The Vampire Lestatadalah buku kedua dari seri Vampire Chronicles karya Anne Rice. Buku pertama dari seri tersebut, Interview With The Vampire, sudah difilmkan pada tahun 1984, dibintangi oleh Tom Cruise, Brad Pitt, Kirsten Dunst, Antonio Banderas, dan Christian Slater. Film tersebut sempat menghebohkan karena kasus tewasnya River Phoenix ditengah suting yang sedang berlangsung (mirip kasus tewasnya Heath Ledger ditengah suting film The Imaginariun of Doctor Parnassus). Phoenix tewas karena overdosis di malam halloween, dan perannya digantikan oleh Christian Slater.

Dalam buku Interview with The Vampire, yang menjadi tokoh utama adalah Louis de Pointe du Lac. Ia bercerita tentang asal mula ia menjadi vampir (yang menjadikan Louis vampir adalah Lestat). Dalam buku kedua, sesuai dengan judulnya, The Vampire Lestat, yang bercerita adalah Lestat sendiri.
Jika Anda adalah penggemar bacaan cepat, jangan baca buku ini, karena salah satu ciri khas Anne Rice adalah bercerita secara detil dengan alur yang lambat namun sangat indah. Sejak buku pertama, saya menggemari gaya penuturan Anne Rice. Saya bisa menikmati kata demi kata dalam buku ini karena Anne menggunakan vocab yang luar biasa indah.


The Vampire Lestat dibuka pada tahun 80an. Lestat bangkit dari hibernasi panjang, dan ia mendengar musik rock yang dimainkan dari seberang. Ia tertarik untuk bergabung dengan band rock tersebut. Lalu, Lestat flashback bercerita tentang masa lalunya, dimulai saat ia masih menjadi manusia normal. Lestat adalah pemuda yang passionate. Ia gemar membaca, bahkan berniat masuk seminari demi memuaskan keinginannya untuk belajar. Tetapi, hal tersebut ditentang oleh orang tuanya. Lestat juga seorang pemberani. Ia diberi julukan wolfkiller oleh orang-orang di desanya. Minatnya terhadap seni juga sangat tinggi. Ia pindah ke Prancis awal abad 18, romantic era, di mana Marie Antoinette berkeliaran di Paris dengan dagu terdongak.

Lestat bergabung dengan kelompok teater dan mengganti namanya dengan Lelio. Ia menarik perhatian Magnus, seorang vampir tua, yang kemudian menjadikan Lestat sebagai vampir, sekaligus pewaris hartanya yang melimpah. Setelah menjadikan Lestat vampir, Magnus bunuh diri, meninggalkan Lestat sendirian.
Dan siklus kehidupan vampir pun berputar. Lestat kemudian menjadikan Nicholas, sahabatnya, vampir. Lalu Louis, dan Claudia.

Setelah Lestat berubah menjadi vampir, ada rasa cinta yang tumbuh terhadap Magnus, penciptanya. Dan begitu juga saat Lestat menjadikan Louis vampir.
Seperti ada keterikatan antara Lestat dan Louis. Analogi ini seperti hubungan cinta sesama jenis. Tetapi, menurut pengakuan Anne Rice, vampirnya tidak memiliki gender. Vampir tidak mengenal pria atau wanita, hanya vampir saja.

Buku The Vampire Lestat lebih detil daripada Interview With The Vampire. Pemikiran-pemikiran Lestat juga lebih gamblang digambarkan daripada buku sebelumnya. Lestat juga merupakan simbol pertarungan antara good and evil.

Bagi penggemar cerita vampir, saya merekomendasikan buku ini sebagai bahan perbandingan dengan buku-buku vampir yang baru

Beberapa quotes favorit saya dari buku ini: