Algoritma dan Cinta

By Rian

Based on True Story...

(Jerit Hati Yusa Kecil )
Yusa sedang asik menggambar di kertas putih polos di depannya, dicoret-coretnya kertas itu dengan crayon berwarna-warni disebelahnya. Jemarinya yang kecil mungil tampak susah payah memegang crayon, namun dia tetap berusaha menggambar di kertas itu.

"Yusa...sedang apa sayang" ujar Ibu Yusa masuk ke Kamarnya sambil duduk di samping Yusa saat itu.

"Lagi gambar...Mama"

"Gambar apa, coba mama lihat" ujar Mama sembari melihat gambar Yusa.

"Yang di kiri Mama yang di kanan Papa, yang di tengah Yusa" ujar Yusa sambil meluk Mamanya dengan sayang.

"Pinter anak Mama, Yuk maem dulu sayang Papa udah dateng"

"Horeee....Papa dateng" Yusa pun beranjak dari kamarnya dan berlari menuju ruang tengah.Tampak Papanya yang baru pulang dari kantor, sedang melepas sepatu nya.

"Eh ada anak Papa yang jagoan" Ujar Papa sambil mengendong Yusa kecil dan menciuminya bertubi-tubi.

"Papa...Yusa tadi udah bisa nulis perkalian 1 sampek 10 Pa" Yusa berkata kepada Papanya.

"Wah...hebat..siapa dulu anak Papa kan pinter" Papa nepuk kepala anak semata wayangnya ini yang masih menginjak Taman kanak-kanak.

Orangtua Yusa tau kalo Yusa adalah anak yang spesial, guru TK nya pun sering bercerita bagaimana kemampuan Yusa sudah melebihi anak seusianya. Ketika TK nol kecil, Yusa sudah bisa menulis angka dengan lancar mengungguli anak seusianya. Yusa juga gampang sekali membaca tanpa harus mengeja dan Yusa senang sekali membuat pola-pola dari angka-angka. Ini semua membuat Yusa terlalu di anak emaskan di kelasnya.

"Bapak sama Ibu, menurut saya, Yusa langsung dinaikkan saja naik ke tingkat SD, soalnya kami merasa Yusa kepintarannya sudah diatas rata-rata umurnya, gak baik juga kalo dibiarkan takutnya nanti temen-temen kelasnya minder" Ibu Guru suatu hari berkata demikian kepada Papa dan Mamanya Yusa.

"Aduh...Bu, gimanay ya....apa gak sebaiknya Yusa tinggal disini setahun lagi, kasian Yusa kalau harus naik kelas sedini ini. Anak seusianya lagi seneng-senengnya mencari teman" ujar Mama kepada Ibu Guru.Namun Ibu Guru berseri keras, memindahkan Yusa ke tingkat SD.Akhirnya terpaksa Papa dan Mamanya Yusa menyetujuinya demi kebaikan bersama.

Yusa tidak mengerti kenapa hari itu dia harus pisah dengan teman-temannya, dan seragam TK kotak-kotak yang biasa ia pakai, sudah tergantikan dengan seragam merah putih.

"Ma,...Yusa ditungguin di kelas ya, Yusa takut " ujar Yusa mau nangis sambil megang tangan Mamanya dengan erat. Ia takut Mama dan Papanya meninggalkannya di hari pertama nya di sekolah SD yang terasa asing baginya.

"Sayang, Mama kan harus kerja, Yusa harus berani, nanti kan ada Ibu Guru sama Temen-temen baru, Ya sayang"

"Nanti kalo Yusa udah pulang sekolah, Papa beliin mainan yang banyak buat Yusa" ujar Papa sambil nyium Yusa yang mewek saat itu.Akhirnya Yusa pun tersenyum sambil ngehapus air matanya.

"Nah gitu dong anak papa kan jagoan, Bu... kami titip Yusa ya" ujar Papa Yusa ke pada Ibu Guru SD nya Yusa saat itu.

"Iya Pak Bu, Yusa nanti saya jaga, Ayok Yusa masuk kelas" Ajak Ibu Guru sambil ngegandeng Yusa masuk kelas. Yusa saat itu cuma menoleh pasrah menatap kepergian orangtuanya di gerbang sekolahan.Ia tidak butuh mainan apapun saat itu.

Yusa takut sekali, ia tidak mengerti mengapa ia harus berada di tempat seperti ini. Ia tidak mengerti kenapa Papa sama Mamanya ninggalin Yusa.

Papa...Mama....tolong Yusa, Yusa takut sendirian..... jerit hati suara Yusa Kecil sayup-sayup terdengar mengantarkan kepergian Papa dan Mama dari kejauhan.