TS
asepanakema
[Share] Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW
Bismillahirrahmanirrahim
Terima Kasih kepada momod yg telah memberikan izin membuat thread ini
Ini adalah thread Sejarah Hidup Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam
berasal dari Buku
---------------------------------------------
S E J A R A H H I D U P M U H A M M A D
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
S E J A R A H H I D U P M U H A M M A D
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Spoiler for index:
Sebelum memposting di Thread ini tolong baca ini Dulu
Mohon Untuk di


dan



dan

![[Share] Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW](https://dl.kaskus.id/cdn-u.kaskus.co.id/82/jmiio0qr.gif)
Diubah oleh asepanakema 16-11-2012 23:40
nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
17.2K
115
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
asepanakema
#97
Tahun Pertama di Yathrib 5
Begitu setianya ia, sehingga bila ada orang menyebut nama
Khadijah, selalu menimbulkan kenangan yang indah baginya. Di
sinilah Aisyah berkata: "Saya tidak pernah iri hati terhadap
seorang wanita seperti terhadap Khadijah, bilamana saja
mendengar ia mengenangkannya." Ketika ada seorang wanita
datang ia menyambutnya begitu gembira dan ditanyainya
baik-baik. Bila wanita itu sudah pergi, ia berkata: "Ketika
masih ada Khadijah ia suka mengunjungi kami." Bahwa mengingat
hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman. Begitu
halusnya perasaannya, begitu lembutnya hatinya, ia membiarkan
cucunya bermain-main dengan dia ketika ia sembahyang. Bahkan
ia bersembahyang dengan Umama, puteri Zainab puterinya, sambil
dibawa di atas bahunya; bila ia sujud diletakkan, bila ia
berdiri dibawanya lagi.
Kebaikan dan kasih-sayang yang sudah menjadi sendi
persaudaraan itu, yang dalam peradaban dunia modern sekarang
juga menjadi dasar bagi seluruh umat manusia tidak hanya
terbatas sampai di situ saja, melainkan melampaui sampai
kepada binatang juga. Dia sendiri yang bangun membukakan pintu
untuk seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu. Dia
sendiri yang merawat seekor ayam jantan yang sedang sakit;
kudanya dielus-elusnya dengan lengan bajunya. Bila dilihatnya
Aisyah naik seekor unta, karena menemui kesukaran lalu
binatang itu ditarik-tariknya, iapun ditegurnya: "Hendaknya
kau berlaku lemah-lembut." Kasih-sayangnya itu meliputi segala
hal, dan selalu memberi perlindungan kepada siapa saja yang
memerlukannya.
Tetapi ini bukan sikap kasih-sayang karena lemah atau mau
menyerah, juga bersih dari segala sifat mau menghitung jasa
atau sikap tinggi diri. Ini adalah persaudaraan dalam Tuhan
antara Muhammad dengan semua mereka yang berhubungan dengan
dia. Disinilah dasar peradaban Islam yang berbeda dengan
sebahagian besar peradaban-peradaban lain. Islam menekankan
pada keadilan disamping persaudaraan itu, dan berpendapat
bahwa tanpa adanya keadilan ini persaudaraan tidak mungkin
ada.
"Barangsiapa menyerang kamu, seranglah dengan yang seimbang,
seperti mereka menyerang kamu." (Qur'an, 2: 194)
"Dengan hukum qishash berarti kelangsungan hidup bagi kamu,
hai orang-orang yang mengerti." (Qur'an, 2: 179)
Sifatnya harus untuk mempertahankan jiwa semata-mata dengan
kemauan yang bebas sepenuhnya dan untuk mencari rida Tuhan
tanpa ada maksud lain. Itulah sumber persaudaraan yang
meliputi segala kebaikan dan kasih-sayang. Ini harus bersumber
juga dari jiwa yang kuat, tidak mengenal menyerah selain
kepada Allah, dan dengan ketaatan kepadaNya ia tidak pula
merasa lemah. Tak ada rasa takut akan menyelinap ke dalam
hatinya kecuali dari perbuatan maksiat atau dosa yang
dilakukannya. Dan jiwa itu tidak akan jadi kuat kalau ia masih
di bawah kekuasaan yang lain dan tidak akan jadi kuat kalau ia
masih di bawah kekuasaan hawa-nafsunya. Muhammad dan
sahabat-sahabatnya telah hijrah dari Mekah supaya jangan
berada di bawah kekuasaan Quraisy dan jangan ada jiwa mereka
yang akan jadi lemah karenanya. Jiwa itu akan menyerah kepada
kekuasaan hawa-nafsu kalau sudah jasmani yang dapat berkuasa
kedalam rohani dan akal pikiran dapat dikalahkan oleh kehendak
nafsu. Dan akhirnya kehidupan materi ini juga yang dapat
menguasai hidup kita, padahal kita sudah tidak memerlukan yang
demikian, sebab ini memang sudah berada di bawah kekuasaan
kita.
Di sini Muhammad adalah contoh kekuatan jiwa yang ideal sekali
atas kehidupan ini, suatu kekuatan yang membuat dia sudah
tidak peduli lagi akan memberikan segala yang ada padanya
kepada orang lain. Itu sebabnya sampai ada orang yang
mengatakan: Dalam memberi Muhammad sudah tidak takut
kekurangan. Dan supaya jangan ada sesuatu dalam hidup ini yang
dapat menguasainya, sebaliknya dia yang harus menguasai, maka
ia keras sekali menahan diri dalam arti hidup materi, sama
kerasnya dengan keinginannya hendak mengetahui segala rahasia
yang ada dalam hidup materi itu, ingin mengetahui hakekat
sesungguhnya tentang semua itu. Begitu jauhnya ia menahan diri
sehingga lapik tempat dia tidur hanya terdiri dari kulit yang
diisi dengan serat. Makannya tak pernah kenyang. Tak pernah ia
makan roti dari tepung sya'ir6 dua hari berturut-turut.
Sebagian besar makannya adalah bubur.7 Pada hari-hari yang
lain ia makan kurma. Jarang sekali ia dan keluarganya dapat
makanan roti sop.8 Bukan sekali saja ia harus menahan lapar.
Sudah pernah perutnya diganjal dengan batu untuk menahan
teriakan rongga pencernaannya itu.
Itulah yang sudah biasa dikenal tentang makannya, meskipun ini
tidak berarti ia pantang sekali-sekali makan makanan yang
enak-enak. Juga ia dikenal suka sekali makan kaki anak
kambing, labu, madu dan manisan.
Begitu juga kesederhanaannya dalam hal pakaian sama seperti
dalam makanan. Suatu hari ada seorang wanita memberikan
sehelai pakaian kepadanya yang memang diperlukan. Tetapi
kemudian diminta oleh orang lain yang juga memerlukannya guna
mengkafani mayat. Pakaian itu diberikannya. Pakaiannya yang
dikenal terdiri dari sebuah baju dalam dan baju luar, yang
terbuat dari wol, katun atau sebangsa serat. Tetapi
sekali-sekali ia tidak menolak memakai pakaian dari tenunan
Yaman sebagai pakaian yang mewah sesuai dengan acara bila
memang menghendaki demikian. Juga alas kaki yang dipakainya
sederhana sekali. Tak pernah ia memakai sepatu selain waktu
mendapat hadiah dari Najasyi berupa sepasang sepatu dan
seluar.
Sungguhpun begitu dalam hal menahan diri dan menjauhi masalah
duniawi bukanlah berarti ia hidup menyiksa diri. Cara ini juga
tidak sesuai dengan ajaran agama. Dalam Qur'an dapat dibaca:
"Makanlah dari makanan yang baik yang sudah Kami berikan
kepadamu." (Qur'an, 2: 57)
"Dan tempuhlah kebahagiaan akhirat seperti yang dianugerahkan
Allah kepadamu, tapi juga jangan kaulupakan kebahagiaan hidup
duniawi. Dan berbuatlah kebaikan kepada orang lain seperti
Allah telah berbuat baik kepadamu." (Qur'an, 28: 77)
Dan dalam hadis: "Berbuatlah untuk duniamu seolah-olah kau
akan hidup selama-lamanya, dan berbuat pula untuk akhiratmu
seolah-olah kau akan mati besok."
Akan tetapi Muhammad ingin memberikan teladan yang begitu
tinggi kepada manusia tentang arti kekuatan dalam menghadapi
hidup itu, suatu kekuatan yang tak dapat dipengaruhi oleh
perasaan lemah, tak dapat diperbudak oleh kekayaan, oleh
harta-benda, oleh kekuasaan atau oleh apa saja yang akan
menguasainya, selain Allah. Persaudaraan yang didasarkan
kepada kekuatan, yang manifestasinya telah diberikan oleh
Muhammad sebagai teladan tertinggi seperti yang sudah kita
lihat itu, adalah persaudaraan murni yang sungguh ikhlas dan
mulia, suatu persaudaraan yang bersih samasekali. Sebabnya
ialah karena adanya rasa keadilan yang terjalin dalam
kasih-sayang dan karena yang bersangkutan hanya didorong oleh
kemauan sendiri yang bebas mutlak. Tetapi, oleh karena Islam
menyertakan rasa keadilan disamping rasa kasih-sayang itu,
maka ia juga menyertakan maaf disamping keadilan itu, maaf
yang dapat diberikan bila mampu. Rasa kasih-sayang demikian
itu hendaklah dengan hati terbuka dan benar-benar, dan
hendaklah dengan tujuan mau mencapai perbaikan yang
sungguh-sungguh.
Inilah dasar yang telah diletakkan oleh Muhammad dalam
membangun peradaban baru itu, yang dengan jelas tersimpul
dalam cerita yang diambil dari Ali bin Abi Talib ketika ia
bertanya kepada Rasulullah tentang sunahnya, dengan dijawab:
"Ma'rifat adalah modalku, akal-pikiran sumber agamaku, cinta
adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berzikir kepada Allah
adalah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah
kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku,
kerelaan sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri
adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran
perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad perangaiku dan
hiburanku adalah dalam sembahyang."
Ajaran-ajaran Muhammad serta teladan dan bimbingan yang
diberikannya telah meninggalkan pengaruh yang dalam sekali
kedalam jiwa orang, sehingga tidak sedikit orang yang
berdatangan menyatakan masuk Islam, dan kaum Musliminpun makin
bertambah kuat di Medinah. Ketika itulah orang-orang Yahudi
mulai memikirkan kembali posisi mereka terhadap Muhammad dan
sahabat-sahabatnya. Mereka dengan dia telah mengadakan
perjanjian. Mereka bermaksud ingin merangkulnya ke pihak
mereka dan supaya ketahanan mereka bertambah kuat terhadap
orang-orang Kristen. Dan dia lebih kuat dari mereka itu semua,
ajarannya bertambah kuat. Malah sekarang ia memikirkan
orang-orang Quraisy yang telah mengusirnya dan mengusir kaum
Muhajirin dari Mekah serta godaan mereka terhadap kaum
Muslimin yang dapat mereka goda dari agamanya. Adakah
orang-orang Yahudi itu akan membiarkan dakwahnya terus
tersebar dan kekuasaan rohaninya makin meluas, dengan cukup
puas berada disampingnya dalam aman sentosa yang berarti akan
menarnbah keuntungan dan kekayaan dalam perdagangan mereka?
Barangkali memang akan begitu kalau mereka yakin bahwa
dakwahnya itu tidak akan sampai kepada orang-orang Yahudi
sendiri dan tidak akan sampai meluas kepada orang-orang awam,
sedang ajaran mereka yang berlaku ialah tidak akan mengakui
adanya seorang nabi yang bukan dari Keluarga Israil.
Akan tetapi ada seorang rabbi yang cerdik-pandai, yaitu
Abdullah b. Sallam yang telah berhubungan dengan Nabi iapun
lalu memeluk Islam; dan dianjurkannya pula keluarganya. Lalu
merekapun bersama-sama memeluk agama Islam.
Khadijah, selalu menimbulkan kenangan yang indah baginya. Di
sinilah Aisyah berkata: "Saya tidak pernah iri hati terhadap
seorang wanita seperti terhadap Khadijah, bilamana saja
mendengar ia mengenangkannya." Ketika ada seorang wanita
datang ia menyambutnya begitu gembira dan ditanyainya
baik-baik. Bila wanita itu sudah pergi, ia berkata: "Ketika
masih ada Khadijah ia suka mengunjungi kami." Bahwa mengingat
hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman. Begitu
halusnya perasaannya, begitu lembutnya hatinya, ia membiarkan
cucunya bermain-main dengan dia ketika ia sembahyang. Bahkan
ia bersembahyang dengan Umama, puteri Zainab puterinya, sambil
dibawa di atas bahunya; bila ia sujud diletakkan, bila ia
berdiri dibawanya lagi.
Kebaikan dan kasih-sayang yang sudah menjadi sendi
persaudaraan itu, yang dalam peradaban dunia modern sekarang
juga menjadi dasar bagi seluruh umat manusia tidak hanya
terbatas sampai di situ saja, melainkan melampaui sampai
kepada binatang juga. Dia sendiri yang bangun membukakan pintu
untuk seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu. Dia
sendiri yang merawat seekor ayam jantan yang sedang sakit;
kudanya dielus-elusnya dengan lengan bajunya. Bila dilihatnya
Aisyah naik seekor unta, karena menemui kesukaran lalu
binatang itu ditarik-tariknya, iapun ditegurnya: "Hendaknya
kau berlaku lemah-lembut." Kasih-sayangnya itu meliputi segala
hal, dan selalu memberi perlindungan kepada siapa saja yang
memerlukannya.
Tetapi ini bukan sikap kasih-sayang karena lemah atau mau
menyerah, juga bersih dari segala sifat mau menghitung jasa
atau sikap tinggi diri. Ini adalah persaudaraan dalam Tuhan
antara Muhammad dengan semua mereka yang berhubungan dengan
dia. Disinilah dasar peradaban Islam yang berbeda dengan
sebahagian besar peradaban-peradaban lain. Islam menekankan
pada keadilan disamping persaudaraan itu, dan berpendapat
bahwa tanpa adanya keadilan ini persaudaraan tidak mungkin
ada.
"Barangsiapa menyerang kamu, seranglah dengan yang seimbang,
seperti mereka menyerang kamu." (Qur'an, 2: 194)
"Dengan hukum qishash berarti kelangsungan hidup bagi kamu,
hai orang-orang yang mengerti." (Qur'an, 2: 179)
Sifatnya harus untuk mempertahankan jiwa semata-mata dengan
kemauan yang bebas sepenuhnya dan untuk mencari rida Tuhan
tanpa ada maksud lain. Itulah sumber persaudaraan yang
meliputi segala kebaikan dan kasih-sayang. Ini harus bersumber
juga dari jiwa yang kuat, tidak mengenal menyerah selain
kepada Allah, dan dengan ketaatan kepadaNya ia tidak pula
merasa lemah. Tak ada rasa takut akan menyelinap ke dalam
hatinya kecuali dari perbuatan maksiat atau dosa yang
dilakukannya. Dan jiwa itu tidak akan jadi kuat kalau ia masih
di bawah kekuasaan yang lain dan tidak akan jadi kuat kalau ia
masih di bawah kekuasaan hawa-nafsunya. Muhammad dan
sahabat-sahabatnya telah hijrah dari Mekah supaya jangan
berada di bawah kekuasaan Quraisy dan jangan ada jiwa mereka
yang akan jadi lemah karenanya. Jiwa itu akan menyerah kepada
kekuasaan hawa-nafsu kalau sudah jasmani yang dapat berkuasa
kedalam rohani dan akal pikiran dapat dikalahkan oleh kehendak
nafsu. Dan akhirnya kehidupan materi ini juga yang dapat
menguasai hidup kita, padahal kita sudah tidak memerlukan yang
demikian, sebab ini memang sudah berada di bawah kekuasaan
kita.
Di sini Muhammad adalah contoh kekuatan jiwa yang ideal sekali
atas kehidupan ini, suatu kekuatan yang membuat dia sudah
tidak peduli lagi akan memberikan segala yang ada padanya
kepada orang lain. Itu sebabnya sampai ada orang yang
mengatakan: Dalam memberi Muhammad sudah tidak takut
kekurangan. Dan supaya jangan ada sesuatu dalam hidup ini yang
dapat menguasainya, sebaliknya dia yang harus menguasai, maka
ia keras sekali menahan diri dalam arti hidup materi, sama
kerasnya dengan keinginannya hendak mengetahui segala rahasia
yang ada dalam hidup materi itu, ingin mengetahui hakekat
sesungguhnya tentang semua itu. Begitu jauhnya ia menahan diri
sehingga lapik tempat dia tidur hanya terdiri dari kulit yang
diisi dengan serat. Makannya tak pernah kenyang. Tak pernah ia
makan roti dari tepung sya'ir6 dua hari berturut-turut.
Sebagian besar makannya adalah bubur.7 Pada hari-hari yang
lain ia makan kurma. Jarang sekali ia dan keluarganya dapat
makanan roti sop.8 Bukan sekali saja ia harus menahan lapar.
Sudah pernah perutnya diganjal dengan batu untuk menahan
teriakan rongga pencernaannya itu.
Itulah yang sudah biasa dikenal tentang makannya, meskipun ini
tidak berarti ia pantang sekali-sekali makan makanan yang
enak-enak. Juga ia dikenal suka sekali makan kaki anak
kambing, labu, madu dan manisan.
Begitu juga kesederhanaannya dalam hal pakaian sama seperti
dalam makanan. Suatu hari ada seorang wanita memberikan
sehelai pakaian kepadanya yang memang diperlukan. Tetapi
kemudian diminta oleh orang lain yang juga memerlukannya guna
mengkafani mayat. Pakaian itu diberikannya. Pakaiannya yang
dikenal terdiri dari sebuah baju dalam dan baju luar, yang
terbuat dari wol, katun atau sebangsa serat. Tetapi
sekali-sekali ia tidak menolak memakai pakaian dari tenunan
Yaman sebagai pakaian yang mewah sesuai dengan acara bila
memang menghendaki demikian. Juga alas kaki yang dipakainya
sederhana sekali. Tak pernah ia memakai sepatu selain waktu
mendapat hadiah dari Najasyi berupa sepasang sepatu dan
seluar.
Sungguhpun begitu dalam hal menahan diri dan menjauhi masalah
duniawi bukanlah berarti ia hidup menyiksa diri. Cara ini juga
tidak sesuai dengan ajaran agama. Dalam Qur'an dapat dibaca:
"Makanlah dari makanan yang baik yang sudah Kami berikan
kepadamu." (Qur'an, 2: 57)
"Dan tempuhlah kebahagiaan akhirat seperti yang dianugerahkan
Allah kepadamu, tapi juga jangan kaulupakan kebahagiaan hidup
duniawi. Dan berbuatlah kebaikan kepada orang lain seperti
Allah telah berbuat baik kepadamu." (Qur'an, 28: 77)
Dan dalam hadis: "Berbuatlah untuk duniamu seolah-olah kau
akan hidup selama-lamanya, dan berbuat pula untuk akhiratmu
seolah-olah kau akan mati besok."
Akan tetapi Muhammad ingin memberikan teladan yang begitu
tinggi kepada manusia tentang arti kekuatan dalam menghadapi
hidup itu, suatu kekuatan yang tak dapat dipengaruhi oleh
perasaan lemah, tak dapat diperbudak oleh kekayaan, oleh
harta-benda, oleh kekuasaan atau oleh apa saja yang akan
menguasainya, selain Allah. Persaudaraan yang didasarkan
kepada kekuatan, yang manifestasinya telah diberikan oleh
Muhammad sebagai teladan tertinggi seperti yang sudah kita
lihat itu, adalah persaudaraan murni yang sungguh ikhlas dan
mulia, suatu persaudaraan yang bersih samasekali. Sebabnya
ialah karena adanya rasa keadilan yang terjalin dalam
kasih-sayang dan karena yang bersangkutan hanya didorong oleh
kemauan sendiri yang bebas mutlak. Tetapi, oleh karena Islam
menyertakan rasa keadilan disamping rasa kasih-sayang itu,
maka ia juga menyertakan maaf disamping keadilan itu, maaf
yang dapat diberikan bila mampu. Rasa kasih-sayang demikian
itu hendaklah dengan hati terbuka dan benar-benar, dan
hendaklah dengan tujuan mau mencapai perbaikan yang
sungguh-sungguh.
Inilah dasar yang telah diletakkan oleh Muhammad dalam
membangun peradaban baru itu, yang dengan jelas tersimpul
dalam cerita yang diambil dari Ali bin Abi Talib ketika ia
bertanya kepada Rasulullah tentang sunahnya, dengan dijawab:
"Ma'rifat adalah modalku, akal-pikiran sumber agamaku, cinta
adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berzikir kepada Allah
adalah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah
kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku,
kerelaan sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri
adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran
perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad perangaiku dan
hiburanku adalah dalam sembahyang."
Ajaran-ajaran Muhammad serta teladan dan bimbingan yang
diberikannya telah meninggalkan pengaruh yang dalam sekali
kedalam jiwa orang, sehingga tidak sedikit orang yang
berdatangan menyatakan masuk Islam, dan kaum Musliminpun makin
bertambah kuat di Medinah. Ketika itulah orang-orang Yahudi
mulai memikirkan kembali posisi mereka terhadap Muhammad dan
sahabat-sahabatnya. Mereka dengan dia telah mengadakan
perjanjian. Mereka bermaksud ingin merangkulnya ke pihak
mereka dan supaya ketahanan mereka bertambah kuat terhadap
orang-orang Kristen. Dan dia lebih kuat dari mereka itu semua,
ajarannya bertambah kuat. Malah sekarang ia memikirkan
orang-orang Quraisy yang telah mengusirnya dan mengusir kaum
Muhajirin dari Mekah serta godaan mereka terhadap kaum
Muslimin yang dapat mereka goda dari agamanya. Adakah
orang-orang Yahudi itu akan membiarkan dakwahnya terus
tersebar dan kekuasaan rohaninya makin meluas, dengan cukup
puas berada disampingnya dalam aman sentosa yang berarti akan
menarnbah keuntungan dan kekayaan dalam perdagangan mereka?
Barangkali memang akan begitu kalau mereka yakin bahwa
dakwahnya itu tidak akan sampai kepada orang-orang Yahudi
sendiri dan tidak akan sampai meluas kepada orang-orang awam,
sedang ajaran mereka yang berlaku ialah tidak akan mengakui
adanya seorang nabi yang bukan dari Keluarga Israil.
Akan tetapi ada seorang rabbi yang cerdik-pandai, yaitu
Abdullah b. Sallam yang telah berhubungan dengan Nabi iapun
lalu memeluk Islam; dan dianjurkannya pula keluarganya. Lalu
merekapun bersama-sama memeluk agama Islam.
Diubah oleh asepanakema 16-11-2012 23:30
0