- Beranda
- The Lounge
Kisah Nyata delapan tahun hidup bertetangga dengan orang gila
...
TS
NeighbourFrHell
Kisah Nyata delapan tahun hidup bertetangga dengan orang gila
Sebelumnya saya mohon maaf agan dan sista sekalian karena ini memang ID klonengan, tetapi kisah yang saya tulis berikut ini adalah nyata, tidak repost, dan merupakan pengalaman TS sendiri.
Tulisan di bagi dalam dua season.
------------------------
I N D E K S SEASON I
------------------------
Latar Belakang TS
perkenalan
sebulan pertama
kasus pertama
kasus kedua
kasus ketiga
pergi kuliah
kembali ke Indonesia
tiga bulan pertama di Indonesia lagi
kelahiran anak pertama
setahun pertama
tahun kedua
yang waras ngalah
kontak fisik
pesugihan?
azab
menyiramkan minyak
this means war
fight fire with fire
urusan ini belum selesai
c.o.d
gua ga takut
the uneasy peace
tomorrow is another day
------------------------
I N D E K S SEASON II
------------------------
mata ganti mata
beyond reasonable doubt
si vis pacem, para bellum
spill over
kami tidak mau main sama kamu
dari debu kembali menjadi debu
the fragile peace
------------------------
I N D E K S SEASON III
------------------------
currahee
------------------------
Keluarga saya merupakan keluarga sederhana dari lima bersaudara, Bapak - Ibu bekerja keras untuk menyekolahkan saya hingga bisa kuliah di ibu kota. Selama di ibu kota saya tinggal di kosan.
Sehabis kuliah saya bekerja, dan berkenalan dengan seorang gadis yang sekarang menjadi ibu dari anak kami satu-satunya. Empat tahun pacaran, dan saya berniat untuk menikahinya dalam waktu tiga tahun. Sebelum menikah, Ibu menasihati saya untuk berusaha memiliki rumah dahulu. Sesuai dengan nasihat dan restu Beliau, saya KPR sebuah rumah sederhana di bilangan Barat Jakarta di lingkungan pinggiran dari perumahan elit di tengahnya.
Saat itu tahun 2003, dan oleh pengembang dijanjikan awal Februari 2004 bisa ditempati. Berhubung di tempat baru sepi banget saya tunda untuk masuk hingga April 2004.
Kompleks perumahan ini tidaklah besar, walaupun dibayang-bayangi oleh perumahan besar di sebelahnya tetapi yang tinggal disini umumnya adalah kelas pekerja. Rumah saya bernomor 11, dan ada tetangga yang menempati nomor 24, 9, dan 2.
Sesuai dengan kebiasaan saya dari kampung dulu dan saat di kos, saya berkenalan dengan semua tetangga yang ternyata telah lebih dahulu satu bulan menempati sebelum saya. Bagi saya saat itu semuanya adalah para pasangan muda yang belum memilik anak atau sedang hamil anak pertama dan mereka semuanya nice. Tetapi di hari ke-4 ada dua tetangga yang memperingatkan saya kalau tetangga yang satu itu 'menggigit', jadi hati-hati. Saya menepis peringatan ini dan berkata di dalam hati memang gak semua orang dapat hidup rukun dengan yang lainnya. Tetangga ini di kemudian hari di bulan ke-5 pindah untuk meneruskan usaha mertuanya.
Tidak terpikirkan oleh saya bahwa peringatan yang saya skeptis-kan ini kelak menjadi terror bagi keluarga saya selama 8 tahun ini.
Sang tetangga ajaib memperkenalkan diri sebagai putra dari pemilik sebuah showroom mobil di jakarta utara dan dia sendiri memiliki usaha spare part motor.
Sebulan pertama saya tinggal sendirian disini, hanya dengan tiga tetangga. Sebulan ini pula saya menyadari ada yang tidak beres pada tetangga ajaib ini. Orang mana yang mencuci mobilnya setiap subuh jam 04:30 - 05:30, pergi membeli makanan jam 06:00 di pasar sekitar 1 km dari perumahan, kembali jam 06:20 dan mencuci mobilnya lagi? Sehari bisa 5-7x mencuci mobil termasuk menggosok bannya. Saya mengetahui hal ini karena setelah capek pindah sempat sakit dan dahulu sempat bolak balik kota S untuk tugas.
Maaf bagi yang kentang, TS memang ngejar page one biar ga kotor ama junkers gila.
Bersambung ke posting berikutnya
Tulisan di bagi dalam dua season.
------------------------
I N D E K S SEASON I
------------------------
Latar Belakang TS
perkenalan
sebulan pertama
kasus pertama
kasus kedua
kasus ketiga
pergi kuliah
kembali ke Indonesia
tiga bulan pertama di Indonesia lagi
kelahiran anak pertama
setahun pertama
tahun kedua
yang waras ngalah
kontak fisik
pesugihan?
azab
menyiramkan minyak
this means war
fight fire with fire
urusan ini belum selesai
c.o.d
gua ga takut
the uneasy peace
tomorrow is another day
------------------------
I N D E K S SEASON II
------------------------
mata ganti mata
beyond reasonable doubt
si vis pacem, para bellum
spill over
kami tidak mau main sama kamu
dari debu kembali menjadi debu
the fragile peace
------------------------
I N D E K S SEASON III
------------------------
currahee
------------------------
Spoiler for latar belakang TS:
Keluarga saya merupakan keluarga sederhana dari lima bersaudara, Bapak - Ibu bekerja keras untuk menyekolahkan saya hingga bisa kuliah di ibu kota. Selama di ibu kota saya tinggal di kosan.
Sehabis kuliah saya bekerja, dan berkenalan dengan seorang gadis yang sekarang menjadi ibu dari anak kami satu-satunya. Empat tahun pacaran, dan saya berniat untuk menikahinya dalam waktu tiga tahun. Sebelum menikah, Ibu menasihati saya untuk berusaha memiliki rumah dahulu. Sesuai dengan nasihat dan restu Beliau, saya KPR sebuah rumah sederhana di bilangan Barat Jakarta di lingkungan pinggiran dari perumahan elit di tengahnya.
Saat itu tahun 2003, dan oleh pengembang dijanjikan awal Februari 2004 bisa ditempati. Berhubung di tempat baru sepi banget saya tunda untuk masuk hingga April 2004.
Spoiler for perkenalan:
Kompleks perumahan ini tidaklah besar, walaupun dibayang-bayangi oleh perumahan besar di sebelahnya tetapi yang tinggal disini umumnya adalah kelas pekerja. Rumah saya bernomor 11, dan ada tetangga yang menempati nomor 24, 9, dan 2.
Sesuai dengan kebiasaan saya dari kampung dulu dan saat di kos, saya berkenalan dengan semua tetangga yang ternyata telah lebih dahulu satu bulan menempati sebelum saya. Bagi saya saat itu semuanya adalah para pasangan muda yang belum memilik anak atau sedang hamil anak pertama dan mereka semuanya nice. Tetapi di hari ke-4 ada dua tetangga yang memperingatkan saya kalau tetangga yang satu itu 'menggigit', jadi hati-hati. Saya menepis peringatan ini dan berkata di dalam hati memang gak semua orang dapat hidup rukun dengan yang lainnya. Tetangga ini di kemudian hari di bulan ke-5 pindah untuk meneruskan usaha mertuanya.
Tidak terpikirkan oleh saya bahwa peringatan yang saya skeptis-kan ini kelak menjadi terror bagi keluarga saya selama 8 tahun ini.
Sang tetangga ajaib memperkenalkan diri sebagai putra dari pemilik sebuah showroom mobil di jakarta utara dan dia sendiri memiliki usaha spare part motor.
Spoiler for sebulan pertama:
Sebulan pertama saya tinggal sendirian disini, hanya dengan tiga tetangga. Sebulan ini pula saya menyadari ada yang tidak beres pada tetangga ajaib ini. Orang mana yang mencuci mobilnya setiap subuh jam 04:30 - 05:30, pergi membeli makanan jam 06:00 di pasar sekitar 1 km dari perumahan, kembali jam 06:20 dan mencuci mobilnya lagi? Sehari bisa 5-7x mencuci mobil termasuk menggosok bannya. Saya mengetahui hal ini karena setelah capek pindah sempat sakit dan dahulu sempat bolak balik kota S untuk tugas.
Maaf bagi yang kentang, TS memang ngejar page one biar ga kotor ama junkers gila.
Bersambung ke posting berikutnya
Diubah oleh NeighbourFrHell 27-07-2013 13:18
Hitler dan 3 lainnya memberi reputasi
4
726.2K
Kutip
6K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•104KAnggota
Tampilkan semua post
TS
NeighbourFrHell
#11
Konfrontasi
Tepatlah kiranya kata kata di atas ini.
Marah, sesal, dan takut menghinggapi hati saya.
Marah untuk pembiaran
Sesal untuk telat
Takut untuk bagaimana apabila tetangga ajaib setelah terjadinya pembiaran selama delapan tahun tidak lagi kenal rasa segan ataupun menahan diri.
Semua tahu bahwa tidaklah baik berkelahi dengan orang mabuk atau orang gila karena mereka tidak mengenal rasa sakit ataupun takut ataupun dampak kedepannya.
Indikator baterai pada laptop telah menunjukkan tanda merah, dan saya menyuruhnya untuk hibernasi.
Anak saya keluar dengan riang dari kelas mendapati abahnya masih menunggunya. Segera saya peluk tubuh kecilnya, menggendongnya sambil menantikan datangnya mobil jemputan.
'Maaf Pak tadi macet ada orang bawa pikulan nanas, pikulannya jatuh', kata operator jemputan sekolah.
'Tidak apa apa Pak, ayo pulang'
Saya persiapkan hati, apa yang akan saya katakan?
Apakah saya tutup hati saya dan berkata kepadanya 'hari ini, tahun depan, adalah hari peringatan kematianmu?'
:
Apakah saya labrak saja?
Apakah yang akan dilakukannya pada hari selasa? Bagaimana kalau dia malah membalaskannya kepada anak dan istri saya?
Dalam pikiran berkecamuk saat saya tidak siap, meluncurlah mobil tetangga gila dengan house music dan klakson panjang menuju pintu keluar, tepat setelah saya meninggalkan gerbang.
Saya tidak siap, kalaupun saya meminta operator jemputan untuk menghalangi mobilnya, dan tetangga gila menabraknya, siapa yang akan mengganti?
Bagaimana dengan anak saya yang di dalam mobil?
Saya kuatkan hati dan pulang menuju rumah.
Di rumah, istri saya telah menunggu, dari tangisan sekarang menjadi amarah, dengan dua orang satpam berkumpul dan berbicara dengan istri tetangga gila.
Dengan muka merah padam saya mendatanginya 'what sort of grudge do you have against my daughter?'
'dendam apa yang menyebabkan lakimu pantas untuk mengatai anak saya?'
Istrinya yang telah berpakaian kerja (kerja paruh waktu) berkata 'maaf, tetapi dia sudah tidak mau mendengarkan saya juga. Terserah kamu mau diapain'
Saya bertanya 'tolong pertemukan saya dengan orang tuanya, delapan tahun berbuat onar masakan orang tuanya sendiri bahkan tidak pernah menengok anaknya?'
Istrinya menjawab 'tidak usah berharap, orang tuanya juga seperti itu'.
'Jam berapa dia pulang?'
'Tidak tahu'
Buntu, saya mengajak istri saya untuk mendatangi kantor satpam dan kantor pengembang...
Seperti yang telah dinasehatkan beberapa kaskuser, memang saya lah yang keterlaluan karena melakukan pembiaran. Kita diajarkan untuk menghindari jalan kekerasan, tetapi saat diplomasi gagal memang unjuk kekuatan terbatas diperlukan.
Jam 15:30 kami pulang ke rumah, saya mandi lagi untuk mendinginkan kepala dan makan untuk menenangkan hati.
'Tidak ada gunanya berkelahi'
Anak saya baru saja terlelap dalam tidur siangnya saat sebuah bunyi klakson panjang dan nyaring dari ujung jalan memecah kesunyian dan mendidihkan darah saya kembali.
'Ini saatnya'
'Tetapi reputasinya itu loh dengan golok segala'
'Jalankan fungsimu sebagai ayah'
'Gimana kalau malah bekingnya yang datang'
'Menghina gua yang bukan siapa siapa harusnya dia mati sekali, tetapi menghina anak gua dia pantas mati dua kali'
'too many years unchallenged makes him invicible'
Jarak empat detik antara ujung jalan menuju depan rumah tetangga ajaib serasa menjadi dua ratus empat puluh detik, saat berbagai suara hati dan pikiran saling bertentangan.
'Apapun yang akan terjadi, anak saya akan tahu bahwa abahnya membelanya', itulah keputusan saya.
Dengan hanya mengenakan celana pendek, saya kenakan sepatu kets tipis saya, dan mendatanginya tepat saat dia mematikan mesinnya.
Saya berjalan ke arah pintu pengemudi, tetangga ajaib menurunkan kaca jendelanya.
Di dalamnya ada sang tetangga ajaib dengan dua anaknya.
Saat itu saya tahu bahwa anak saya telah kembali terbangun karena klakson panjang ini.
'Mau apa elu?' tanya tetangga ajaib.
Dengan pelan saya berkata 'elu bilang apa tentang anak gua tadi? apa masalah elu dengan anak gua?'
Tetangga ajaib tidak berkata apa apa, hanya mengambil sesuatu dari bawah jok kursinya, dan mulai membuka pintunya.
Mata saya tidak dapat menganalisis kira kira apa yang diambilnya, saat sebuah gerakan mengejutkan datang dari kaki kiri saya, menendang pintu pengemudi tepat pada bagian handle pintu sehingga tetangga ajaib terjengkang ke dalam mobilnya.
Benda itu... kunci roda
Saya tidak memiliki mobil tetapi bertahun tahun bekerja di bagian logistik membuat saya mengenalnya benda mengkilat itu.
Tetangga ajaib berusaha untuk keluar lagi kali ini dengan mengayunkan kunci rodanya.
Sekali lagi kaki kiri saya menendang pintu pengemudi dan membuatnya terjengkang lagi ke dalam mobil.
Saat itulah pikiran saya berjalan kembali, hati saya menjadi tenang dan bersyukur.
'Langit berpihak kepada saya'
'Kenapa tadi gak pake sepatu safety aja'
Saya membiarkannya turun dengan tangan tetangga ajaib kin memegang kunci roda di atas kepalanya, siap untuk mengayunkannya dengan maksud fatal.
Saya berharap gerakan refleks saya akan menyelamatkan saya dari apapun yang akan dilakukannya dengan senjata di tangannya saat seorang satpam datang terburu buru dari arah pintu masuk dan berhenti tepat di depannya.
Tetangga ajaib memasukkan kembali kunci roda ke dalam mobilnya melalui pintu tengah dan berteriak 'kenapa elu rusak mobil gua'.
Tidak ada tanda kerusakan pada pintu mobil, bahkan goresan pun tidak ada.
Sepatu kets murahan saya yang hanya menggunakan karet sintetis dan mulai licin tidak sanggup membuat bahkan goresan pada handle pintunya.
Satpam yang hendak maju dikatain oleh tetangga ajaib 'elu gua yang bayar, jangan ikut campur'.
Saya membuat gerakan tangan bahwa situasinya telah terkendali.
Biar mudah diurut aja yah, dimulai dari kalimat saya disusul tetangga ajaib dalam mode half duplex.
'siapa yang mulai? gua datang elu ayunin kunci roda'
'abisnya elu menghadang gua'
'siapa menghadang elu? Gua datang setelah elu mematikan mesin'
'gua ga ada urusan dengan elu, gua mau pergi lagi sama anak anak gua'
'apa masalah elu mengatain anak gua'
'abisnya elu ngatain gua ama tetangga nomer 8 yang make mobil kantor itu'
'gua ga ngatain elu, dia satu profesi ama gua'
'abisnya elu ngatain gua ama yang jemputan anak elu'
'kapan gua katain, elu aja yang berburuk sangka. Udah cukup delapan tahun elu bikin onar di sini dengan musik dan klakson elu'
'gua klakson untuk manggil bini gua biar bukain pintu'
'ada bini elu? engga kan? elu memang sengaja bikin onar doang'
Merasa kalah argumen tetangga ajaib membuka pintu mobilnya, menaikkan kaca jendela, menutup pintu dan berkata
'gua ga ada urusan dengan pengangguran kaya elu. gua ada kerja yah, gua mau bawa anak anak gua ke mal'
'tukang onar kaya elu bisa ga sih berhenti'
'elu jangan macam macam ama gua satpam aja ga berani ama gua'
'satpam dilarang untuk melawan warga kalau engga elu dah abis dari dulu, pantasnya elu ditangkap'
'polisi mana bisa menangkap gua, urusan dengan si xxxx dulu aja cuma golok gua yang diambil karena gua punya beking dan sekarang elu merusak mobil gua'
'buat apa elu mengancam gua dengan kunci roda, kalau kena kepala gua siapa yang mau ngasih makan anak bini gua'
'gua bawa buat melindungi diri juga ngadapin angkot angkot di luar'
Saat itu satpam yang dari tadi memperhatikan berkata 'pak anak anaknya kepanasan tuh di dalam mobil'
Menyadari hal ini tetangga ajaib membuka pintu mobilnya, membuka pintu rumah dan menyuruh kedua anaknya untuk masuk ke rumah.
'ini gara gara elu menghadang gua, tunggu bini gua pulang kalau elu berani'
Satpam ini kini tertawa bersama saya yang disambut tetangga ajaib dengan marah 'elu tau gak sih di rumah gua di xxxxx (jakarta utara) semua satpamnya professional dibayar lebih mahal daripada elu orang, elu tuh ya cuma satpam doang dah sombong'
Satpam terdiam dan kini ikut marah 'bapak jangan menghina profesi saya'
Tetangga ajaib menyadari situasi tidak menguntungkan dan berlari ke dalam rumah, mengunci pintu teralis dan berkata lagi 'di rumah gua di xxxxx (jakarta utara) semua satpam hormat sama gua, jangan beraninya di sini, kalau berani coba ke xxxxxx'
Saya tercengang melihat perubahan situasi ini saat satpam berkata 'seperti biasa bakal ngandalin bininya lagi', meminta saya untuk mundur
Dari balik teralis tetangga ajaib berkata 'tunggu bini gua pulang jam setengah tujuh kalau elu berani'
Saya berkata kepada satpam 'sudah cukup, saya akan melibatkan polisi, siapapun bekingnya'
'ya sudah nanti kalau istrinya sudah pulang, panggil kami lagi aja', saya pun berpisah jalan dengan satpam.
Kembali ke rumah, saya terduduk dan merenungkan urutan peristiwa yang begitu cepat.
Antara bersyukur untuk perlindungan yang diberikanNya atas saya dan menyesal karena kalau tahu begini saya akan memberikan tanda kaki tak terlupakan pada benda jahanam pembuat onar perumahan ini.
Teringat saya dengan mendiang guru biologi smu saya dulu, ibu Nur yang mengajarkan tentang kemampuan refleks pada hewan dan manusia tanpa melalui otak.
Walau TS sekarang tidak ingat lagi berapakah jumlah gigi manusia atau jumlah gigi kuda, atau nama latin dari jagung, tapi yang penting dulu pernah disuruh menjadi penerus beliau loh, cihuyyy
Tidak ada suara apa apa lagi dari dalam rumah ini
Hingga jam tujuh malam 'kalau berani keluar elu xxxxx', diikuti dengan suara klakson panjang dan alarm mobil bersahut sahutan.
Dengan tenang saya memasangkan baju yang layak untuk menuju kantor polisi dan memanggil satpam.
Terdengar lagi suara tetangga ajaib 'bini gua disini, keluar xxxxx, urusan belum selesai'
Spoiler for fight fire with fire:
All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing
Edmund Burke
Irish orator, philosopher, & politician (1729 - 1797)
Tepatlah kiranya kata kata di atas ini.
Marah, sesal, dan takut menghinggapi hati saya.
Marah untuk pembiaran
Sesal untuk telat
Takut untuk bagaimana apabila tetangga ajaib setelah terjadinya pembiaran selama delapan tahun tidak lagi kenal rasa segan ataupun menahan diri.
Semua tahu bahwa tidaklah baik berkelahi dengan orang mabuk atau orang gila karena mereka tidak mengenal rasa sakit ataupun takut ataupun dampak kedepannya.
Indikator baterai pada laptop telah menunjukkan tanda merah, dan saya menyuruhnya untuk hibernasi.
Anak saya keluar dengan riang dari kelas mendapati abahnya masih menunggunya. Segera saya peluk tubuh kecilnya, menggendongnya sambil menantikan datangnya mobil jemputan.
'Maaf Pak tadi macet ada orang bawa pikulan nanas, pikulannya jatuh', kata operator jemputan sekolah.
'Tidak apa apa Pak, ayo pulang'
Saya persiapkan hati, apa yang akan saya katakan?
Apakah saya tutup hati saya dan berkata kepadanya 'hari ini, tahun depan, adalah hari peringatan kematianmu?'
:Apakah saya labrak saja?
Apakah yang akan dilakukannya pada hari selasa? Bagaimana kalau dia malah membalaskannya kepada anak dan istri saya?
Dalam pikiran berkecamuk saat saya tidak siap, meluncurlah mobil tetangga gila dengan house music dan klakson panjang menuju pintu keluar, tepat setelah saya meninggalkan gerbang.
Saya tidak siap, kalaupun saya meminta operator jemputan untuk menghalangi mobilnya, dan tetangga gila menabraknya, siapa yang akan mengganti?
Bagaimana dengan anak saya yang di dalam mobil?
Saya kuatkan hati dan pulang menuju rumah.
Di rumah, istri saya telah menunggu, dari tangisan sekarang menjadi amarah, dengan dua orang satpam berkumpul dan berbicara dengan istri tetangga gila.
Dengan muka merah padam saya mendatanginya 'what sort of grudge do you have against my daughter?'
'dendam apa yang menyebabkan lakimu pantas untuk mengatai anak saya?'
Istrinya yang telah berpakaian kerja (kerja paruh waktu) berkata 'maaf, tetapi dia sudah tidak mau mendengarkan saya juga. Terserah kamu mau diapain'
Saya bertanya 'tolong pertemukan saya dengan orang tuanya, delapan tahun berbuat onar masakan orang tuanya sendiri bahkan tidak pernah menengok anaknya?'
Istrinya menjawab 'tidak usah berharap, orang tuanya juga seperti itu'.
'Jam berapa dia pulang?'
'Tidak tahu'
Buntu, saya mengajak istri saya untuk mendatangi kantor satpam dan kantor pengembang...
Seperti yang telah dinasehatkan beberapa kaskuser, memang saya lah yang keterlaluan karena melakukan pembiaran. Kita diajarkan untuk menghindari jalan kekerasan, tetapi saat diplomasi gagal memang unjuk kekuatan terbatas diperlukan.
Jam 15:30 kami pulang ke rumah, saya mandi lagi untuk mendinginkan kepala dan makan untuk menenangkan hati.
'Tidak ada gunanya berkelahi'
Anak saya baru saja terlelap dalam tidur siangnya saat sebuah bunyi klakson panjang dan nyaring dari ujung jalan memecah kesunyian dan mendidihkan darah saya kembali.
Spoiler for urusan ini belum selesai:
'Ini saatnya'
'Tetapi reputasinya itu loh dengan golok segala'
'Jalankan fungsimu sebagai ayah'
'Gimana kalau malah bekingnya yang datang'
'Menghina gua yang bukan siapa siapa harusnya dia mati sekali, tetapi menghina anak gua dia pantas mati dua kali'
'too many years unchallenged makes him invicible'
Jarak empat detik antara ujung jalan menuju depan rumah tetangga ajaib serasa menjadi dua ratus empat puluh detik, saat berbagai suara hati dan pikiran saling bertentangan.
'Apapun yang akan terjadi, anak saya akan tahu bahwa abahnya membelanya', itulah keputusan saya.
Dengan hanya mengenakan celana pendek, saya kenakan sepatu kets tipis saya, dan mendatanginya tepat saat dia mematikan mesinnya.
Saya berjalan ke arah pintu pengemudi, tetangga ajaib menurunkan kaca jendelanya.
Di dalamnya ada sang tetangga ajaib dengan dua anaknya.
Saat itu saya tahu bahwa anak saya telah kembali terbangun karena klakson panjang ini.
'Mau apa elu?' tanya tetangga ajaib.
Dengan pelan saya berkata 'elu bilang apa tentang anak gua tadi? apa masalah elu dengan anak gua?'
Tetangga ajaib tidak berkata apa apa, hanya mengambil sesuatu dari bawah jok kursinya, dan mulai membuka pintunya.
Mata saya tidak dapat menganalisis kira kira apa yang diambilnya, saat sebuah gerakan mengejutkan datang dari kaki kiri saya, menendang pintu pengemudi tepat pada bagian handle pintu sehingga tetangga ajaib terjengkang ke dalam mobilnya.
Benda itu... kunci roda
Saya tidak memiliki mobil tetapi bertahun tahun bekerja di bagian logistik membuat saya mengenalnya benda mengkilat itu.
Tetangga ajaib berusaha untuk keluar lagi kali ini dengan mengayunkan kunci rodanya.
Sekali lagi kaki kiri saya menendang pintu pengemudi dan membuatnya terjengkang lagi ke dalam mobil.
Saat itulah pikiran saya berjalan kembali, hati saya menjadi tenang dan bersyukur.
'Langit berpihak kepada saya'
'Kenapa tadi gak pake sepatu safety aja'
Saya membiarkannya turun dengan tangan tetangga ajaib kin memegang kunci roda di atas kepalanya, siap untuk mengayunkannya dengan maksud fatal.
Saya berharap gerakan refleks saya akan menyelamatkan saya dari apapun yang akan dilakukannya dengan senjata di tangannya saat seorang satpam datang terburu buru dari arah pintu masuk dan berhenti tepat di depannya.
Tetangga ajaib memasukkan kembali kunci roda ke dalam mobilnya melalui pintu tengah dan berteriak 'kenapa elu rusak mobil gua'.
Tidak ada tanda kerusakan pada pintu mobil, bahkan goresan pun tidak ada.
Sepatu kets murahan saya yang hanya menggunakan karet sintetis dan mulai licin tidak sanggup membuat bahkan goresan pada handle pintunya.
Satpam yang hendak maju dikatain oleh tetangga ajaib 'elu gua yang bayar, jangan ikut campur'.
Saya membuat gerakan tangan bahwa situasinya telah terkendali.
Biar mudah diurut aja yah, dimulai dari kalimat saya disusul tetangga ajaib dalam mode half duplex.
'siapa yang mulai? gua datang elu ayunin kunci roda'
'abisnya elu menghadang gua'
'siapa menghadang elu? Gua datang setelah elu mematikan mesin'
'gua ga ada urusan dengan elu, gua mau pergi lagi sama anak anak gua'
'apa masalah elu mengatain anak gua'
'abisnya elu ngatain gua ama tetangga nomer 8 yang make mobil kantor itu'
'gua ga ngatain elu, dia satu profesi ama gua'
'abisnya elu ngatain gua ama yang jemputan anak elu'
'kapan gua katain, elu aja yang berburuk sangka. Udah cukup delapan tahun elu bikin onar di sini dengan musik dan klakson elu'
'gua klakson untuk manggil bini gua biar bukain pintu'
'ada bini elu? engga kan? elu memang sengaja bikin onar doang'
Merasa kalah argumen tetangga ajaib membuka pintu mobilnya, menaikkan kaca jendela, menutup pintu dan berkata
'gua ga ada urusan dengan pengangguran kaya elu. gua ada kerja yah, gua mau bawa anak anak gua ke mal'
'tukang onar kaya elu bisa ga sih berhenti'
'elu jangan macam macam ama gua satpam aja ga berani ama gua'
'satpam dilarang untuk melawan warga kalau engga elu dah abis dari dulu, pantasnya elu ditangkap'
'polisi mana bisa menangkap gua, urusan dengan si xxxx dulu aja cuma golok gua yang diambil karena gua punya beking dan sekarang elu merusak mobil gua'
'buat apa elu mengancam gua dengan kunci roda, kalau kena kepala gua siapa yang mau ngasih makan anak bini gua'
'gua bawa buat melindungi diri juga ngadapin angkot angkot di luar'
Saat itu satpam yang dari tadi memperhatikan berkata 'pak anak anaknya kepanasan tuh di dalam mobil'
Menyadari hal ini tetangga ajaib membuka pintu mobilnya, membuka pintu rumah dan menyuruh kedua anaknya untuk masuk ke rumah.
'ini gara gara elu menghadang gua, tunggu bini gua pulang kalau elu berani'
Satpam ini kini tertawa bersama saya yang disambut tetangga ajaib dengan marah 'elu tau gak sih di rumah gua di xxxxx (jakarta utara) semua satpamnya professional dibayar lebih mahal daripada elu orang, elu tuh ya cuma satpam doang dah sombong'
Satpam terdiam dan kini ikut marah 'bapak jangan menghina profesi saya'
Tetangga ajaib menyadari situasi tidak menguntungkan dan berlari ke dalam rumah, mengunci pintu teralis dan berkata lagi 'di rumah gua di xxxxx (jakarta utara) semua satpam hormat sama gua, jangan beraninya di sini, kalau berani coba ke xxxxxx'
Saya tercengang melihat perubahan situasi ini saat satpam berkata 'seperti biasa bakal ngandalin bininya lagi', meminta saya untuk mundur
Dari balik teralis tetangga ajaib berkata 'tunggu bini gua pulang jam setengah tujuh kalau elu berani'
Saya berkata kepada satpam 'sudah cukup, saya akan melibatkan polisi, siapapun bekingnya'
'ya sudah nanti kalau istrinya sudah pulang, panggil kami lagi aja', saya pun berpisah jalan dengan satpam.
Kembali ke rumah, saya terduduk dan merenungkan urutan peristiwa yang begitu cepat.
Antara bersyukur untuk perlindungan yang diberikanNya atas saya dan menyesal karena kalau tahu begini saya akan memberikan tanda kaki tak terlupakan pada benda jahanam pembuat onar perumahan ini.
Teringat saya dengan mendiang guru biologi smu saya dulu, ibu Nur yang mengajarkan tentang kemampuan refleks pada hewan dan manusia tanpa melalui otak.
Walau TS sekarang tidak ingat lagi berapakah jumlah gigi manusia atau jumlah gigi kuda, atau nama latin dari jagung, tapi yang penting dulu pernah disuruh menjadi penerus beliau loh, cihuyyy
Tidak ada suara apa apa lagi dari dalam rumah ini
Hingga jam tujuh malam 'kalau berani keluar elu xxxxx', diikuti dengan suara klakson panjang dan alarm mobil bersahut sahutan.
Dengan tenang saya memasangkan baju yang layak untuk menuju kantor polisi dan memanggil satpam.
Terdengar lagi suara tetangga ajaib 'bini gua disini, keluar xxxxx, urusan belum selesai'
0
Kutip
Balas