengejarnya merasukinya. Sesekali tahanan itu berhenti di balik pohon untuk menghela napas lalu kembali lanjut berlari menjauh dari kumpulan prajurit yang mengejarnya. Dia terus berlari sambil memegangi bahu kirinya yang terluka akibat tusukan pedang untuk memperlambat darah yang terus mengucur. Pakaiannya kusut dan kotor, seperti sudah berhari-hari dipakainya.
Saking kencangnya dia berlari, dia akhirnya tersadar sudah keluar dari hutan dan hampir saja terjatuh dari tepi jurang yang tiba-tiba berada di depannya. Tapak sepatunya hanya menginjak setengah bagian tanah di jurang itu, membuat keseimbangan tubuhnya goyah. Dengan segala upaya dia berusaha mengembalikan keseimbangan tubuhnya. Segera setelah dia berhasil, dalam panik dia mundur dengan cepat sehingga menabrak batang pohon yang ada di belakangnya. Dia lalu duduk bersandar pada pohon itu seraya mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang tidak biasa di seberang lembah yang berada jauh di depannya. Sebuah sosok hitam gelap yang berdiri diam, tegak tak bergerak sedikitpun. Dia terperangah seperti tak percaya, yakin itu adalah halusinasi belaka, dia pun menggosok-gosok matanya dengan punggung jemarinya yang lumayan bersih ketimbang di bagian telapak. Namun bayangan hitam itu tetap ada pada tempatnya. "Makhluk apa itu?", pikirnya sambil menyipitkan mata berusaha mendapat pandangan yang lebih jelas. Namun satu-satunya hal baru yang bisa dia ketahui adalah bahwa apapun itu, makhluk itu sedang mengawasinya.
"Dia ada di sekitar sini! Aku menemukan jejak darahnya!", teriak salah seorang prajurit. Sontak teriakan itu mengagetkan sang tahanan, membuat perhatian dan pandangannya teralih. Segera dia berbalik dan mengintip dari balik pohon untuk melihat apakah para pengejarnya sudah dekat. "Sial! Aku menyesal telah melatih mereka membaca jejak!", ujarnya dalam hati. Seketika dia sudah bangkit dan bertumpu pada kakinya lagi. Baru saja dia ingin mengambil ancang-ancang untuk berlari, dia teringat akan sosok tadi. Dia pun menjatuhkan pandangannya kembali ke seberang jurang. Sosok itu sudah tak ada, seolah hilang begitu saja. "Aku tak boleh membuang-buang waktu lagi", dia pun melanjutkan berlari.
Belum seberapa jauh melangkah, dia dikagetkan oleh bunyi nyaring yang sudah tak asing lagi di telinganya. Dengan sigap dia melipat kakinya dan meluncur ke depan sambil merendahkan kepalanya ke belakang lalu bersembunyi di belakang pohon. Sebuah anak panah hampir saja menancap di kepalanya andai dia tak segera menghindar. Dia ingin mencondongkan kepalanya ke samping untuk mencari tahu arah serangan itu serta siapa yang menyerangnya, tapi dia tahu itu adalah resiko besar.
"Kaukah itu, Mark?" tanyanya sambil berteriak di balik pohon.
"Menyerahlah, tuan! Aku tak ingin melukai anda." balas seseorang yang berada di atas pohon yang siap dengan busurnya yang kapan bisa melepaskan anak panah ke arah bidikannya.
"Ha! Sudah kuduga. Jadi, kau juga?"
"Maafkan aku, tuan. Anda tahu aku tak bisa melanggar perintah". Walaupun kata-katanya formal, tapi gaya bicaranya mengisyaratkan bahwa dia lebih dari sekedar akrab dengan lawan bicaranya itu.
Sang tahanan terdiam mendengar jawaban prajurit pemanah itu. Kernyit di dahinya pun hilang karena ia mengerti maksud perkataannya. Dicarinya cara untuk bisa menjauh dari situ tanpa harus terkena panah. Kala matanya sedang mengarah kesana kemari mencari sesuatu untuk mendukung rencananya yang belum selesai tersusun, dari jauh dia bisa melihat rombongan pasukan infantri datang dari arah yang lain.
"Mark?" teriaknya dengan nada panik.
"Ya. Aku masih di sini" jawab Mark santai.
"Kau masih menginginkan uangmu, kan?" Pertanyaan itu membuat alis Mark naik sebelah.
"Hmmm. Sepuluh kali lipat?" tantangnya.
"Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, Mark. Dua kali lipat. Itu tawaran terakhirku atau sebentar lagi si pemilik utang ini akan kehilangan nyawanya" jawabnya semakin panik.
"Baiklah. Tapi hanya sampai di sini. Aku takkan menolongmu kabur dari buruan", dia pun turun dari ranting pohon dan menghilang dalam lebatnya hutan tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
Para pasukan itu semakin dekat, namun tahanan itu belum juga berpindah dari tempatnya. Dia masih bingung dengan rute pelariannya. Di depan dan sebelah kirinya jurang, di arah kanannya gerombolan prajurit sedang mendekat. Masuk kembali ke hutan yang berada di belakangnya pun masih beresiko; dari arah itulah dia menghindari pengejarnya. Pasukan yang muncul dari arah lain itu tak membuatnya heran, dia adalah buronan paling dicari di Arkia. Diintipnya lembah dari jurang itu. Pepohonan lebat nan tinggi di belakangnya menghalangi cahaya bulan purnama sehingga dia tak bisa melihat dasar dari lembah itu. Di sisi tebing juga dia tak menemukan satupun jorokan untuk bersembunyi. Matanya kembali menjelajah ke sekitar mencari sesuatu untuk dijadikan tali, namun hasilnya nihil. Sambil tertunduk lunglai, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam pakaiannya. Sesuatu yang berbentuk tabung dan terbuat dari logam. Permukaannya sudah berkarat di sana-sini. Dia mencengkeram tabung itu dengan penuh emosi.
Setelah lagi-lagi menerawangi sekitar, dia mengarah ke sebuah pohon yang terletak tak jauh dari situ. Diamatinya pohon itu dengan baik, lalu dari sepatu botsnya dia mengeluarkan sebilah belati yang berukuran agak kecil. Dia pun mulai menggali tanah yang berada di dekat bagian akar pohon tadi. Suara-suara gemerisik rumput yang diinjak para pasukan yang tengah mendekat membuatnya terpaksa harus memasukkan tabung yang sedari tadi dipegangnya ke dalam lubang dan menimbunnya seadanya. Dengan penuh kepanikan dia berpindah ke pohon lain dan duduk bersandar seolah sedang menunggu ajal menjemput tatkala ratusan personil Punisher telah hadir membanjir di sekitarnya dan mengarahkan berbagai senjata padanya. Seorang yang terlihat memiliki pangkat paling tinggi disitu-terlihat dari kuda yang ditungganginya-menghampirinya. Setelah turun dari kudanya, dengan tingkah arogan, helm yang dilepaskannya dia berikan pada salah satu prajurit. Dia maju mendekat lagi dua-tiga langkah lalu berhenti dan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Berhentilah berlari, Adam", ujarnya seraya tersenyum sinis.
Chapter 1
DECAMPMENT
Malam semakin dingin. Perlahan awan bergerak menyingkap wajah bulan purnama yang terang benderang membuat siapapun dapat melihat dengan jelas sejauh mata memandang. Segerombolan serigala berhamburan keluar dari sarangnya untuk menyambut sang bulan dengan berlomba meraih tempat tertinggi di bebatuan besar yang merupakan ciri khas dari padang rumput yang berada di selatan Kastil Arkia itu. Hanya butuh beberapa saat hingga sang alpha dari kawanan serigala itu untuk memenangkan perlombaan yang tidak adil itu. Sesampainya di puncak bebatuan, serigala itu melolong selantang-lantangnya ke arah bulan seraya memamerkan keperkasaannya.
Agak jauh dari situ, hutan yang tadinya hening, seketika menjadi ribut oleh derap kaki saat seorang tahanan yang melarikan diri serta para pengejarnya merasukinya. Sesekali tahanan itu berhenti di balik pohon untuk menghela napas lalu kembali lanjut berlari menjauh dari kumpulan prajurit yang mengejarnya. Dia terus berlari sambil memegangi bahu kirinya yang terluka akibat tusukan pedang untuk memperlambat darah yang terus mengucur. Pakaiannya kusut dan kotor, seperti sudah berhari-hari dipakainya.
Saking kencangnya dia berlari, dia akhirnya tersadar sudah keluar dari hutan dan hampir saja terjatuh dari tepi jurang yang tiba-tiba berada di depannya. Tapak sepatunya hanya menginjak setengah bagian tanah di jurang itu, membuat keseimbangan tubuhnya goyah. Dengan segala upaya dia berusaha mengembalikan keseimbangan tubuhnya. Segera setelah dia berhasil, dalam panik dia mundur dengan cepat sehingga menabrak batang pohon yang ada di belakangnya. Dia lalu duduk bersandar pada pohon itu seraya mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang tidak biasa di seberang lembah yang berada jauh di depannya. Sebuah sosok hitam gelap yang berdiri diam, tegak tak bergerak sedikitpun. Dia terperangah seperti tak percaya, yakin itu adalah halusinasi belaka, dia pun menggosok-gosok matanya dengan punggung jemarinya yang lumayan bersih ketimbang di bagian telapak. Namun bayangan hitam itu tetap ada pada tempatnya. "Makhluk apa itu?", pikirnya sambil menyipitkan mata berusaha mendapat pandangan yang lebih jelas. Namun satu-satunya hal baru yang bisa dia ketahui adalah bahwa apapun itu, makhluk itu sedang mengawasinya.
"Dia ada di sekitar sini! Aku menemukan jejak darahnya!", teriak salah seorang prajurit. Sontak teriakan itu mengagetkan sang tahanan, membuat perhatian dan pandangannya teralih. Segera dia berbalik dan mengintip dari balik pohon untuk melihat apakah para pengejarnya sudah dekat. "Sial! Aku menyesal telah melatih mereka membaca jejak!", ujarnya dalam hati. Seketika dia sudah bangkit dan bertumpu pada kakinya lagi. Baru saja dia ingin mengambil ancang-ancang untuk berlari, dia teringat akan sosok tadi. Dia pun menjatuhkan pandangannya kembali ke seberang jurang. Sosok itu sudah tak ada, seolah hilang begitu saja. "Aku tak boleh membuang-buang waktu lagi", dia pun melanjutkan berlari.
Belum seberapa jauh melangkah, dia dikagetkan oleh bunyi nyaring yang sudah tak asing lagi di telinganya. Dengan sigap dia melipat kakinya dan meluncur ke depan sambil merendahkan kepalanya ke belakang lalu bersembunyi di belakang pohon. Sebuah anak panah hampir saja menancap di kepalanya andai dia tak segera menghindar. Dia ingin mencondongkan kepalanya ke samping untuk mencari tahu arah serangan itu serta siapa yang menyerangnya, tapi dia tahu itu adalah resiko besar.
"Kaukah itu, Mark?" tanyanya sambil berteriak di balik pohon.
"Menyerahlah, tuan! Aku tak ingin melukai anda." balas seseorang yang berada di atas pohon yang siap dengan busurnya yang kapan bisa melepaskan anak panah ke arah bidikannya.
"Ha! Sudah kuduga. Jadi, kau juga?"
"Maafkan aku, tuan. Anda tahu aku tak bisa melanggar perintah". Walaupun kata-katanya formal, tapi gaya bicaranya mengisyaratkan bahwa dia lebih dari sekedar akrab dengan lawan bicaranya itu.
Sang tahanan terdiam mendengar jawaban prajurit pemanah itu. Kernyit di dahinya pun hilang karena ia mengerti maksud perkataannya. Dicarinya cara untuk bisa menjauh dari situ tanpa harus terkena panah. Kala matanya sedang mengarah kesana kemari mencari sesuatu untuk mendukung rencananya yang belum selesai tersusun, dari jauh dia bisa melihat rombongan pasukan infantri datang dari arah yang lain.
"Mark?" teriaknya dengan nada panik.
"Ya. Aku masih di sini" jawab Mark santai.
"Kau masih menginginkan uangmu, kan?" Pertanyaan itu membuat alis Mark naik sebelah.
"Hmmm. Sepuluh kali lipat?" tantangnya.
"Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, Mark. Dua kali lipat. Itu tawaran terakhirku atau sebentar lagi si pemilik utang ini akan kehilangan nyawanya" jawabnya semakin panik.
"Baiklah. Tapi hanya sampai di sini. Aku takkan menolongmu kabur dari buruan", dia pun turun dari ranting pohon dan menghilang dalam lebatnya hutan tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
Para pasukan itu semakin dekat, namun tahanan itu belum juga berpindah dari tempatnya. Dia masih bingung dengan rute pelariannya. Di depan dan sebelah kirinya jurang, di arah kanannya gerombolan prajurit sedang mendekat. Masuk kembali ke hutan yang berada di belakangnya pun masih beresiko; dari arah itulah dia menghindari pengejarnya. Pasukan yang muncul dari arah lain itu tak membuatnya heran, dia adalah buronan paling dicari di Arkia. Diintipnya lembah dari jurang itu. Pepohonan lebat nan tinggi di belakangnya menghalangi cahaya bulan purnama sehingga dia tak bisa melihat dasar dari lembah itu. Di sisi tebing juga dia tak menemukan satupun jorokan untuk bersembunyi. Matanya kembali menjelajah ke sekitar mencari sesuatu untuk dijadikan tali, namun hasilnya nihil. Sambil tertunduk lunglai, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam pakaiannya. Sesuatu yang berbentuk tabung dan terbuat dari logam. Permukaannya sudah berkarat di sana-sini. Dia mencengkeram tabung itu dengan penuh emosi.
Setelah lagi-lagi menerawangi sekitar, dia mengarah ke sebuah pohon yang terletak tak jauh dari situ. Diamatinya pohon itu dengan baik, lalu dari sepatu botsnya dia mengeluarkan sebilah belati yang berukuran agak kecil. Dia pun mulai menggali tanah yang berada di dekat bagian akar pohon tadi. Suara-suara gemerisik rumput yang diinjak para pasukan yang tengah mendekat membuatnya terpaksa harus memasukkan tabung yang sedari tadi dipegangnya ke dalam lubang dan menimbunnya seadanya. Dengan penuh kepanikan dia berpindah ke pohon lain dan duduk bersandar seolah sedang menunggu ajal menjemput tatkala ratusan personil Punisher telah hadir membanjir di sekitarnya dan mengarahkan berbagai senjata padanya. Seorang yang terlihat memiliki pangkat paling tinggi disitu-terlihat dari kuda yang ditungganginya-menghampirinya. Setelah turun dari kudanya, dengan tingkah arogan, helm yang dilepaskannya dia berikan pada salah satu prajurit. Dia maju mendekat lagi dua-tiga langkah lalu berhenti dan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Berhentilah berlari, Adam", ujarnya seraya tersenyum sinis.
0
Kutip
Balas