TS
asepanakema
[Share] Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW
Bismillahirrahmanirrahim
Terima Kasih kepada momod yg telah memberikan izin membuat thread ini
Ini adalah thread Sejarah Hidup Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam
berasal dari Buku
---------------------------------------------
S E J A R A H H I D U P M U H A M M A D
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
S E J A R A H H I D U P M U H A M M A D
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Spoiler for index:
Sebelum memposting di Thread ini tolong baca ini Dulu
Mohon Untuk di


dan



dan

![[Share] Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW](https://dl.kaskus.id/cdn-u.kaskus.co.id/82/jmiio0qr.gif)
Diubah oleh asepanakema 16-11-2012 23:40
nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
17.2K
115
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
asepanakema
#98
Tahun Pertama di Yathrib 6
Tetapi Abdullah bin Sallam masih merasa kuatir akan ada
kata-kata yang tidak biasa yang akan dilontarkan orang-orang
Yahudi jika mereka mengetahui ia sudah menganut Islam. Maka
dimintanya kepada Nabi untuk menanyai mereka tentang dirinya
itu sebelum mereka mengetahui bahwa dia sudah Islam. Ternyata
mereka berkata: dia pemimpin kami, pendeta kami dan orang
cerdik-pandai kami. Setelah Abdullah berhadapan dengan mereka
dan sekarang jelas sudah sikapnya, bahkan mengajak mereka
menganut ajaran Islam, merekapun merasa kuatir akan nasibnya
itu nanti. Maka di seluruh perkampungan Yahudi itu iapun mulai
difitnah dan diumpat dengan kata-kata yang tak senonoh. Dalam
hal ini mereka lalu sepakat akan berkomplot terhadap Muhammad
menolak kenabiannya. Secepat itu pula sisa-sisa orang yang
masih musyrik dari kalangan Aus dan Khazraj serta mereka yang
pura-pura masuk Islam segera menggabungkan diri dengan mereka,
baik karena mau mengejar keuntungan materi atau karena mau
menyenangkan golongannya atau pihak yang berpengaruh
Sekarang mulai terjadi suatu perang polemik antara Muhammad
dengan orang-orang Yahudi, yang ternyata lebih bengis dan
lebih licik daripada perang polemik yang dulu pernah terjadi
antara dia dengan orang-orang Quraisy di Mekah. Dalam perang
yang terjadi di Yathrib ini semua orang Yahudi berdiri dalam
satu barisan menyerang Muhammad dan risalahnya, menyerang
sahabat-sahabatnya, kaum Muhajirin dan Anshar, dengan
mengadakan intrik-intrik, tindakan bermuka-muka dengan ilmu
yang ada pada mereka tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa
masa lampau mengenai para nabi dan rasul-rasul.
Mereka mengadakan intrik melalui pendeta-pendeta mereka yang
pura-pura Islam dan yang dapat bergaul ke tengah-tengah kaum
Muslimin dengan pura-pura sangat takwa sekali, yang kemudian
lalu sekali-kali memperlihatkan kesangsian dan keraguannya.
Mereka itu memajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Muhammad ,
yang mereka kira akan dapat menggoncangkan iman umat Islam
kepadanya dan kepada ajaran kebenaran yang dibawanya itu.
Kemudian orang-orang Aus dan Khazraj yang juga Islamnya
pura-pura, menggabungkan diri dengan orang-orang Yahudi dalam
memajukan pertanyaan-pertanyaan dan dalam menimbulkan
perselisihan di kalangan kaum Muslimin. Begitu keras kepala
mereka itu sampai ada diantara orang Yahudi sendiri yang
mengingkari isi Taurat - padahal mereka percaya kepada Allah,
baik kalangan Keluarga Israil maupun orang-orang musyrik yang
mempergunakan berhala-berhala untuk mendekatkan diri mereka
kepada Tuhan. Misalnya mereka bertanya kepada Muhammad: Kalau
Allah itu sudah menciptakan makhluk ini, lalu siapa yang
menciptakan Allah? Muhammad hanya menjawab mereka dengan
firman Tuhan:
"Katakan: Allah Satu cuma. Allah itu Abadi dan Mutlak. Tidak
beranak. Dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada satu apapun
yang menyerupaiNya." (Qur'an, 112: 1-4)
Pihak Muslimin sekarang menyadari keadaan musuh mereka, sudah
mengetahui tujuan usaha mereka itu. Ada terlihat pada suatu
hari mereka dalam mesjid sedang berbicara antara sesama mereka
dengan berbisik-bisik. Muhammad meminta supaya mereka
dikeluarkan dari dalam mesjid itu dengan paksa. Tetapi ini
tidak membuat mereka jera melakukan tipu-muslihat dan masih
terus berusaha hendak menjerumuskan kaum Muslimin. Ketika ada
beberapa orang dari golongan Aus dan Khazraj sedang
duduk-duduk bersama-sama salah seorang dari mereka [Syas b.
Qais] lewat. Ia jadi panas hati melihat dua puak ini menjadi
rukun. Dalam hatinya ia berkata: masyarakat Banu Qaila di
negeri ini sudah bersatu. Kita takkan berarti apa-apa kalau
pemuka-pemuka mereka sudah sepakat. Seorang pemuda Yahudi yang
pernah dengan mereka dulu dimintanya supaya mengambil
kesempatan ini dengan menyebut-nyebut kembali peristiwa Bu'ath
dahulu serta bagaimana pula pihak Aus dapat mengalahkan
Khazraj. Pemuda itu pun lalu bicara. Ternyata hal ini memang
menimbulkan ingatan masa lampau pada kedua puak itu. Mereka
lalu bersitegang, saling membanggakan diri dan hanyut dalam
pertengkaran. "Kalau kamu mau kita boleh kembali seperti
dulu," kata mereka satu sama lain.
Peristiwa ini sampai juga kepada Muhammad. Ia pergi menemui
mereka dengan beberapa orang sahabat, dan diingatkannya
mereka, bahwa Islam telah mempersatukan dan membuat mereka
benar-benar bersaudara, saling mencintai. Sementara ia masih
di tengah-tengah mereka, merekapun menangis, mereka saling
berpeluk-pelukan. Mereka semua berdoa bermohon ampun kepada
Tuhan.
Polemik antara Muhammad dengan orang-orang Yahudi itu sudah
sampai dipuncaknya, sebagaimana oleh Qur'an sudah pula
diperlihatkan. Pada permulaan Surah al-Baqara (2) sampai
dengan ayat 81, dan sebahagan besar Surah an-Nisa' (4) semua
menyebutkan tentang orang-orang Ahli Kitab itu dan betapa
mereka mengingkari isi-Kitab Suci mereka sendiri. Mereka telah
mendapat kutukan keras karena pembangkangan dan pengingkaran
mereka itu:
"Dan sesungguhnyalah Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat)
kepada Musa, dan sesudah itu lalu Kami susul pula dengan para
rasul, dan Kami telah memberikan bukti-bukti kebenaran kepada
Isa anak Maryam dan Kami perkuat dia dengan Ruh Suci. Adakah
setiap datang seorang rasul kepadamu membawa sesuatu yang tak
sesuai dengan kehendak hatimu, lalu kamu bersikap sonmbong?
Sebagian kamu dustakan dan yang sebagian lagi kamu bunuh? Dan
mereka berkata: 'hati kami sudah tertutup.' Tetapi Tuhan telah
mengutuk mereka karena keingkaran mereka juga. Karena itu,
sedikit sekali mereka yang beriman. Dan setelah kepada mereka
didatangkan Kitab dari Allah, yang membenarkan apa yang ada
pada mereka, karena sebelum itu mereka minta didatangkan
kemenangan terhadap orang-orang yang masih ingkar, maka
setelah yang mereka ketahui itu berada di tengah-tengah
mereka, merekapun juga tidak mempercayainya. Karena itu,
kutukan Allah menimpa oranz-orang yang ingkar itu." (Qur'an,
2: 87-89)
Begitu memuncaknya polemik antara orang-orang Yahudi dan kaum
Muslimin itu, sehingga acapkali - sekalipun sudah ada
perjanjian antara mereka - permusuhan itu terjadi sampai
dengan main tangan. Sebagai contoh - sekedar sebagai ukuran -
kita sudah mengenal Abu Bakr, yang begitu lemah-lembut
perangainya, dengan kesabarannya yang luarbiasa. Ketika itu ia
sedang bicara dengan seorang orang Yahudi yang bernama
Finhash, yang diajaknya menganut Islam. Tetapi Finhash
menjawab: "Abu Bakr, bukan kita yang membutuhkan Tuhan, tapi
Dia yang butuh kepada kita. Bukan kita yang meminta-minta
kepadaNya, tetapi Dia yang meminta-minta kepada kita. Kita
tidak memerlukanNya, tapi Dia yang memerlukan kita. Kalau Dia
kaya, tentu Ia tidak akan minta dipinjami harta kita, seperti
yang didakwakan oleh pemimpinmu itu. Ia melarang kalian
menjalankan riba, tapi kita akan diberi jasa. Kalau Ia kaya,
tentu Ia tidak akan menjalankan ini."
Maksud Finhash ini ditujukan kepada firman Tuhan:
"Siapa yang mau meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang
baik, Allah akan selalu membalasnya dengan berlipat ganda."
(Qur'an, 2: 145)
Tetapi dalam hal ini Abu Bakr tidak tahan mendengar jawaban
itu. Ia marah. Ditamparnya muka Finhash itu keras-keras.
"Demi Allah," kata Abu Bakr, "kalau tidak karena adanya
perjanjian antara kami dengan kamu sekalian, pasti kupukul
kepalamu. Engkaulah musuh Tuhan."
Kemudian Finhash mengadukan peristiwa ini kepada Nabi, tapi
apa yang dikatakannya tentang Tuhan kepada Abu Bakr tidak
diakuinya. Dalam hal ini firman Tuhan menyebutkan:
"Tuhan sudah mendengar kata-kata mereka yang menyebutkan:
Tuhan itu miskin, dan kamilah yang kaya. Akan Kami tuliskan
kata-kata mereka itu, begitu juga perbuatan mereka membunuh
nabi-nabi dengan tidak sepantasnya, dan rasakanlah siksa yang
membakar ini!" (Qur'an, 3: 181)
Tidak cukup dengan maksud mau menimbulkan insiden antara
Muhajirin dengan Anshar dan antara Aus dengan Khazraj dan
tidak pula cukup dengan membujuk kaum Muslimin supaya
meninggalkan agamanya dan kembali menjadi syirik tanpa
mencoba-coba mengajak mereka menganut agama Yahudi, bahkan
lebih dari itu orang Yahudi itu kini berusaha memperdaya
Muhammad sendiri. Pendekar-pendekar mereka, pemuka-pemuka dan
pemimpin-pemimpin mereka datang menemuinya dengan mengatakan:
"Tuhan sudah mengetahui keadaan kami, kedudukan kami. Kalau
kami mengikut tuan, orang-orang Yahudipun akan juga ikut dan
mereka tidak akan menentang kami. Sebenarnya antara kami
dengan beberapa kelompok golongan kami timbul permusuhan. Lalu
kami datang ini minta keputusan tuan. Berilah kami keputusan.
Kami akan ikut tuan dan percaya kepada tuan."
Di sinilah firman Tuhan menyebutkan:
"Dan hendaklah engkau memutuskan perkara diantara mereka
menurut apa yang sudah diturunkan Allah, dan jangan kauturuti
hawa-nafsu mereka. Berhati-hatilah terhadap mereka. Jangan
sampai mereka memperdayakan kau dari beberapa peraturan yang
sudah ditentukan Tuhan kepadamu. Tetapi kalau mereka
menyimpang, ketahuilah, Tuhan akan menurunkan bencana kepada
mereka karena beberapa dosa mereka sendiri juga. Sesungguhnya,
kebanyakan manusia itu adalah orang-orang fasik. Adakah yang
mereka kehendaki itu hukum jahiliah? Dan hukum siapakah yang
lebih baik daripada hukum Allah bagi mereka yang yakin?"
(Qur'an, 5: 49-50)
kata-kata yang tidak biasa yang akan dilontarkan orang-orang
Yahudi jika mereka mengetahui ia sudah menganut Islam. Maka
dimintanya kepada Nabi untuk menanyai mereka tentang dirinya
itu sebelum mereka mengetahui bahwa dia sudah Islam. Ternyata
mereka berkata: dia pemimpin kami, pendeta kami dan orang
cerdik-pandai kami. Setelah Abdullah berhadapan dengan mereka
dan sekarang jelas sudah sikapnya, bahkan mengajak mereka
menganut ajaran Islam, merekapun merasa kuatir akan nasibnya
itu nanti. Maka di seluruh perkampungan Yahudi itu iapun mulai
difitnah dan diumpat dengan kata-kata yang tak senonoh. Dalam
hal ini mereka lalu sepakat akan berkomplot terhadap Muhammad
menolak kenabiannya. Secepat itu pula sisa-sisa orang yang
masih musyrik dari kalangan Aus dan Khazraj serta mereka yang
pura-pura masuk Islam segera menggabungkan diri dengan mereka,
baik karena mau mengejar keuntungan materi atau karena mau
menyenangkan golongannya atau pihak yang berpengaruh
Sekarang mulai terjadi suatu perang polemik antara Muhammad
dengan orang-orang Yahudi, yang ternyata lebih bengis dan
lebih licik daripada perang polemik yang dulu pernah terjadi
antara dia dengan orang-orang Quraisy di Mekah. Dalam perang
yang terjadi di Yathrib ini semua orang Yahudi berdiri dalam
satu barisan menyerang Muhammad dan risalahnya, menyerang
sahabat-sahabatnya, kaum Muhajirin dan Anshar, dengan
mengadakan intrik-intrik, tindakan bermuka-muka dengan ilmu
yang ada pada mereka tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa
masa lampau mengenai para nabi dan rasul-rasul.
Mereka mengadakan intrik melalui pendeta-pendeta mereka yang
pura-pura Islam dan yang dapat bergaul ke tengah-tengah kaum
Muslimin dengan pura-pura sangat takwa sekali, yang kemudian
lalu sekali-kali memperlihatkan kesangsian dan keraguannya.
Mereka itu memajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Muhammad ,
yang mereka kira akan dapat menggoncangkan iman umat Islam
kepadanya dan kepada ajaran kebenaran yang dibawanya itu.
Kemudian orang-orang Aus dan Khazraj yang juga Islamnya
pura-pura, menggabungkan diri dengan orang-orang Yahudi dalam
memajukan pertanyaan-pertanyaan dan dalam menimbulkan
perselisihan di kalangan kaum Muslimin. Begitu keras kepala
mereka itu sampai ada diantara orang Yahudi sendiri yang
mengingkari isi Taurat - padahal mereka percaya kepada Allah,
baik kalangan Keluarga Israil maupun orang-orang musyrik yang
mempergunakan berhala-berhala untuk mendekatkan diri mereka
kepada Tuhan. Misalnya mereka bertanya kepada Muhammad: Kalau
Allah itu sudah menciptakan makhluk ini, lalu siapa yang
menciptakan Allah? Muhammad hanya menjawab mereka dengan
firman Tuhan:
"Katakan: Allah Satu cuma. Allah itu Abadi dan Mutlak. Tidak
beranak. Dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada satu apapun
yang menyerupaiNya." (Qur'an, 112: 1-4)
Pihak Muslimin sekarang menyadari keadaan musuh mereka, sudah
mengetahui tujuan usaha mereka itu. Ada terlihat pada suatu
hari mereka dalam mesjid sedang berbicara antara sesama mereka
dengan berbisik-bisik. Muhammad meminta supaya mereka
dikeluarkan dari dalam mesjid itu dengan paksa. Tetapi ini
tidak membuat mereka jera melakukan tipu-muslihat dan masih
terus berusaha hendak menjerumuskan kaum Muslimin. Ketika ada
beberapa orang dari golongan Aus dan Khazraj sedang
duduk-duduk bersama-sama salah seorang dari mereka [Syas b.
Qais] lewat. Ia jadi panas hati melihat dua puak ini menjadi
rukun. Dalam hatinya ia berkata: masyarakat Banu Qaila di
negeri ini sudah bersatu. Kita takkan berarti apa-apa kalau
pemuka-pemuka mereka sudah sepakat. Seorang pemuda Yahudi yang
pernah dengan mereka dulu dimintanya supaya mengambil
kesempatan ini dengan menyebut-nyebut kembali peristiwa Bu'ath
dahulu serta bagaimana pula pihak Aus dapat mengalahkan
Khazraj. Pemuda itu pun lalu bicara. Ternyata hal ini memang
menimbulkan ingatan masa lampau pada kedua puak itu. Mereka
lalu bersitegang, saling membanggakan diri dan hanyut dalam
pertengkaran. "Kalau kamu mau kita boleh kembali seperti
dulu," kata mereka satu sama lain.
Peristiwa ini sampai juga kepada Muhammad. Ia pergi menemui
mereka dengan beberapa orang sahabat, dan diingatkannya
mereka, bahwa Islam telah mempersatukan dan membuat mereka
benar-benar bersaudara, saling mencintai. Sementara ia masih
di tengah-tengah mereka, merekapun menangis, mereka saling
berpeluk-pelukan. Mereka semua berdoa bermohon ampun kepada
Tuhan.
Polemik antara Muhammad dengan orang-orang Yahudi itu sudah
sampai dipuncaknya, sebagaimana oleh Qur'an sudah pula
diperlihatkan. Pada permulaan Surah al-Baqara (2) sampai
dengan ayat 81, dan sebahagan besar Surah an-Nisa' (4) semua
menyebutkan tentang orang-orang Ahli Kitab itu dan betapa
mereka mengingkari isi-Kitab Suci mereka sendiri. Mereka telah
mendapat kutukan keras karena pembangkangan dan pengingkaran
mereka itu:
"Dan sesungguhnyalah Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat)
kepada Musa, dan sesudah itu lalu Kami susul pula dengan para
rasul, dan Kami telah memberikan bukti-bukti kebenaran kepada
Isa anak Maryam dan Kami perkuat dia dengan Ruh Suci. Adakah
setiap datang seorang rasul kepadamu membawa sesuatu yang tak
sesuai dengan kehendak hatimu, lalu kamu bersikap sonmbong?
Sebagian kamu dustakan dan yang sebagian lagi kamu bunuh? Dan
mereka berkata: 'hati kami sudah tertutup.' Tetapi Tuhan telah
mengutuk mereka karena keingkaran mereka juga. Karena itu,
sedikit sekali mereka yang beriman. Dan setelah kepada mereka
didatangkan Kitab dari Allah, yang membenarkan apa yang ada
pada mereka, karena sebelum itu mereka minta didatangkan
kemenangan terhadap orang-orang yang masih ingkar, maka
setelah yang mereka ketahui itu berada di tengah-tengah
mereka, merekapun juga tidak mempercayainya. Karena itu,
kutukan Allah menimpa oranz-orang yang ingkar itu." (Qur'an,
2: 87-89)
Begitu memuncaknya polemik antara orang-orang Yahudi dan kaum
Muslimin itu, sehingga acapkali - sekalipun sudah ada
perjanjian antara mereka - permusuhan itu terjadi sampai
dengan main tangan. Sebagai contoh - sekedar sebagai ukuran -
kita sudah mengenal Abu Bakr, yang begitu lemah-lembut
perangainya, dengan kesabarannya yang luarbiasa. Ketika itu ia
sedang bicara dengan seorang orang Yahudi yang bernama
Finhash, yang diajaknya menganut Islam. Tetapi Finhash
menjawab: "Abu Bakr, bukan kita yang membutuhkan Tuhan, tapi
Dia yang butuh kepada kita. Bukan kita yang meminta-minta
kepadaNya, tetapi Dia yang meminta-minta kepada kita. Kita
tidak memerlukanNya, tapi Dia yang memerlukan kita. Kalau Dia
kaya, tentu Ia tidak akan minta dipinjami harta kita, seperti
yang didakwakan oleh pemimpinmu itu. Ia melarang kalian
menjalankan riba, tapi kita akan diberi jasa. Kalau Ia kaya,
tentu Ia tidak akan menjalankan ini."
Maksud Finhash ini ditujukan kepada firman Tuhan:
"Siapa yang mau meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang
baik, Allah akan selalu membalasnya dengan berlipat ganda."
(Qur'an, 2: 145)
Tetapi dalam hal ini Abu Bakr tidak tahan mendengar jawaban
itu. Ia marah. Ditamparnya muka Finhash itu keras-keras.
"Demi Allah," kata Abu Bakr, "kalau tidak karena adanya
perjanjian antara kami dengan kamu sekalian, pasti kupukul
kepalamu. Engkaulah musuh Tuhan."
Kemudian Finhash mengadukan peristiwa ini kepada Nabi, tapi
apa yang dikatakannya tentang Tuhan kepada Abu Bakr tidak
diakuinya. Dalam hal ini firman Tuhan menyebutkan:
"Tuhan sudah mendengar kata-kata mereka yang menyebutkan:
Tuhan itu miskin, dan kamilah yang kaya. Akan Kami tuliskan
kata-kata mereka itu, begitu juga perbuatan mereka membunuh
nabi-nabi dengan tidak sepantasnya, dan rasakanlah siksa yang
membakar ini!" (Qur'an, 3: 181)
Tidak cukup dengan maksud mau menimbulkan insiden antara
Muhajirin dengan Anshar dan antara Aus dengan Khazraj dan
tidak pula cukup dengan membujuk kaum Muslimin supaya
meninggalkan agamanya dan kembali menjadi syirik tanpa
mencoba-coba mengajak mereka menganut agama Yahudi, bahkan
lebih dari itu orang Yahudi itu kini berusaha memperdaya
Muhammad sendiri. Pendekar-pendekar mereka, pemuka-pemuka dan
pemimpin-pemimpin mereka datang menemuinya dengan mengatakan:
"Tuhan sudah mengetahui keadaan kami, kedudukan kami. Kalau
kami mengikut tuan, orang-orang Yahudipun akan juga ikut dan
mereka tidak akan menentang kami. Sebenarnya antara kami
dengan beberapa kelompok golongan kami timbul permusuhan. Lalu
kami datang ini minta keputusan tuan. Berilah kami keputusan.
Kami akan ikut tuan dan percaya kepada tuan."
Di sinilah firman Tuhan menyebutkan:
"Dan hendaklah engkau memutuskan perkara diantara mereka
menurut apa yang sudah diturunkan Allah, dan jangan kauturuti
hawa-nafsu mereka. Berhati-hatilah terhadap mereka. Jangan
sampai mereka memperdayakan kau dari beberapa peraturan yang
sudah ditentukan Tuhan kepadamu. Tetapi kalau mereka
menyimpang, ketahuilah, Tuhan akan menurunkan bencana kepada
mereka karena beberapa dosa mereka sendiri juga. Sesungguhnya,
kebanyakan manusia itu adalah orang-orang fasik. Adakah yang
mereka kehendaki itu hukum jahiliah? Dan hukum siapakah yang
lebih baik daripada hukum Allah bagi mereka yang yakin?"
(Qur'an, 5: 49-50)
Diubah oleh asepanakema 16-11-2012 23:30
0