- Beranda
- Berita dan Politik
Senggol "Ortu" Perwira Polisi, Pelajar Jadi Tersangka
...
TS
Zip.err
Senggol "Ortu" Perwira Polisi, Pelajar Jadi Tersangka
Quote:
MEDAN, KOMPAS.com -- Ginia Susilawati (53) menangis saat menceritakan kejadian yang menimpa anak keempatnya yang menjadi tersangka karena menyenggol sepeda motor orang tua Kapolresta Binjai, AKBP Musa Tampubolon, Jumat (8/2/2013). Pasalnya, kejadian sudah hampir satu tahun, tapi sampai hari ini belum juga selesai. Sementara korban yang tertabrak tidak terluka sama sekali.
Dia merasa menjadi korban arogansi polisi dan anaknya tidak mendapat ketidakpastian hukum. Sambil menyeka tangisnya, dia menjelaskan, anaknya, Dimas Wibowo alias Dimas (17), siswa kelas III SMA Negeri 3 Medan, menjadi tersangka dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada Kamis, 19 April 2012 lalu di Jalan Sekip Simpang, Gang Cakra, Medan.
Dimas yang saat itu mengendarai sepeda motor Yamaha Mio Soul BK 6721 IU menyenggol motor Suzuki Smash BK 3833 HN yang dikemudikan Drs Humala Tampubolon (76), orang tua Kapolresta AKBP Musa Tampubolon. Waktu itu, Dimas yang merupakan warga Jalan Kapten Sumarsono, Gang Buntu, Kompleks Permata Recidence, Kabupaten Deli Serdang, baru saja mengantarkannya ke kantor di Jalan Pabrik Padi Medan.
Beberapa saat kemudian, Ginia, ibunda Dimas, dihubungi dan mengabarkan anaknya kecelakaan. Begitu sampai ke lokasi, dia melihat muka Dimas sudah memar dan membiru, serta semua saksi di lokasi mengatakan Berliana br Simatupang, istri Humala menampar Dimas.
Tak senang anaknya ditampar, Ginia lalu mengadukan Berliana ke Mapolsekta Medan Baru. Dimas pun divisum di RS Sarah dan hasilnya menyatakan bahwa pipi Dimas biru dan memar di pipi sebelah kanan akibat tamparan. Tapi sampai hari ini, laporannya tidak di tanggapi. Alasannya Dimas mau diperiksa ulang.
Lain halnya dengan kasus Dimas menabrak orang tua Kapolresta Binjai, saat ini sudah naik sampai ke kejaksaan. Dimas kini statusnya wajib lapor di Kejari Medan.
"Saya sudah capek menempuh jalan damai, ini kasus kecil tapi kenapa harus diperpanjang dan diperbesar? Harapan saya sudahlah berdamai saja, biar jadi pelajaran kedua belah pihak. Apalagi ibu Berliana itu orang tua yang saya hormati dan warga di kelurahan saya," kata Genia menangis.
Dia mengaku syok dan trauma menghadapi masalah ini. Menurutnya, penyidik Lantas Polresta Medan diduga membuat rekayasa kasus yang merugikan pihaknya. Mulai dari P-21 yang dibolak-balik, barang bukti yang harus ditandatangani Dimas tanpa diketahui tujuannya. Bahkan, Dimas kerap menerima surat panggilan yang salah dan dicorat-coret, serta tahun, hari, tanggal, dan stempel yang berbeda.
"Anak saya tidak salah, saya mau melakukan damai karena tak mau anak ku ke pengadilan. Walau dia menampar anak saya sudah saya maafkan. Di ruang penyidik Lantas juga pernah upaya damai, tapi tidak berhasil. Dua kali saya datang ke Binjai minta tolong sama pak Musa tapi tidak direspons. Saya takut mental anak saya rusak kalau sampai ke pengadilan," isaknya.
Dia menambahkan, anak Berliana yang lainnya yaitu Kompol Joshua Tampubolan selaku Kabag Ops Polresta Nias dan mantan Kapolsek Percut Sei Tuan pernah mengancam Dimas tidak akan bisa mengurus Surat Keterangan Berkelakuan Baik (SKBB) karena sudah berstatus tersangka. Alasannya mereka mengenal semua jaksanya.
"Saudara Berliana pernah bilang sama saya supaya mengalah saja, dan meminta pengaduan di Polsek Medan Baru adalah palsu. Berliana juga pernah menelepon saya dan mengatakan yang sama. Mana mau saya bilang pengaduan saya palsu. Mereka seharusnya punya hati lah, biarlah anak saya sekolah. Jadi terganggu dia gara-gara kejadian ini, sampai tak ikut ujian," katanya.
Pada 28 Januari 2013, lanjut Ginia, keluarga Dimas menyurati Kapolda Sumut yang ditembuskan ke Kabid Propam memohon perlindungan hukum atas kasus ini. Namun sampai berita ini diturunkan, belum ada jawaban.
"Saya cuma minta keadilan. Kalau benar jadilah benar. Ini semua gara-gara saya tidak mau membuat surat keterangan pengaduan palsu. Keluarga polisi itu malu karena ibunya dilaporkan pelaku penganiayaan. Mereka mencari celah kami dan menyalahkan penyidik yang seperti berpihak pada kami. Saya korban diskriminasi hukum, polisi hanya berani menghukum kami orang biasa. Hukum bukan untuk polisi," teriak Ginia sambil menangis.
Editor :
Farid Assifa
Dia merasa menjadi korban arogansi polisi dan anaknya tidak mendapat ketidakpastian hukum. Sambil menyeka tangisnya, dia menjelaskan, anaknya, Dimas Wibowo alias Dimas (17), siswa kelas III SMA Negeri 3 Medan, menjadi tersangka dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada Kamis, 19 April 2012 lalu di Jalan Sekip Simpang, Gang Cakra, Medan.
Dimas yang saat itu mengendarai sepeda motor Yamaha Mio Soul BK 6721 IU menyenggol motor Suzuki Smash BK 3833 HN yang dikemudikan Drs Humala Tampubolon (76), orang tua Kapolresta AKBP Musa Tampubolon. Waktu itu, Dimas yang merupakan warga Jalan Kapten Sumarsono, Gang Buntu, Kompleks Permata Recidence, Kabupaten Deli Serdang, baru saja mengantarkannya ke kantor di Jalan Pabrik Padi Medan.
Beberapa saat kemudian, Ginia, ibunda Dimas, dihubungi dan mengabarkan anaknya kecelakaan. Begitu sampai ke lokasi, dia melihat muka Dimas sudah memar dan membiru, serta semua saksi di lokasi mengatakan Berliana br Simatupang, istri Humala menampar Dimas.
Tak senang anaknya ditampar, Ginia lalu mengadukan Berliana ke Mapolsekta Medan Baru. Dimas pun divisum di RS Sarah dan hasilnya menyatakan bahwa pipi Dimas biru dan memar di pipi sebelah kanan akibat tamparan. Tapi sampai hari ini, laporannya tidak di tanggapi. Alasannya Dimas mau diperiksa ulang.
Lain halnya dengan kasus Dimas menabrak orang tua Kapolresta Binjai, saat ini sudah naik sampai ke kejaksaan. Dimas kini statusnya wajib lapor di Kejari Medan.
"Saya sudah capek menempuh jalan damai, ini kasus kecil tapi kenapa harus diperpanjang dan diperbesar? Harapan saya sudahlah berdamai saja, biar jadi pelajaran kedua belah pihak. Apalagi ibu Berliana itu orang tua yang saya hormati dan warga di kelurahan saya," kata Genia menangis.
Dia mengaku syok dan trauma menghadapi masalah ini. Menurutnya, penyidik Lantas Polresta Medan diduga membuat rekayasa kasus yang merugikan pihaknya. Mulai dari P-21 yang dibolak-balik, barang bukti yang harus ditandatangani Dimas tanpa diketahui tujuannya. Bahkan, Dimas kerap menerima surat panggilan yang salah dan dicorat-coret, serta tahun, hari, tanggal, dan stempel yang berbeda.
"Anak saya tidak salah, saya mau melakukan damai karena tak mau anak ku ke pengadilan. Walau dia menampar anak saya sudah saya maafkan. Di ruang penyidik Lantas juga pernah upaya damai, tapi tidak berhasil. Dua kali saya datang ke Binjai minta tolong sama pak Musa tapi tidak direspons. Saya takut mental anak saya rusak kalau sampai ke pengadilan," isaknya.
Dia menambahkan, anak Berliana yang lainnya yaitu Kompol Joshua Tampubolan selaku Kabag Ops Polresta Nias dan mantan Kapolsek Percut Sei Tuan pernah mengancam Dimas tidak akan bisa mengurus Surat Keterangan Berkelakuan Baik (SKBB) karena sudah berstatus tersangka. Alasannya mereka mengenal semua jaksanya.
"Saudara Berliana pernah bilang sama saya supaya mengalah saja, dan meminta pengaduan di Polsek Medan Baru adalah palsu. Berliana juga pernah menelepon saya dan mengatakan yang sama. Mana mau saya bilang pengaduan saya palsu. Mereka seharusnya punya hati lah, biarlah anak saya sekolah. Jadi terganggu dia gara-gara kejadian ini, sampai tak ikut ujian," katanya.
Pada 28 Januari 2013, lanjut Ginia, keluarga Dimas menyurati Kapolda Sumut yang ditembuskan ke Kabid Propam memohon perlindungan hukum atas kasus ini. Namun sampai berita ini diturunkan, belum ada jawaban.
"Saya cuma minta keadilan. Kalau benar jadilah benar. Ini semua gara-gara saya tidak mau membuat surat keterangan pengaduan palsu. Keluarga polisi itu malu karena ibunya dilaporkan pelaku penganiayaan. Mereka mencari celah kami dan menyalahkan penyidik yang seperti berpihak pada kami. Saya korban diskriminasi hukum, polisi hanya berani menghukum kami orang biasa. Hukum bukan untuk polisi," teriak Ginia sambil menangis.
Editor :
Farid Assifa
yah inilah hukum di Indonesia ibu..
welcome to the jungle...
andai anak ibuk rasyid rajasa
0
4K
Kutip
61
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671.1KThread•41KAnggota
Tampilkan semua post
widyadewa
#6
mereka bisa senang2 di dunia,memakai relasi dan jabatan untuk menindas yg lemah,tunggu saja balasannya di akhirat
0
Kutip
Balas