• Beranda
  • ...
  • Budaya
  • Lestarikan Pencak Silat Sebagai Salah Satu Budaya Bangsa

tentara7bumiAvatar border
TS
tentara7bumi
Lestarikan Pencak Silat Sebagai Salah Satu Budaya Bangsa

SELAMAT DATANG DI THREAD ANE AGAN DAN SISTA




Spoiler for NASEHAT PESILAT PEMULA:

Spoiler for Sejarah:



Spoiler for Nilai Positif, Padepokan IPSI Dan Orgnisasi Pencak Dunia:




Spoiler for Aliran Aliran Pencak Silat Silat:


Spoiler for SH Terate:


Spoiler for Filosofi Tentang Seragam Pencak Silat:

Spoiler for Sin Lam Ba:

Spoiler for Silat Bandrong:


Spoiler for Festival Di Malioboro:

Spoiler for Kuntau:




Spoiler for Tambahan:





Spoiler for Video:



Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu Nusantara. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Spoiler for :


Etimologi
Istilah silat dikenal secara luas di Asia Tenggara, akan tetapi khusus di Indonesia istilah yang digunakan adalah pencak silat. Istilah ini digunakan sejak 1948 untuk mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional yang berkembang di Indonesia.Nama "pencak" digunakan di Jawa, sedangkan "silat" digunakan di Sumatera, Semenanjung Malaya dan Kalimantan. Dalam perkembangannya kini istilah "pencak" lebih mengedepankan unsur seni dan penampilan keindahan gerakan, sedangkan "silat" adalah inti ajaran bela diri dalam pertarungan.



[CENTER]BAGI YANG MAU POST TENTANG PENCAK SILAT YANG ADA DI DAERAH AGAN/WATI DI PERSILAHKAN

LANJUT DI BAWAH
Diubah oleh tentara7bumi 01-05-2014 21:25
0
156K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1KAnggota
Tampilkan semua post
proxymightyAvatar border
proxymighty
#431
Silsilah leluhur Raden Jayaperbata

Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar I (Kanjeng Dalem Cikundul)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar II (Kanjeng Dalem Tarikolot)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar III (Kanjeng Dalem Dicondre)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar IV (Kanjeng Dalem Sabirudin)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar V (Kanjeng Dalem Muhyidin)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar VI (Kanjeng Dalem Dipati Enoh)
Raden. Wiranagara (Aria Cikalong)
Raden. Rajadireja (Aom Raja) Cikalong
Raden. Jayaperbata (Rd. Haji Ibrahim)

Guru – guru dan Aliran yang Pernah Dipelajari
tak kurang dari 17 (tujuh belas) guru / perguruan Raden Jayaperbata menimba ilmu bela diri pencak silat, Kebanyakan dari aliran yang dipelajarinya adalah memiliki dasar Cimande. Hal ini dapat dipahami karena saat itu telah berkembang pesat aliran Cimande dan menjadi rujukan bagi perguruan silat yang berada di Tatar Pasundan. Namun dari sekian banyak perguruan dan guru yang dijadikan tempat menimba ilmunya hanya ada empat guru yang menjadi figur sentral dalam aliran Cikalong yang di kemudian hari.

Mereka adalah :
a. Raden Ateng Alimuddin
b. Bang Ma’ruf / Rauf
c. Bang Madi
d. Bang Kari.

Keempat guru inilah yang sangat mempengaruhi bentuk jurus, pola langkah maupun pengerahan tenaga pada aliran Cikalong. Sementara Sabandar atau Mama Kosim atau Mohammad Kosim (1766-1880) yang merupakan seorang pendekar pencak silat Sumatra Barat tepatnya dari Pagaruyung yang pernah berada dan menetap di daerah Sabandar-Cianjur nantinya akan menjadi bagian dari rumusan pola pengerahan tenaga aliran Cikalong pada generasi kedua dan seterusnya, sehingga memperkaya kaidah yang
dimiliki aliran ini.


Hakikat Maenpo Cikalong

Kemampuan mengatasi atau menaklukkan lawan tidak hanya dengan kekuatan jasmani semata namun lebih kepada kemampuan akal dan teknis sehingga terhindar dari malapetaka baik diri sendiri ataupun orang lain, sesungguhnya maenpo Cikalong adalah sebagai alat tali silaturahmi dan persaudaraan. Membeladiri bukan untuk mencelakai lawan, namun Membeladiri dan menyelamatkan lawan

Maenpo Cikalong memandang bahwa keahlian dalam menguasai bela diri sepenuhnya adalah sebagai alat kontrol yang senantiasa mempertimbangkan rasio dan hati (rasa) dalam bertindak dan menganggap bahwa perkelahian bukan merupakan pilihan utama dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dan ada. Karena keilmuan dalam maenpo Cikalong ditujukan untuk kebaikan dan ibadah bagi yang menyebarkannya maka tindakan menjaga nilai-nilai tersebut perlu dilakukan, yang sering menjadi kendala bagi perkembangannya dan sekaligus menjadi nilai tambah dan keunikan dari aliran maenpo Cikalong ini adalah persyaratan yang terkenal begitu selektif dan ketat. Maenpo Cikalong memandang bahwa ilmu, keterampilan, sikap yang dipelajari lebih dari sekedar “bela diri” sebagai sarana mempertahankan diri namun lebih kepada “aji diri” yakni pemahaman yang lebih mengkaji segala akibat tindakan yang akan dilakukan kepada orang lain jika hal tersebut terjadi pada diri sendiri.

sangat sulit untuk mengetahui siapa yang sudah tinggi ilmunya dan siapa yang masih rendah, sebab apa yang tampak , misalnya kebagusan ibing (tari penca) tidak dapat di jadikan
patokan kemahiran penca.

BELAJAR MAENPO CIKALONG
”Ulah hayang ngan bisa lamun diajar Cikalong mah, ngan kudu ngarti…”
Dalam maenpo Cikalong mempelajari ilmu adalah suatu kegiatan yang tidak mengenal kata tamat. Salah satu bentuk pesan yang pernah dikatakan oleh penyebar generasi pertama, Raden Obing Ibrahim (1860-1942) mengatakan:
Diingatkan kepada semua yang sedang belajar atau yang sudah belajar amengan (penca), janganlah sampai melanggar nasihat gurunya, seperti mencoba ilmu orang lain atau memamerkan gerakan di jalan atau di tempat umum, sebab hal demikian kurang pantas. Belajar amengan itu tidak ada akhirnya, selamanya kita belajar terus, berakhir hanya pada saat meninggal. Tradisi lisan yang menjadi budaya dalam sejarah bela diri Tatar Pasundan menurunkan berbagai pedoman dalam pembiasaan dan pemerasaan di bela diri, yang biasanya belum banyak penelitian dan penelaah yang mendalam mengenai sistem pembelajaran yang unik ini karena diperlukan pengkajian lebih mendalam untuk “melihat” khazanah kekayaan yang dimilikinya, salah satu keunikan yang jarang sampai ke khalayak ramai diantaranya adalah “rasa” maenpo Cikalong menurut cara pandang orang maenpo Cikalong itu sendiri.

Rasa
Rasa dalam pengertian maenpo Cikalong yang adalah kejadian atau pengalaman seseorang mendeteksi keinginan atau kehendak lawan sebelum melakukan gerakan. Ini didapat dari berbagai pengalaman yang dilatih dengan “napel” atau “tempelan”dengan berbagai karakter orang. Apabila semakin banyak seorang praktisi Cikalong melakukan “napel” atau “tempelan” dengan berbagai orang maka akan semakin banyak input memory yang akan ia dapat untuk mendeteksi kehendak lawannya. Napel atau tempelan adalah salah satu bagian dari teknik pelatihan maenpo Cikalong dimana antara murid dengan murid ataupun murid dengan guru
saling menempelkan tangan baik satu maupun keduanya yang dimaksud untuk mengetahui, mengukur dan merasakan seberapa besar tenaga lawan dan arah gerak yang akan dilakukan

Tingkatan Penguasaan Maenpo Cikalong

a. Gerak
Pengertian gerak menurut maenpo Cikalong adalah semua bentuk teknik bela diri baik serangan, tangkisan atau elakan yang meliputi kaki dan tangan maupun pola langkah mengandung tenaga yang masih terlihat oleh mata dan dapat disaksikan banyak orang. Dengan kata lain segala bentuk pergerakan anggota badan, pemindahan atau pengubahan posisi badan yang memiliki niat untuk mencapai sasaran yang terlihat itu dinamakan gerak. Penggambaran gerak yang dimaksud maenpo Cikalong meliputi setiap pergerakan anggota badan, lintasan, arah juga pengenaan sasaran.

b. Rasa / Gerak Rasa
Gerak Rasa adalah gerak yang didapat dari pelatihan yang berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tata gerak silat yang benar dan hingga mencapai tahapan kehalusan, pada penggunaannya gerak rasa ini adalah keadaan yang tak begitu terlihat mendekati samar oleh banyak orang namun hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh dua orang yang sedangmelakukan permainan pencak silat ataupun pertarungan.
perpindahan gerak anggota badan, namun telah lebih kepada penyaluran tenaga yang biasanya dilakukan pada tangan adalah antara siku hingga ujung jari tangan, perpindahan bobot dan berat tubuh, tebal tipis areal sentuhan dan mengeras atau tidaknya otot. Seseorang yang memasang uda-kuda tengah sejajar dapat memindahkan bobot dan berat tubuhnya tanpa menggeserkan kaki dengan jauh, ini dapat dilakukan dengan mengeraskan otot salah satu kaki atau melakukan enekanan lebih pada salah satu kaki untuk menitikberatkan posisi ke salah satu kaki.

c. Usik
Usik adalah gerakan kecil yang tidak lagi dapat dilihat tapi hanya dapat dirasakan oleh lawannya dengan menggunakan perubahan tenaga dan teknik yang dilakukan adalah memakai rumusan Madi, Sabandar dan Kari.
Usik sendiri memiliki tingkat kehalusan di atas “rasa” di mana pengerahan tenaga pada tangan biasanya hanya sebatas pergelangan tangan ingga ujung jari tangan. Begitu terbatasnya areal penggunaan pada tangan hingga tingkat kesulitan melakukannyapun sangat tinggi, hal ini pula yang menjadikannya banyak penafsiran dan memahaman yang berbeda dalam mengartikan padanan kata dari usik itu ke dalam bahasa keseharian.
Fungsi usik berbeda dengan gerak, di mana gerak lebih kepada niat mencapai atau menghindari sasaran sementara usik adalah berfungsi “mematikan gerak.” Yang dimaksud “mati gerak” dalam usik maenpo Cikalong lebih kepada terbendungnya keinginan lawan untuk melakukan pergerakan bukan dengan mencederai apalagi melukai, dimana ketika posisi lawan enak dan nyaman maka usik berfungsi merubah keadaan di mana menjadikan posisi lawan tidak enak dan tidak nyaman, atau di mana lawan berkeinginan memukul maka dengan usik keinginan tersebut dibendung. Seperti halnya rasa, jika sebuah usik yang dilakukan dan diperlihatkan pada seseorang dan orang tersebut belum mendapatkan penjabaran secara lengkap akan pembagian tingkatan dalam maenpo Cikalong itu sendiri maka seringkali penafsiran tentang hal tersebut akan jauh dari maksud sebenarnya, hal itu pula yang membuat nilai keunikan maenpo Cikalong tidak serta merta sampai kepada khalayak luas.



tulisan ini adalah makalah yang dibuat dan disajikan oleh Sdr Iwan Setiawan
pada seminar pencak silat di Universitas Indonesia, Depok

Diubah oleh proxymighty 16-03-2013 14:06
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.