antidistribusi2Avatar border
TS
antidistribusi2
Anggota DPR: Ada Upaya Identikan Teroris Dengan Islam
Anggota DPR: Ada Upaya Identikan Teroris Dengan Islam


Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR dari Fraksi PKS Indra mengatakan ada upaya sistematis yang terus menerus mengidentikan terorisme dengan Islam, pesantren, aktivis Islam dan simbol-simbol keislamananlainnya.

"Padahal tindakan terorisme, sebagai bentuk tindakan teror bisa dilakukan oleh siapa saja dan agama apapun," kata Indra, di Jakarta, Senin.

Menurut dia, fakta yang ada, yakni tindakan teror berupa penembakan dan pembunuhan atas warga sipil dan aparat kepolisian/militer yang terjadi di Papua, tidak disebut sebagai tindakan teroris atau teror yang dilakukan RMS di Maluku juga tidak disebut sebagai teroris, dan sebagainya.

"Jadi jika sampai saat ini tindakan teror masih terus terjadi, jangan lantas pemerintah bersikap kalap dengan menyalahkan dan menyudutkan ulama atau agama Islam," katanya.

Indra mengatakan harus dipahami dan diingat terorisme tidak mengakar pada budaya Islam.

"Islam adalah agama kasih sayang yang rahmatalil alamin," kata anggota DPR ini.

Indra juga mengemukakan apabila penanggulangan terorisme masih berorientasi "proyek dana asing" dan terus menyudutkan serta mengkambing-hitamkan umat Islam, maka terorisme tidak akan hilang di bumi pertiwi ini.

"Sangat mungkin kebijakan pemerintah melalui BNPT & Densus 88 justru membuat `semakin marak` tindakan terorisme," kata Indra.

Dia berharap pemerintah harus jujur dalam mengungkap dan menganalisa sumber serta latar belakang tindakan terorisme.

"Sudah sangat terang-benderang bahwa ketidakadilan, diskriminasi, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kegeraman masyarakat atas prilaku korup, prilaku menyimpang dari pemerintah dan beberapa elit bangsa, merupakan sumber/motivasi utama tindakan teror yang lahir dari kekecewaan/frustasi seseorang atas kondisi-kondisi tersebut," katanya.

Indra juga mengatakan bahwa kefrustasian tersebut sering diperalat dan ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu.

"Lihat saja gejala dan fakta selama ini, isu terorisme biasanya akan marak pada even-even tertentu, misalnya saja menjelang pemilu, menjelang datangnya pejabat dari negara donor program penangulangan terorisme, ketika ada isu/skandal besar menguncang pemerintahan, dan sebagainya," kata Indra.(rr)

waspada

waspadalah kejahatan terorganisir besar-besaran yang dilakukan megaloman haus kekuasaan ... siapapun dan apapun dikorbankan demi mencapai ambisinyaemoticon-Blue Guy Smile (S)



TARGET JANGKA PANJANG SINETRON TERRORISME


Quote:



kliping dana asing melawan terror emoticon-Blue Guy Peace


Quote:



kejanggalan atau salah skenario dari berbagai peristiwa

Quote:


serba serbi




[youtube]oRjmLplJLl0&feature=relmfu[/youtube]
[youtube]1eE7IUcpRRo&feature=relmfu[/youtube]



Quote:

Densus, Mbai, dan Media Sekuler Sembrono; Skenario Orang Rakus
0
14.8K
256
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Tampilkan semua post
antidistribusi2Avatar border
TS
antidistribusi2
#12
kliping dana asing untuk perang melawan terror 2/2002
AS Menyumbang US$ 15 Juta Memerangi Terorisme


Liputan6.com, Jakarta: Pemerintah Amerika Serikat akan memberi bantuan dana sebesar US$ 15 juta kepada pemerintah Indonesia sebagai komitmen pendukung upaya memerangi terorisme di Tanah Air. Sedianya, dana itu akan diberikan secara bertahap selama beberapa tahun. Hal tersebut ditegaskan Menteri Luar Negeri AS Collin Powell dalam keterangan pers seusai bertemu dengan Tim Ekonomi Indonesia di Departemen Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (2/8) siang. Powell mengatakan, bantuan diberikan karena pemerintah AS merasa puas dengan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia pascatragedi 11 September 2001.

Sebelumnya, Powell telah menemui Presiden Megawati Sukarnoputri di Istana Negara. Saat bertemu dengan Presiden, Powell menegaskan kembali komitmen AS untuk membantu perekonomian Indonesia dan memerangi terorisme. Pertemuan juga membahas upaya pemerintah AS mendesak Kongres supaya mencabut embargo militer serta kerja sama dengan Polri dalam memerangi terorisme. Dengan topik pembicaraan yang sama, Powell juga bertemu dengan anggota Kabinet Gotong Royong yakni Menlu Hassan Wirajuda, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, dan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, dan Tim Ekonomi Indonesia. Dalam pertemuan inilah, Powell menyatakan bahwa pemerintah AS akan membantu dana untuk memerangi terorisme [baca: Hassan-Powell Mengkaji Ulang Sejumlah Kesepakatan].

Kunjungan Powell ke Istana Negara sempat diwarnai sedikit ketegangan. Para wartawan kesulitan memperoleh informasi akibat penjagaan yang ketat. Selain itu, pihak keamanan AS juga mewajibkan wartawan mengambil jarak tiga meter dari Powell. Pasukan Pengamanan Presiden dan Protokoler Istana Negara, yang biasa mengatur wartawan istana, kali ini terpaksa harus mengikuti kemauan tamu negara. Pasalnya, tokoh negeri Paman Sam itu diminta sama sekali tak boleh didekati wartawan, meski hanya untuk dipotret. Pihak keamanan AS tidak ada yang mau memberikan komentar atas permintaan mereka dalam pengamanan khusus tersebut. Sementara Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Pers Istana Garibaldi menyatakan, permintaan keamanan Menlu Powell itu dituruti untuk kepentingan kerapian.

Sementara itu, puluhan orang dari Gerakan Pemuda Islam (GPI) dan Komite Perempuan Anti-militerisme (KPAM) berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar AS di Jakpus. Kelompok GPI tiba lebih dulu di depan Kedubes AS sekitar pukul 14.10 WIB. Namun setiba di depan kedubes, para pengunjuk rasa yang berjumlah sekitar 40 orang itu langsung ditahan polisi yang telah berjaga-jaga dari pagi. Alhasil, massa GPI hanya dapat berorasi di jalan depan kedubes. Mereka menolak kedatangan Powell karena AS dinilai telah memprovokatori pemerintah Indonesia untuk menangkap sejumlah tokoh Islam, seperti Ja`far Umar Thalib.

Selang 10 menit kemudian, kelompok dari KPAM tiba di depan kedubes. Namun, kedua kelompok itu tidak dapat bergabung karena dihalangi aparat keamanan. Walaupun sama-sama menolak kedatangan Powell, namun kelompok ini menyebutkan alasan yang berbeda. Menurut organisasi massa yang dimotori aktivis Yenni Rossa Damayanti ini, kedatangan Menlu AS hanya akan memperkuat militerisme di Indonesia. Padahal, militerisme telah banyak menelan korban terutama bagi kaum perempuan. Akibat aksi ini, sejumlah warga yang akan berurusan di Kedubes AS terpaksa tertahan di luar pagar karena pintu masuk ditutup.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)

emoticon-Blue Guy Smile (S)
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.