Waktu itu keluarga kecil kami tinggal di sebuah rumah di bilangan denpasar, dimana orang tua ku menyewa sebuah rumah kecil. Saat pertama tinggal disana, sebenarnya keluarga kami baik-baik saja, tidak pernah ada masalah dengan tetangga sekitar.

Hingga saat dimana ibu ku melahirkan kakak laki-laki ku, yang tak berselang lama dengan tuan rumah kami yang juga punya anak laki-laki. Tuan rumah kami yang tau dengan keadaan sekitar rumahnya sangat ketakutan dengan kelahiran anak pertamanya ini, karena dia tau bahwa beberapa sodaranya memiliki ilmu pengeleakan, yang satu saat bisa saja membunuh anak laki-lakinya tersebut.

Tuan rumah kami kemudian meminta pertolongan kepada ayahku agar mau memberi "Bekal" kepada anak laki-lakinya agar terlindungi dari serangan-serangan leak-leak itu. Dengan meminta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, "Pembekalan" anak tuan rumah kami pun selesai.

Ayahku yang bekerja sebagai wakil komandan kapal laut, harus bersiap-siap untuk segera berlayar kembali keesokan harinya, namun disinilah awal mula kejadian ini terjadi. Setelah memberi "Pembekalan" kepada anak tuan rumah kami, ayahku lupa "memebekali" anak laki-lakinya sendiri. Dan keesokannya harinya ayahku pun berangkat.

Ibuku yang tidak menaruh curiga, menjalani hari-hari seperti biasa, sampai beliau merasa ada keanehan yang terjadi setiap maghrib datang. Selalu terdengan suara monyet yang berteriak-teriak diatas rumah kami, dan saat ibuku melihat kearah kakak laki-laki ku, wajahnya berubah menjadi wajah seekor monyet, kemudian ibuku merasa kesakitan pada (maaf) puting susunya.

kejadian itu berulang setiap harinya, ibuku semakin ketakutan, kakak laki-lakiku semakin kurus, dan puting susu ibuku menggantung dan hampir putus dari pijakannya. Nenek ku yang datang kerumah kami, mengatakan bahwa kakak dan ibuku tengan menjadi sasaran dari leak.

Nenek ku kemudian mengajak ibuku kerumah seorang balian/dukun bali yang dikenal oleh nenek ku. Beliau pun membenarkan bahwa ibu ku terkena serangan leak. saat dilakukan pengobatan, ibuku sempat merasa risih dan hampir saja tidak mau untuk di obati, karena menurut balian tersebut, payudara ibuku harus di peras untuk mengeluarkan penyakitnya.

Setelah di bujuk oleh nenek ku, dan mengingat kondisi ibuku yang sudah diambang kematian (saat puting susu ibuku putus, maka itulah akhir hidup ibuku), akhirnya ibuku menyetujui untuk diobati. Saat balian itu memerah payudara ibuku, keluarlah nanah yang sangat banyak, dan berbau sangat busuk. Setelah banyak nanah yang dikeluarkan, akhirnya balian tersebut memberi sebuah rerajahan huruf gundul (FYI : Balian ini beragama hindu), yang harus diletakkan dipintu rumah kami.

Sejenak setelah pengobatan tersebut, ibuku tidak lagi mendapat gangguan dari leak-leak yang mengincarnya dan kakak ku. Namun entah apa yang terjadi, keluarga kami mendapat serangan lagi. Kali ini semakin parah, tidak hanya saat maghrib datang,didalam mimpi pun ibuku tetap diserang oleh para leak ini.

Hingga akhirnya saat ayahku pulang dari bertugas, ayahku bertemu dengan nenek ku yang tampak panik berjalan didepan jalan rumah kami, ayahku bertanya apa yang terjadi, dan kemudian dijelaskan oleh nenek ku atas apa yang menimpa ibuku.

Suami mana yang tidak naik pitam mengetahui istri dan anaknya ingin dibunuh ? , ayahku kemudian membeli beberapa peralatan dengan kemudian mengobati ibu dan kakaku dari penyakit yang menimpa mereka. Penyakit yang berada didalam tubuh ibuku, dikeluarkan dan kemudian di buang kelaut.

Keeseokan harinya, satu persatu dari para leak yang menyerang ibu kami mengalami hal aneh ,ada yang tidak bisa menoleh, tidak bisa berjalan, tidak bisa bangun dari tidurnya, dan tidak bisa menggerakkan tangannya. Satu persatu dari mereka datang kerumah ku untuk menemui ayah ku, mereka meminta obat kepada ayahku untuk kesembuhan mereka, namun ayah ku hanya mengatakan bahwa beliau bukanlah seorang dokter,dan tidak bisa mengobatinya.

Akhirnya satu per satu dari mereka meninggal karena sakit yang mereka derita.