Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tapewormAvatar border
TS
tapeworm
Rekam Jejak Dimensi
Salam hangat dan sejahtera bagi seluruh penghuni, semoga selalu mabuk dalam kasih-Nya
Ane mau ijin berbagi cerita disini...

Sebagian dari cerita-cerita ini adalah fiksi sepenuhnya, sebagian lagi merupakan kisah nyata yang ane fiksikan...

... Semoga dapat dinikmati ...

emoticon-Shakehand2

Langsung aja deh ya emoticon-Blue Guy Smile (S)

Spoiler for Index:


Terinspirasi dari banyak buku, novel, artikel, film, music, dan mimpi etc.

NB: terima kasih fungi, karena kamu telah mengundang banyak inspirasi untuk menemukan ku emoticon-Blue Guy Smile (S)
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
4.5K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.7KThread43.1KAnggota
Tampilkan semua post
tapewormAvatar border
TS
tapeworm
#9
Dimensi 5: Badut Sulap (pt. 1)
Aku sendiri bingung. Kegilaan macam apa yang mendorong ku mendatangi rumah kontrakan itu lagi. Jam 10 siang, tidak lebih. Pria bernama Sinai itu masih mengenakan setelan yang sama. Hanya saja kali ini kemeja slim fit-nya dikancing sampai leher.

\t“Ayo... kita mulai kerjanya” Tukasnya begitu melihat aku di muka pintu. Ia segera bangkit dari duduknya, lalu menenteng sebuah ransel besar yang tergeletak di bawah kursinya.

\t“Hmm... tapi kita kemana?” Tanya ku bingung.
\t“Sudah, ikut saja” Balasnya singkat.
\tUntuk sampai ditempat tujuan, kami berdua harus naik angkot tiga kali. “Ongkosnya bayar masing-masing dulu, nanti aku ganti waktu hari gajian mu” Tukasnya. Aku hanya menurut, setidaknya ia tidak minta aku bayari.

Tempat yang kami tuju adalah sebuah rumah mewah. Pagar depannya tinggi. Halamannya luas. Garasinya juga luas. Si pemilik rumah pasti orang yang sangat kaya, pikir ku. Mungkin pemilik rumah inilah bos yang sebenarnya.

\tSinai menekan bel rumah itu. Tidak lama, seorang pesuruh pria keluar dari arah garasi. Ia membukakan gerbang untuk kami.

\t“Mas berdua sudah ditunggu... monggo masuk” Sapa pesuruh itu.
\tSinai dan aku segera masuk. Aku masih penasaran, sebenarnya apa yang akan kami kerjakan di rumah mewah itu. Pesuruh itu menggiring kami melalui garasi. Di dalam garasi terparkir empat mobil mewah. Entah apa merk-nya, yang seperti itu aku belum pernah lihat di jalan raya. Kami terus dibimbing melewati semacam koridor. Diujung koridor itu terdapat dapur. Dapur yang juga mewah. Luas dan mewah. Semua barang di dapur itu seperti berkilau. Lantainya, dindingnya, panci dan wajannya. Tanpa noda. Apalagi pantat panci yang menghitam. Semua berkilauan.

\t“Nah ini ruang gantinya” Ucap pesuruh itu. Setelahnya ia segera pergi meninggalkan kami berdua.

\tKami berada dalam sebuah ruangan yang tidak terlalu luas. Ruangan tersebut pasti yang paling sempit, dari sekian banyak ruangan di rumah itu. Tapi bagaimana pun juga, ruangan itu lebih luas dari kantor rumah kontrakan milik Sinai. Dalam ruangan itu terdapat dua buah mesin cuci, meja setrika, dan setumpuk besar pakaian kotor.

\t“Pakai ini !” Tukas Sinai, sambil menyodorkan segumpalan kain bercorak mencolok.

\t“Apa ini?” Tanya ku bingung.
\t“Sudah, pakai saja !”

\tAku merentang kan gumpalan kain itu. Bentuknya seperti baju terusan, atau daster. Hanya saja berlengan panjang dan bercorak mencolok. Bergaris-garis vertikal. Dari atas ke bawah. Merah-kuning-biru-putih. Ukurannya pun kebesaran. Benda macam apa yang harus aku pakai ini? pikir ku.

\tMasih kebingungan dengan kostum konyol itu, aku melihat Sinai telah berubah menjadi sesuatu yang mengerikan. Oh God, forgive me.... Barusan saja bos keparat ku itu masih terlihat perlente, tapi tiba-tiba ia telah berubah menjadi badut sulap. Badut sulap dalam arti sebenarnya. Ia memakai kostum bercorak polkadot warna-warni. Bersarung tangan. Ber-wig kribo. Dan Parahnya lagi wig itu berwarna kuning. Kuning cerah. Dan sepatunya... oh, Tentu saja. Sepatu besar berwarna merah dan biru. Itu saja belum cukup, ia juga memakai make-up tebal. Seluruh wajahnya putih. Bibirnya diberi perwarna merah tebal, melebihi garis bibir tentunya. Satu hal yang paling konyol: ia memakai hidung karet berwarna merah. Hidung karet besar dan konyol luar biasa.

\tIni mimpi buruk. Beberapa hari yang lalu aku adalah suplier sayur dan buah. Okelah... Itu masih cukup keren di telinga. Tapi hari ini aku adalah badut sulap. Dalam arti sebenarnya. Damn. Pekerjaan ini benar-benar konyol, dalam kostum konyol, dan tentu saja aku harus berlaku konyol.
***

\tAku dan Bos baru ku itu berada di tengah-tengah pesta. Kami menjadi pusat perhatian. Tiga lusin bocah bengal mengelilingi kami. Mereka terlihat seperti makhluk-makhluk liar yang lapar akan tindakan konyol. Oleh mereka, aku dipaksa menyanyikan “Selamat Ulang Tahun”. Dua puluh kali putar. Medley. Tanpa jeda. Selain itu aku juga harus melakukan tarian-tarian tidak karuan. Beberapa yang paling bengal bahkan memaksa aku menjadi kuda-kudaan. Berjalan merangkak keliling ruangan. 10 lap tidak kurang. Berbeda dengan ku, Si Bos keparat itu terlihat bahagia dengan semua kekacauan ini. Ia menampilkan beberapa trik sulap pada anak-anak. Mulai dari memunculkan burung merpati, rangkaian bunga, Balon, sampai tikus putih. Entah dari mana ia datangkan benda-benda itu, aku tidak lagi peduli. Aku hanya ingin kekacauan ini segera usai.

\tPukul sepulu malam. Pestanya sudah sedari tadi usai. Area pesta juga sudah dirapikan. Tinggalah kami menunggu honor atas pekerjaan konyol setengah hari tadi. Aku dan Bos Sinai masih dalam kostum lengkap. Mungkin ini adalah salah satu strategi dagangnya, pikir ku. Dengan tetap memakai kostum tersebut kami akan terlihat mengenaskan. Badut-badut lelah, berpesta seharian. Maka pelanggan akan memberi honor lebih. Tapi sayangnya sang pelanggan tidak langsung memberikan honor kami. Ia titipkan honor itu pada pesuruh yang di awal tadi membukakan gerbang. Sepertinya si-pelanggan yang notabene adalah ayah anak badung yang barusan saja berulang tahun terlalu kelelahan dan langsung tidur. Padahal seingat ku, ayah paruh baya itu hanya muncul sebentar di pesta. Memberikan kado besar, cium pipi kanan dan kiri, lalu naik ke lantai atas. Perawakannya agak tambun dan sedikit botak. Pasti tipikal lelaki yang punya masalah ejakulasi dini, terka ku.

\tHonor diserahkan. Tersimpan rapi dalam amplop putih polos. Tidak terlihat tebal, jadi bisa aku prediksi bahwa honor kami tidak besar. Kecuali jika kami dibayar dalam bentuk cek, tapi siapa pula di negara ini yang membayar badut sulap dengan cek? Berapa pula kira-kira bos badut akan membayar ku membadut setengah hari? Tanya ku dalam hati. Pasti tidak besar. Apalagi setelah dibagi dua, itupun kalau sistem pembagiannya sama rata. Bos mana yang mau bergaji sama dengan bawahan? Batin ku sengit. Tiga juta kah? Hahahah.... Pasti tidak sampai 30 ribu, gumam ku dalam hati.

Bersambung...
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.