Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri

Memasuki bangku SLTP, aku terpaksa harus berpisah dari Angkasa, karena Angkasa milih untuk kos di tempat deket ma kampus dia..

senang si... karena tak ada lagi biang jahil yang suka nyuruh-nyuruh seenak jidatnya, ato gak ada lagi orang yang suka gangguin aku waktu lagi berusaha nyelesein tugas-tugasku..

tapi sedih...
karena tanpa Angkasa, Bintang ini seakan tak punya tempat untuk berpijak..


Sebenernya, walo Angkasa secara fisik gak ada di samping ku, aku seolah bisa "membaca" apa yang sedang Angkasa rasakan..
misalnya, waktu Angkasa sedang depress gara-gara patah hati, aku mendadak muncul di depan kosan Angkasa dan mengajaknya -lebih tepatnya memaksa- untuk jalan-jalan keluar..

saat dia kena demam tinggi, tiba-tiba aku muncul di kosnya membawakan bubur ayam anget..

saat dia keujanan waktu jaman dia masi SMA dulu, aku selalu dah siap sedia di depan gerbang sekolah dia buat bawain jas ujan...

aku sendiri gak tau kenapa, aku selalu bisa muncul di saat Angkasa benar-benar membutuhkan seseorang...
aku semacam punya paso benggala seperti yang mak lampir punya kalo dah menyangkut urusan tentang Angkasa...

rasanya ada yang sakit, saat dia sakit...
ada yang tersiksa, di saat dia tak tenang..
ada yang gelisah, saat dia sedih....
ada yang bahagia, ketika melihat senyumnya......

mungkin.......
aku benar-benar membutuhkan Angkasa...
aku benar-benar tergantung padanya, bagaikan bintang yang butuh langit untuk tempatnya berdiri.....

aku sayang Angkasa.....
aku cinta Angkasa......

kenapa Angkasa tak bisa melihat dalamnya rasa ini??

apa karena aku hanya seorang pembantu di matanya??

atau karena perasaan ini dirasa sebagai perasaan sayang terhadap saudara seperti yang Ibu dan Mama Angkasa sering kali bicarakan?

atau karena aku hanya dianggap sebagai anak ingusan yang masi belum pantas bicara soal cinta??

aah.......