Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

panjihermawanAvatar border
TS
panjihermawan
Sejarah & Semua Tentang Cilacap
Misi para sepuh Forsex ijinkanlah saya untuk buat thread tentang kota tercinta tempat dimana saya dilahirkan dan dibesarkanemoticon-Malu (S)

Langsung aja deh ya daripada kelamaanemoticon-Malu (S)

Pertamax tamax bahas cilacap masa kini duluemoticon-Malu (S)

Kabupaten Cilacap







MottoJala Bumi Wijaya Kusuma Çakti
Provinsi Jawa Tengah
Dasar hukum UU No. 13/1950
Ibu kota Cilacap
Pemerintahan
- Bupati Tatto Suwarto Pamudji
- DAU Rp. 877.475.472.000,-(2011)[1]
Luas 2.142,59km²
Populasi
- Total 1.700.000 (2003)
- Kepadatan 767
Demografi
- Kode area telepon 0282, 0280
Pembagian administratif
- Kecamatan 24
- Kelurahan 15
- Situs web www.cilacapkab.go.id

Kabupaten Cilacap (bahasa Jawa: ꦕꦶꦭ​ꦕ​ꦥ꧀) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Cilacap. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas di utara, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran (Jawa Barat) di sebelah Barat.

Berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat, Cilacap merupakan daerah pertemuan budaya Jawa Banyumasan dengan budaya Sunda (Priangan Timur). Nusa Kambangan, sebuah pulau yang tertutup terdapat lembaga pemasyarakatan Kelas I, terdapat di kabupaten ini. Ada beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I yang masih aktif antara lain: LP Permisan, LP Kembangkuning, LP Batu, dan LP Besi.

Geografi


Cilacap merupakan kabupaten terluas di Jawa Tengah dengan luas wilayahnya sekitar 6,6% dari total wilayah Jawa Tengah. Begitu luasnya sehingga kabupaten ini memiliki dua kode telepon yaitu 0282 dan 0280.

Bagian utara adalah daerah perbukitan yang merupakan lanjutan dari Rangkaian Bogor di Jawa Barat, dengan puncaknya Gunung Pojoktiga (1.347meter), sedangkan bagian selatan merupakan dataran rendah. Kawasan hutan menutupi lahan Kabupaten Cilacap bagian utara, timur, dan selatan.

Di sebelah selatan terdapat Nusa Kambangan, yang memiliki Cagar Alam Nusakambangan. Bagian barat daya terdapat sebuah inlet yang dikenal dengan Segara Anakan. Ibukota kabupaten Cilacap berada di tepi pantai Samudra Hindia, dan wilayahnya juga meliputi bagian timur Pulau Nusa Kambangan.

Kenyataan bahwa sebagian penduduk Kabupaten Cilacap bertutur dalam bahasa Sunda, terutama di kecamatan-kecamatan yang berbatasan dengan Jawa Barat, seperti Dayeuhluhur, Wanareja, Kedungreja, Patimuan, Majenang, Cimanggu, dan Karangpucung, menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah barat daerah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah sungai Cipamali (yang saat ini sering disebut sebagai kali Brebes) dan sungai Ciserayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.

Pembagian administratif

Kabupaten Cilacap terdiri atas 24 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Desa-desa tersebar di 24 kecamatan, sedangkan kelurahan ada di 3 kecamatan eks kota administratip Cilacap. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung, Sidareja, Gandrungmangu, Kedungreja, Patimuan, Cipari, Bantarsari, Kawunganten, Jeruklegi, Kesugihan, Maos, Sampang, Kroya, Adipala, Binangun, Nusawungu, Kampung Laut, Cilacap Utara, Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan.

Ibukota Kabupaten Cilacap adalah Cilacap, yang terdiri atas kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah, dan Cilacap Selatan. Cilacap dulunya merupakan Kota Administratif, namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan Kota Administratif Cilacap kembali menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Cilacap.

Di antara kota-kota kecamatan yang cukup signifikan di Kabupaten Cilacap adalah: Majenang, Karangpucung, Sampang, Sidareja, dan Kroya. Majenang menjadi pusat pertumbuhan kabupaten Cilacap di bagian Barat sedangkan Kroya dan Sampang menjadi pusat pertumbuhan di Bagian Timur.

Wacana Pemekaran


Mengingat begitu luasnya wilayah Kabupaten Cilacap, pernah muncul wacana pemekaran di tengah masyarakat, dengan harapan agar urusan administratif bagi warga yang bertempat tinggal jauh dari ibukota dapat lebih ditingkatkan lagi pelayanannya.

Sesuai dengan peraturan perundangan yang ada memang dimungkinkan untuk cumiarkan wilayah Cilacap menjadi beberapa daerah otonom, akan tetapi tetap diperlukan persiapan yang matang menyangkut kondisi kelembagaan, sosiologi, demografi dan infrastruktur. Pemekaran wilayah bukanlah hal yang mudah mengingat berbagai kondisi yang membatasi. Persiapan yang matang diperlukan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, terutama isu pemiskinan yang saat ini terjadi pada beberapa daerah yang telah dimekarkan terlebih dahulu.

Kabupaten Cilacap Barat
Spoiler for :


Kabupaten Cilacap Timur
Spoiler for :

Kota Cilacap
Spoiler for :
Diubah oleh panjihermawan 21-01-2013 17:55
0
90.4K
99
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.5KAnggota
Tampilkan semua post
panjihermawanAvatar border
TS
panjihermawan
#5
Kampung Laut


SEJARAH terbentuknya Kampung Laut di kawasan laguna Segara Anakan tak lepas dari sejarah Keraton Surakarta. Hingga sekarang, hal itu masih dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Tetua Adat Kampung Laut, Darmono (76) menuturkan, penduduk asli Kampung Laut adalah anak keturunan dari para prajurit Mataram. Mereka dibawah pimpinan empat orang wiratamtama, yaitu Jaga Playa, Jaga Praya, Jaga Resmi dan Jaga Laut. Para prajurit Mataram pada waktu itu datang ke daerah Kampung Laut untuk mengamankan daerah perairan Segara Anakan dari gangguan bajak laut orang Portugis. “Para prajurit itu tidak bisa kembali ke pusat kerajaan Mataram. Mereka tetap tinggal dan tersebar di sejumlah daerah di Cilacap,” tuturnya.

Pada masa Perang Diponegoro, lanjut dia, Kerajaan Mataram makin melemah dan akhirnya jatuh ke tangan penjajah Belanda. Demikian pula dengan kawasan Cilacap dan Nusakambangan. Pulau terluar ini dipilih untuk pembuangan orang-orang yang dianggap melanggar hukum dan kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Para narapidana di Nusakambangan tidak terurus dengan baik oleh pemerintah Hindia Belanda. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengganggu penghunipenghuni Pulau Nusakambangan sebelumnya, yaitu anakanak keturunan Jaga Resmi dan Jaga Laut dan anak buahnya.

Karena itu mereka lalu menyingkir dari Pulau Nusakambangan, dan membuat rumah-rumah tempat tinggal mereka di laut Segara Anakan. “Silsilah dan lintasan sejarah itu terdapat di Keraton Surakarta. Tahun lalu, saya diundang kesana untuk mencocokkan catatan sejarah itu,” ungkap suami dari Turinah (57) itu. Pencocokan Sejarah Hal itu diamini oleh salah satu anggota Paguyuban Kerabat Mataram, Rudiyanto (32). Dalam literatur yang dimiliki oleh keluarganya, kisah perjuangan Ki Jaga Laut ini terdapat pada masa pemerintahan Pakubuwono ke IV, sekitar tahun 1800-an. “Catatan tentang pemberian wewenang dari Pakubowono IV untuk memberantas para perompak di laut selatan itu terdapat di buku silsilah keluarga yang tersimpan di Mataun (babad yang berasal dari Surakarta).

Cerita ini sempat dicocokkan dengan keraton Surakarta. Hanya ada perbedaan selisih antara tanggal dan bulan,” kata warga Desa Tritih Wetan RT 04/10, Kecamatan Jeruklegi Cilacap ini. Namun, lintasan sejarah itu sempat menghilang karena ketidaktahuan. Namun, sejak tahun 1991 dia mulai menggali kembali cerita rakyat yang beredat di Kampung Laut tersebut. Data yang hampir serupa akhirnya ditemukan di pusat perpustakaan Keraton Surakarta pada 2011.

Dia menambahkan, pasca penemuan pustaka silsilah ini, Kerabat Keraton Mataram berduyun- duyun datang ke Cilacap untuk mencari “balung tugel”. Mulai dari anak cucu keluarga para wiratamtama untuk diwisuda. “Kampung Laut juga menyimpan banyak misteri. Selain kisah para penjaga ini masih ada kelompok komunitas adat di kampung laut yang menganut kepercayaan kejawen yang mempergunakan kalender perhitungan Jawa saat menentukan hari-hari tertentu,” ungkapnya.

Sedekah Laut

Sekilas sejarah sedekah laut

Upacara sedekah laut adalah salah satu perwujudan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan Sidakaya, Donan, Sentolokawat, Tegalkatilayu, Lengkong, Pandanarang, PPSC dan Kemiren.
Upacara ini didahului dengan acara prosesi membawa sesaji (jolen) untuk dilarung ke tengah laut lepas dari Pantai Teluk Penyu Cilacap. Jolen diarak dari dalam Pendopo Kabupaten Cilacap menuju arah Pantai Teluk Penyu dengan diiringi arak-arakan Jolen Tunggul dan diikuti Jolen-Jolen pengiring lainnya oleh peserta prosesi yang berpakaian adat tradisional Nelayan Kabupaten Cilacap tempo dulu.

Setibanya di Pantai Teluk Penyu sesaji kemudian di pindahkan ke kapal Nelayan yang telah dihias dengan hiasan warna-warni untuk di buang ketengah lautan di kawasan pulau kecil yang di sebut Pulau Majethi.

Tradisi sedekah laut bermula dari perintah Bupati Cilacap ke III Tumenggung Tjakrawerdaya III yang memerintahkan kepada sesepuh nelayan Pandanarang bernama Ki Arsa Menawi untuk melarung sesaji kelaut selatan beserta nelayan lainnya pada hari Jumat Kliwon bulan Syura tahun 1875 dan sejak tahun 1983 diangkat sebagai atraksi wisata.

Upacara sedekah laut sebelum hari pelaksanaan didahului dengan prosesi nyekar atau ziarah ke Pantai Karang Bandung (Pulau Majethi ) sebelah timur tenggara Pulau Nusakambangan yang dilakukan oleh ketua adat Nelayan Cilacap dan diikuti berbagai kelompok nelayan serta masyarakat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tangkapan ikan pada musim panen ikan melimpah dan para nelayan diberi keselamatan.

Disamping upacara nyekar juga mengambl air suci/ bertuah di sekitar Pulau Majethi yang menurut legenda tempat tumbuhnya bunga Wijayakusuma.
Pada malam harinya acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian tradisional di tiap-tiap desa/ kelurahan oleh kelompok Nelayan yang bersangkutan.

Pada malam H-1 puncak acara, masyarakat dari luar kota sudah berduyun-duyun ke kota Cilacap, dengan berkumpul di pantai teluk penyu. Keramaian gelar budaya ini menyerupai keramaian saat lebaran.

Pro kontra atas sedekah laut ini juga terjadi di masyarakat, dimana kalangan agamawan (ulama Islam) ada yang menganggap upoacara ini sebagai syirik, sekalipun dibungkus dalam label gelar budaya. Hal ini karena adanya sajian yang dibuang ke laut untuk tolak bala, sesuatu yang dianggap dilarang agama. Namun demikian tradisi ini secara rutin tetap berlangsung.
Diubah oleh panjihermawan 21-01-2013 18:04
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.