Valentine itu menyebalkan.

Valentine itu bodoh.

Valentine itu memuakkan.

14 Februari,hari yang didaulat sebagai hari kasih sayang itu,bagiku tampak seperti sebuah hari penuh keburukan dan kedengkian. Sebuah hari yang harusnya dibasmi saja dari kalender dan diganti dengan angka lain,seperti 13A misalnya. Memang kelihatannya berlebihan,tapi itulah perasaanku saat ini,membenci valentine dengan sepenuh hati dan segenap jiwa.

Ah,perkenalkan,namaku Niko,berumur 16 tahun,berprofesi sebagai pelajar SMA di sebuah kota yang cukup besar. Dan aku sangat benci valentine.

…

“Kriiiiing!”

Bel sekolah sudah berdering rupanya,saatnya menuju ke kelas dan belajar seperti biasa. Kemudian,aku iseng melirik jam tangan ku,tertera pukul 07 : 10,tanggal 12 Februari 2013,hari Selasa.

“Tch.”

Aku mendecakkan lidahku dan membatin,”Lusa hari sialan itu rupanya. Rasanya malas sekali untuk masuk sekolah besok lusa. Bolos aja deh…” dan tanpa sadar aku sudah sampai di depan pintu ruang kelasku,kelas XI – C.

Sambil menghela napas,kubuka pintu kayu berjendela kecil dan berwarna coklat itu. Di dalam kelas,sudah banyak murid-murid yang datang,aktivitas mereka beragam,ada yang mengerjakan pr,ada yang mengobrol,dan ada pula yang tidur di meja. “Pagi-pagi kok sudah tidur”,batinku.

Kuperhatikan murid yang sedang tertidur dengan pulasnya dengan posisi tangan dan kepala tertelungkup di meja. Berambut panjang,dan,oh! Dia pakai rok… perempuan rupanya. “Haduh,perempuan kok tabiatnya seperti ini,buruk sekali.” kataku dalam hati. Ingin rasanya aku membangunkannya,tapi aku tak bisa,entah kenapa,tenganku gemetar tidak karuan,jadi aku melihat dan membiarkannya saja.

“Hah? Sudah mulai pelajaran?”

Tau-tau perempuan itu bangun dari tidurnya dan menatapku dengan mata merah. Khas orang yang sehabis bangun dari tidur yang tidak nyenyak.

“Sedang apa kamu?” tanyanya dengan suara yang lirih dan berat.

“T-tidak kok,aku hanya ingin membangunkanmu saja,s-soalnya kan pelajaran sebentar lagi akan dimulai!” jawabku dengan sedikit berbohong.

“Ooh begitu…”

“SREEG”

Ah,guru sudah datang rupanya. Lalu aku menghadap kemejaku dan mengeluarkan buku-buku pelajaran.

…

“KRIIINNGG!”

Bel pulang pun berdering,aku keluar dari kelas dengan lemas. Ufh,sekolah itu melelahkan.

Dalam perjalanan pulang,aku mampir ke minimarket di pertigaan jalan untuk membeli es krim coklat. Maklum,cuaca sedang panas-panasnya,dan aku haus sekali. Aku memilih sebuah es krim strawberry dengan jeli yang terlihat mengelilingi seluruh bagian es. Tampak lezat,batinku. Aku pun menuju ke kasir untuk membayar. Ah! Itu anak perempuan yang tadi di tidur di kelas! Kenapa dia ada disini?

Penampilannya sangat berbeda ketika di kelas tadi,dimana sepanjang jam pelajaran dia hanya bengong atau tidur,dengan muka kusut dan tampang bosan,disini dia sangat ceria,senyum ramahnya ketika berhadapan dengan pembeli,rambut hitam panjang menjuntai yang dikucir samping,dan sorot matanya,tampak membuat dia terkesan enerjik. Ah,kenapa aku berpikir seperti ini,semua perempuan sama saja lagipula.

“K-kamu! Kenapa kamu ada disini?!” sontaknya ketika melihatku.

“Oh,hai tukang tidur,sudah jelas lah,tujuanku ingin membeli sesuatu disini.”ucapku datar.

“Jangan sebut aku dengan itu! Ah iya,benar juga,b-baiklah,ini sudah semua?”kata dia terbata-bata sambil menatap dan mengambil es krim ku untuk di scan barcodenya.

“H-harganya 6.500…”suaranya gemetar. Mungkin dia masih shock karena bertemu denganku?

Aku mengeluarkan uang sepuluh ribuan dan memberikannya pada si perempuan tukang tidur.

“Ini kembaliannya…”

Suaranya sudah tidak bergetar lagi. Sudah reda rupanya.

“Baiklah,aku pulang dulu,tukang tidur.”ejekku sembari mengangkat bahu dan bersiap – siap meninggalkan minimarket.

“Sudah kubilang,jangan panggil aku seperti itu!” teriaknya.