- Beranda
- Stories from the Heart
"KELAS KAKAP ON FACEBOOK!" - The Untold Story.
...
TS
donnjuann
"KELAS KAKAP ON FACEBOOK!" - The Untold Story.
INDEKS UPDATED
Personal Literature: The Not so Sweet Life from Don Juan
Bab 1 - The Intro
Bab 2 - Ujian Awal Kehidupan
Bab 3 - In Cewek Jegeg We Trust
Bab 4 - Kelas Kakap on Facebook
- Introduction
- Chapter 1
- Chapter 2 - Story Continues
- Chapter 3 - "Kambing lo, mbing!"
- Chapter 4 - Memilih
- Chapter 5 - Mengunjunginya
- Chapter 6 - akhirnya aku menemukanmu
- Chapter 7 - shinjuku incident
- Chapter 8 - a little confession
Bab 5 - Tipe-tipe cowok yang membuat hati cewek Bergejolak
Bab 6 - Kost Terkutuk
Bab 7 - Pasangan yang Romantis
Bab 8 - Hati yang atletis
Bab 9 - Beberapa PDKT yang Sebaiknya Jangan Dilanjutkan
Bab 10 - THE HANDSOMOLOGY
- The Introduction Of The Handsomology
- The Handsomology part 2 - The Step and Arts
- The Handsomology part 3 - Logika versus Emosi
Bab 11 - Changing Room
Bab 12 - The Unfinished Bussines
Bab 13 - The last: A Message from God
Spoiler for HARAP DIBUKA:
Cerpen-cerpen Don Juan
Never Try You Will Never Know
True Gamer Never Cheating
Memusuhi kok ngajak-ngajak
Selingkuh Yang Tidak Biasa
How i met your Mother
When a Girl Takes The Bill
Yang Nyakitin Yang Dipertahanin
The Jomblonology
5 Kenyataan Pahit dalam Hidup
The Long Distance Religionship
Ini ada cerita tak seberapa dariku untukmu.
"KELAS KAKAP ON FACEBOOK!"
-Sebuah kisah memilukan Facebooker pencari jodoh-
Enjoy!
Spoiler for Tokoh dan Karakter:
Spoiler for How to enjoy this story:
Diubah oleh donnjuann 20-09-2013 01:05
anasabila memberi reputasi
1
52.1K
355
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
donnjuann
#5
CHAPTER 5 - Mengunjunginya
Akhirnya gue bisa memilih. Dan dia yang sebut saja Gaby, menjadi pelabuhan cinta gue setelah mengarungi dunia cinta via Facebook yang begitu mengharukan.
Ya , ia gak satu kota sama gue, dia di Jakarta dan gue di Aussie. Jauh banget.
Ah, bercanda.
Dia semakin hari semakin nuntut gue untuk singgah ke Jakarta demi membuktikan keseriusan gue ke dia. Gue harus ke Jakarta. Sekali lagi ke Jakarta.
Iya, ke Jakarta.
Gue agak grogi. Ini LDR pertama dalam sejarah kegantengan gue karena sisanya gue habiskan via short distance. Nampaknya gue harus menjajal kemampuan gue di bidang LDR. Dalam benak gue, apa mungkin nanti gelar gue jadi Don Juan, SP, SpLDR? Sarjana Playboy Spesialis LDR.
Agak mengenaskan nampaknya.
Hari itu hari kamis, pukul 14.40. Ya, gue merenung disudut kamar cukup lama untuk memikirkan apakah gue harus ke Jakarta demi pembuktian kegantengan, eh maksudnya cinta gue ke Gaby.
Gue merenung cukup lama.
Bener- bener sangat lama..
Setelah merenung disudut kamar begitu lama, tepatnya dihari yang sama pukul 14.48 gue memutuskan untuk packing. Gue ke Jakarta hanya beralaskan sepi, berselimutkan gontai, dan bermahkotakan duri.
Gue bawa koper gede. Gede banget. Yah, kira-kira cukup buat masukin Gaby kesitu. Ya, intinya gue mau nyulik dia.
Ah, gue bercanda lagi.
Gue langsung ke Bandara. Gue main masuk aja. Ternyata gue lupa beli tiketnya. Sialan. Mau naik pesawat aja ribet bener. Gue beli tiket udah gak pake logika lagi, gue beli tiket ke Jakarta yang keberangkatannya paling cepet.
Harga gak jadi masalah.
Yang penting murah.
Dipikiran gue, sampai di bandara jam 15.10, berarti gue harus dapet tiket pesawat yang paling nggak berangkat jam 15.15.
Ternyata gak ada.
Gue terpukul.
Akhirnya gue cuma dapet tiket yang berangkatnya jam 15.30.
Gue makin terpukul.
Setelah itu gue melesat ke lobby. Gue menunggu dengan penuh harapan pesawat yang akan membawa cinta gue ke ‘Tersanjung’ episode 1,348.
Tapi dewi Fortuner berkata lain. Pesawat gue delay sampe jam 17.00 dengan alasan yang begitu menggemaskan. Ya, bannya kempes ketika hard landing. Gue langsung ngebayangin, ban pesawat itu kan lebih gede dari gajah.
Nambalnya giman cobak?!?!?
Hih.
Gue tercabik-cabik.
Akankah cinta gue kandas di persimpangan jalan?!?
LDR itu memang sulit.
Dengan terpaksa gue harus menjadi penumpang terganteng yang nunggu pesawat delay di ruang tunggu.
Sakit banget.
Jam 17.00 pun tiba, seluruh penumpang tujuan Jakarta di lobby itu pun dipersilakan masuk ke pesawat. Gue dipersilakan masuk ke bagasi.
Kejem.
Gue menuju pesawat dengan langkah gontai. Nunggu sekitar dua jam itu bukan perkara mudah untuk seseorang yang sedang dihujam kerinduan begitu mendalam. Tapi disela-sela kecarut-marutan perasaan gue, ada secercah cahaya menenangkan yang masuk ke retina mata gue. Tak lama kemudian, akhirnya gue tersadar bahwa cahaya itu berasal dari senyuman mbak pramugari.
JEGERR, gue seketika bersemangat lagi tak terkendali. Ini makhluk cantiknya nggak wajar. “Ah, mending macarin mbak Pramugarinya aja ketimbang macarin si Gaby.” gue nyaris kehilangan fokus.
Seksi banget. Gue sampe mules ngeliatnya. Sayang, roknya sobek disamping sampai ke atas begitu. Wah, nanggung sekali. Lalu mbaknya gue senyumin dan dia tersipu malu gitu. Minta digigit banget. Ehh, penumpang lain juga ikut-ikutan senyumin dia. Dia juga tersipu seksi gitu. Bisa-bisanya dia membagi senyumannya ke yang lain ketika senyum gue dan senyumannya masih saling bertatapan.
Nggak bisa jaga perasaan gue banget.
Gue dapat duduk di kursi yang satu baris isi tiga kursi. Dan nomer duduk gue yang di tengah. Pikiran positif gue berkata kalau gue bakal duduk diapit dua cewek cakep, mereka masih mahasiswi, zodiaknya Aquarius, kisaran umur 21-22-an dan mereka sudah letih digantung tanpa kepastian oleh gebetannya. Jadi, ketika mereka gue ajak ngobrol, bakalan open banget. Lalu kami bertukar nomor telepon dan sepakat bertemu di suatu tempat di sudut Jakarta. Setelah cukup lama menjalin asmara, salah satunya akan gue lamar, dan kami pun hidup bahagia sampai Gaby memisahkan..
Sekali lagi, itu kan pikiran positif gue.
Ternyata benar, hidup tak seindah yang FTV tayangkan. Kenyataannya, gue didapati sedang duduk diapit lelaki paruh baya. Gendut nggak karuan. Sempat gue bertanya-tanya dalam hati, “Apakah mungkin seekor dugong boleh naik ke pesawat? Apakah dia nggak kena karantina dari pihak bandara?”
Sampai hari ini nggak ada satupun dari pihak bandara yang mau memberikan penjelasan lebih lanjut.
Rencananya, begitu pesawat take off, dia mau gue jorogin dari pesawat.
----
to be continue~
Ya , ia gak satu kota sama gue, dia di Jakarta dan gue di Aussie. Jauh banget.
Ah, bercanda.
Dia semakin hari semakin nuntut gue untuk singgah ke Jakarta demi membuktikan keseriusan gue ke dia. Gue harus ke Jakarta. Sekali lagi ke Jakarta.
Iya, ke Jakarta.
Gue agak grogi. Ini LDR pertama dalam sejarah kegantengan gue karena sisanya gue habiskan via short distance. Nampaknya gue harus menjajal kemampuan gue di bidang LDR. Dalam benak gue, apa mungkin nanti gelar gue jadi Don Juan, SP, SpLDR? Sarjana Playboy Spesialis LDR.
Agak mengenaskan nampaknya.
Hari itu hari kamis, pukul 14.40. Ya, gue merenung disudut kamar cukup lama untuk memikirkan apakah gue harus ke Jakarta demi pembuktian kegantengan, eh maksudnya cinta gue ke Gaby.
Gue merenung cukup lama.
Bener- bener sangat lama..
Setelah merenung disudut kamar begitu lama, tepatnya dihari yang sama pukul 14.48 gue memutuskan untuk packing. Gue ke Jakarta hanya beralaskan sepi, berselimutkan gontai, dan bermahkotakan duri.
Gue bawa koper gede. Gede banget. Yah, kira-kira cukup buat masukin Gaby kesitu. Ya, intinya gue mau nyulik dia.
Ah, gue bercanda lagi.
Gue langsung ke Bandara. Gue main masuk aja. Ternyata gue lupa beli tiketnya. Sialan. Mau naik pesawat aja ribet bener. Gue beli tiket udah gak pake logika lagi, gue beli tiket ke Jakarta yang keberangkatannya paling cepet.
Harga gak jadi masalah.
Yang penting murah.
Dipikiran gue, sampai di bandara jam 15.10, berarti gue harus dapet tiket pesawat yang paling nggak berangkat jam 15.15.
Ternyata gak ada.
Gue terpukul.
Akhirnya gue cuma dapet tiket yang berangkatnya jam 15.30.
Gue makin terpukul.
Setelah itu gue melesat ke lobby. Gue menunggu dengan penuh harapan pesawat yang akan membawa cinta gue ke ‘Tersanjung’ episode 1,348.
Tapi dewi Fortuner berkata lain. Pesawat gue delay sampe jam 17.00 dengan alasan yang begitu menggemaskan. Ya, bannya kempes ketika hard landing. Gue langsung ngebayangin, ban pesawat itu kan lebih gede dari gajah.
Nambalnya giman cobak?!?!?
Hih.
Gue tercabik-cabik.
Akankah cinta gue kandas di persimpangan jalan?!?
LDR itu memang sulit.
Dengan terpaksa gue harus menjadi penumpang terganteng yang nunggu pesawat delay di ruang tunggu.
Sakit banget.
Jam 17.00 pun tiba, seluruh penumpang tujuan Jakarta di lobby itu pun dipersilakan masuk ke pesawat. Gue dipersilakan masuk ke bagasi.
Kejem.
Gue menuju pesawat dengan langkah gontai. Nunggu sekitar dua jam itu bukan perkara mudah untuk seseorang yang sedang dihujam kerinduan begitu mendalam. Tapi disela-sela kecarut-marutan perasaan gue, ada secercah cahaya menenangkan yang masuk ke retina mata gue. Tak lama kemudian, akhirnya gue tersadar bahwa cahaya itu berasal dari senyuman mbak pramugari.
JEGERR, gue seketika bersemangat lagi tak terkendali. Ini makhluk cantiknya nggak wajar. “Ah, mending macarin mbak Pramugarinya aja ketimbang macarin si Gaby.” gue nyaris kehilangan fokus.
Seksi banget. Gue sampe mules ngeliatnya. Sayang, roknya sobek disamping sampai ke atas begitu. Wah, nanggung sekali. Lalu mbaknya gue senyumin dan dia tersipu malu gitu. Minta digigit banget. Ehh, penumpang lain juga ikut-ikutan senyumin dia. Dia juga tersipu seksi gitu. Bisa-bisanya dia membagi senyumannya ke yang lain ketika senyum gue dan senyumannya masih saling bertatapan.
Nggak bisa jaga perasaan gue banget.
Gue dapat duduk di kursi yang satu baris isi tiga kursi. Dan nomer duduk gue yang di tengah. Pikiran positif gue berkata kalau gue bakal duduk diapit dua cewek cakep, mereka masih mahasiswi, zodiaknya Aquarius, kisaran umur 21-22-an dan mereka sudah letih digantung tanpa kepastian oleh gebetannya. Jadi, ketika mereka gue ajak ngobrol, bakalan open banget. Lalu kami bertukar nomor telepon dan sepakat bertemu di suatu tempat di sudut Jakarta. Setelah cukup lama menjalin asmara, salah satunya akan gue lamar, dan kami pun hidup bahagia sampai Gaby memisahkan..
Sekali lagi, itu kan pikiran positif gue.
Ternyata benar, hidup tak seindah yang FTV tayangkan. Kenyataannya, gue didapati sedang duduk diapit lelaki paruh baya. Gendut nggak karuan. Sempat gue bertanya-tanya dalam hati, “Apakah mungkin seekor dugong boleh naik ke pesawat? Apakah dia nggak kena karantina dari pihak bandara?”
Sampai hari ini nggak ada satupun dari pihak bandara yang mau memberikan penjelasan lebih lanjut.
Rencananya, begitu pesawat take off, dia mau gue jorogin dari pesawat.
----
to be continue~
0

