3 KONTRAKAN 1 KOST

Beranda

...

Stories from the Heart
3 KONTRAKAN 1 KOST

Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

Stories from the Heart

32.7KThread•51.9KAnggota

Tampilkan semua post

audrianramanta

24-02-2013 21:21

#445

PART 5 Kenyataan...

3 hari berlalu sejak pekelahianku dengan Tyo, anak-anak kontrakan pastinya ngerti kalo terjadi sesuatu anatara kami, secara soalnya wajah kami rada babak belur, tapi mereka juga ngerti bahwa kami gak mau ngebahasnya, lagian hubunganku sama Tyo baik-baik aja.

Lebih penting lagi aku dan Tyo gak akan pernah ngebahasnya di depan Vania.

Vania, sudah sadar walaupun badannya masih lemas, kadang dia ngeluh kepalanya pusing atau gak tangannya kayak kesemutan kalo malam hari, bikin dia susah tidur. Kalo udah seperti itu, biasanya dokter ngasih antibiotik di infusnya, buat penghilang rasa sakit.

Hari itu, seperti hari-hari sebelumnya setelah ngampus aku langsung meluncur ke RS. Di kamar inap sudah ada Tyo, Mbak Nadia gak ketinggalan pula Tante Vina.

Ya saudara-saudara, Tante Vina sekitar 2 hari yang lalu akhirnya bisa dihubungin, dan beliau langsung cepat meluncur ke Rumah Sakit, Nangis-nangis sambil minta maaf sama kami kalo udah ngerepotin terutama ke Aku,Tyo dan Mbak Nadia. Kami gak marah sama Tante Vina, malahan kami senang kalo Vania akhirnya dirawat sama ibu non biologis nya ini,yang penting Vania seneng.

Aku dulu kenal Tante Vina yang selalu berdandan menor, pakaiannya serba ketat dan selalu pasang tampang genit, tapi nyatanya sekarang dihadapanku cuma ada seorang wanita berperawakan biasa, tanpa make up tebal dan cuma pakek baju biasa selayaknya ibu-ibu pada umumnya.

"Assalamualaikum" ujarku sambil masuk ke kamar inap.

"Waalaikumsalam" bales orang-orang di dalem kamar serempak.

"Aku udah di TA in bro?" ujar Tyo sambil ngemil keripik kentang.

"Udah tadi, tapi ada tugas Bang" ujarku sambil duduk di sofa.

"Rian udah maem? itu ada opor kelebihan satu, kalo mau" ujar Tante Vina sambil bergegas ngambilin opor yang dibungkus plastik.

"Udah Tante, gak usah repot-repot, tadi udah maem di kantin" ujarku sambil senyum.

"Ooooh, ya udah kalo gitu,apa Tyo mau maem lagi?" tanya Tante tapi langsung dibales Tyo dengan megang perutnya yang artinya 'udah kenyang tante'

"Vania, udah mendingan?" tanyaku ke arah Vania, yang dari tadi diem aja.

"Udah Yan, lusa kata dokter udah boleh pulang, iya kan ma?" tanya Vania ke Mamanya.Mamanya ngangguk-ngangguk sambil membelai kepala Vania dengan sayang.

"Tapi nanti nanti sore Vania ada di CT Scan lagi ya Bukde?" tanya Mbak Nadia ke Tante Vina, sambil ngeliatin kertas yang isinya jadwal pemeriksaan.

"Gitu sich kata dokter, tapi cuma prosedur aja kok nak, cuma mastiin aja"

Tante Vina buru-buru nenangin Vania yang udah mulai takut.

"Halah, dokternya aja alay tante, Vania gak apa-apa kok pakek CT Scan" ujarku menyemangati Vania

"Sayang, gak usah khawatir, CT Scan cuma rontgen biasa, gak sakit kok, lusa kalo udah pulang, aku ajak jalan-jalan, yang penting sekarang maem yang banyak sama istirahat cukup ya?" ujar Tyo.

Paling gak saat itu Vania udah bisa senyum lagi.

Sorenya Vania harus jalanin CT Scan, Aku sama Tyo nunggu diluar sementara Tante Vina masuk ke Ruang Rontgen. Aku tiba-tiba punya perasaan gak enak, tapi buru-buru aku tepis, positif thingking aja lah. Tapi ternyata Tyo yang duduk disampingku gak bisa menyembunyikan kekhawatirannya, dari tadi gelisah. Kadang berdiri, terus duduk lagi.

"Bang, keluar yuk, rokokkan di luar"

"Gak ah, aku disini aja"

"Udah...ikut aku aja, masak dari tadi kena AC terus" aku geret Tyo keluar dan anaknya akhirnya pasrah.

"Kok perasaanku gak enak ya Yan?"

"Gak boleh gitu bang, positive thinking aja, Vania kan cuma stress aja
gara-gara masalah nya, sekarang dia udah bisa ketawa-ketawa kan, paling juga lusa udah boleh pulang emoticon-Cendol (S)

"

"Semoga Yan" ujarnya sambil nonjok bahuku keras banget.

"Ja*ok, sakit bro... emoticon-Mad (S)

."

"Balesan yang kapan hari itu, hehehehe emoticon-Big Grin

" ujarnya sambil nyengir gak jelas. Kami berdua pun akhirnya ngobrol-ngobrol, ketawa-ketiwi, sejenak melupakan masalah.

* * *

Keesokan harinya, hasil pemeriksaan dokter selesai. Tante Vina disuruh menghadap ke ruangan dokter buat denger hasil diagnosa.

"Rian sama Tyo, masuk temenin tante ya" ujar Tante Vina kepada kami siang itu.

"Gak apa-apa tante emoticon-Bingung (S)

? bukannya cuma keluarganya aja yang boleh denger hasil diagnosa?" tanyaku ke tante Vina.

"Gak apa-apa, gantiin papanya Vania" ujar Tante.

Aku baru pertama kali masuk ruangan Dokter, rasanya kayak menghadap kepala sekolah kalo kita berbuat salah, tapi yang dihadapanku ini beda masalahnya, ini masalah hidup seorang.

"Jadi begini, Bu sama Mas-mas sekalian, saya udah meriksa kondisi pasien dengan seksama, hasil CT Scannya ini" ujar Dokter sambil nunjukin hasil Rontgen yang bentuknya gak jelas.

"Terus gimana Dok hasilnya, anak saya bisa pulang lusa kan?"

Dokter gak langsung jawab, kayak mikir dulu sebelum ngomong sesuatu.Dokter emang harus bisa jelasin pakek bahasa yang bisa dimengerti soalnya jarang orang bisa ngerti sama istilah kedokteran.

Penjelasan dokter selanjutnya jadi hantaman buat kami semua di ruangan itu

Vania punya kelainan pembuluh darah di otaknya, namanya Aneurisma. ditambah lagi punya riwayat darah tinggi, pola hidupnya sebelumnya di dunia malam, kayak alkohol dan rokok plus Depresinya yang udah luar biasa yang menyebabkannya tambah parah

Penyakit nya mirip sama Stroke gejalanya diawalai sama kematian fungsi otak perlahan-lahan kalo secara fisiknya pasien bakalan lumpuh pelan-pelan sampek nanti dia bakalan lumpuh total dan pada akhirnya fungsi otaknya bakan mati total karena pembuluh darah yang pecah,

Aku ibaratin kepala Vania saat itu udah kayak bom waktu yang siap-siap meledak.

Dokter juga nyaranin kami buat gak ngasih tau kondisi ini ke Vania,mengingat kondisi emosinya juga yang gak stabil.Vania bahkan hari ini udah dibolehin pulang tapi rawat jalan sambil, kalo misalnya tanda-tanda strokenya udah mulai nampak, mau gak mau harus balik lagi ke rumah sakit.

Tante Vina nangis emoticon-Frown

di pundak Tyo yang juga shock gak bisa ngomong apa-apa.

Mukaku pucet, aku gak bisa bayangin harus ngomong apa ke Vania kalo seandainya ditanya. Apa aku harus bilang kenyataanya sama Vania?

"Van, kamu kena stroke lho, katanya dokter tinggal nunggu waktu aja sampai fungsi otakmu lumpuh total"

Tolol....gak mungkin aku akan ngomong kayak gitu...

* * *

Setelah denger penjelasan dokter kami akhirnya keluar dari ruangannya.
Mendadak suasana di rumah sakit itu kelam banget.Tante Vina udah kayak mau pingsan akhirnya dibawa duduk sama Tyo.

"Tante, istigfar tante, kalo kayak gini kasihan Vanianya" ujarku

Tapi tante Vina masih nangis aja...aku juga gak tega ngelihat tante Vina kayak gitu.

"Bang, mending anter tante Vina pulang aja deh, tenangin diri dulu" ujarku sambil ngelus-ngelus punggungnya Tante Vina, Tante Vina geleng-geleng gak mau.

"Tante, pulang aja dulu ya sama Bang Tyo, masih ada saya yang jagain Vania, nanti juga ada Mbak Nadia mau kesini, nanti aku aja yang bantuin packing bajunya Vania"

Singkat cerita akhirnya Tante Vina sama Tyo pulang, tinggal aku sendirian saat itu di depan kamar inap nya Vania. Aku bimbang mau masuk atau gak, aku gak kuat buat ngeliat Vania di dalem sana.Tapi aku kuatkan diriku saat itu, aku menarik nafas dalem-dalem terus aku masuk ke ruangan.

"Hai Yan, kok lama, Mama sama Tyo mana?" tanya Vania polos sambil baca Novel Sidney Sheldon kesenangannya.

"Anu...tadi keluar bentar mau beli buah sama jajan" ujarku bohong.

"Terus tadi dokternya bilang apa?"

"Ya, gak ngerti juga sich aku soalnya gak masuk ke dalem hehehe, tapi kamu gak apa-apa kok, hari ini udah bisa pulang kok" sumpah saat itu aku gak bisa natap wajahnya Vania padahal dia cuma semeter didepanku.

"Asiiik, bosen aku disini terus Yan,besok-besok kita jalan-jalan ya sama anak-anak, refreshing kek kemana gitu emoticon-Smilie

"

"Iya" aku masih gak bisa liat wajahnya Vania. Jadi aku duduk di sofa sambil pura-pura ngelihatin hape.

"Yan"

"Apa Van?"

"Maaf ya berapa hari ini ngerepotin kalian terus, aku janji ini yang terakhir kalinya ngerepotin kalian...."

"Sorry Van, aku kebelet nih, aku ke kamar mandi dulu ya"

Aku buru-buru motong ucapan Vania dan langsung bergegas masuk kamar mandi, kunci pintu dan nyalain keran air besar-besar, berharap Vania gak akan denger suara isakan tangisanku di ruangan itu.... emoticon-Berduka (S)

(BERSAMBUNG)

Diubah oleh audrianramanta 09-03-2013 19:10

jenggalasunyi dan 6 lainnya memberi reputasi

Kutip

Balas