- Beranda
- Berita dan Politik
Pejabat Korea dan Malaysia pakai CN-235 tapi presiden kita mana mau?
...
TS
domba.kumal01
Pejabat Korea dan Malaysia pakai CN-235 tapi presiden kita mana mau?
Quote:
VIVAnews Amerika Serikat punya pesawat tempur F-16, armada udara Sukhoi jadi kebanggaan Rusia, ada juga tank Leopard buatan Jerman yang tangguh di darat. Bukan tak mungkin suatu hari nanti produk senjata buatan Indonesia akan ikut meramaikan medan perang. Entah itu tank, kapal perang, rudal, bahan peledak, senapan serbu, atau pesawatnya.
Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Tubagus Hasanuddin termasuk yang percaya bahwa mimpi itu tidaklah muluk amat. Apalagi, Indonesia punya banyak pabrik yang bergerak dalam industri alat utama sistem senjata (alutsista). Salah satunya, PT Pindad yang sudah memproduksi berbagai jenis senjata: senapan serbu (SS), senapan mesin, pistol, senapan runduk, meriam bahkan roket, dan rudal.
Senjata dalam negeri, tambah Tubagus, sejatinya tak kalah dengan buatan asing. Salah satunya tipe SS-2 yang punya reputasi baik di dunia internasional. "SS-2 itu memang senjata yang cukup akurat. Waktu dipakai pertandingan menembak di wilayah Asia Pasifik saja kita juara," kata Tubagus, setengah berpromosi, kepada VIVAnews.
SS-2 juga diakui militer sejumlah negara sebagai senapan ringkas yang cocok dengan postur tentara Asia. "Dilengkapi dengan alat bidik yang akurat dan peluru ringan. Itu cocok dipakai satuan darat, kavaleri, dan lintas udara," ujarnya. Lantaran itu juga, senjata itu laris di sejumlah negara.
Selain senjata, lanjut Tubagus, pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia pun sudah diakui dunia. "CN-235 itu termasuk pesawat yang bandel, kata dia. Pesawat itu bisa dipakai untuk mengangkut pasukan sampai dua peleton. "Bisa juga dipakai untuk menerjunkan pasukan. Ini pesawat serbaguna. Landasannya juga cukup pendek," ujarnya. Bahkan, Spanyol pun pernah membeli burung besi tipe ini di era Presiden BJ Habibie.
Baru-baru ini, Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan mengatakan Irak dan Uganda melirik senjata buatan Indonesia. Laris manis. Tubagus mengaku tak heran, sebab sejak lama senjata dan pesawat buatan Indonesia diminati sejumlah negara di Timur Tengah. "Beberapa negara memang berminat, termasuk Irak. Sebetulnya Iran juga minta senjata SS-2 itu, tapi sedang diproses di Kemenhan dan Kemenlu. Mungkin karena ada berbagai faktor politik luar negeri," ujarnya.
Tubagus menambahkan, selain itu juga ada PT PAL Indonesia yang bergerak di bidang perkapalan. Kita dengan China juga sudah bekerja sama membuat kapal cepat rudal. Rudalnya nanti dibuat oleh China dan Indonesia. Dapat menjangkau hingga 100 kilometer. Kapal cepatnya nanti dibuat PT PAL," kata Tubagus.
Ironi
Soal kualitas, memang tak kalah, banyak dilirik asing. Tapi, ironinya produk dalam negeri justru dinomorduakan di negeri sendiri. Padahal, seperti diungkap Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq, revitalisasi industri pertahanan mempunyai dua target, yakni pemenuhan kebutuhan alutsista dalam negeri dan penjualan ke luar negeri.
"Memang ironis jika negara lain mau beli produk Indonesia, tapi kita malah ramai-ramai belanja ke negara lain," kata Mahfudz kepada VIVAnews, Selasa, 28 Agustus 2012.
Tubagus menyayangkan kecenderungan pemerintah yang jarang memakai produk dalam negeri inilah yang pada akhirnya melemahkan marketing produk senjata nasional. Kenapa justru para pejabat kita pada tidak mau pakai produk dalam negeri? Kalau para pejabat Korea dan Malaysia pakai CN-235, tapi presiden kita mana mau? Coba kalau presiden kita mau pakai CN-235 dan para menteri juga pakai pesawat itu, pasti orang lain menjadi yakin," dia menyesalkan.
Ke depan, dia menambahkan, industri pertahanan di Indonesia akan diperkokoh secara yuridis dengan RUU Industri Pertahanan. "Kita akan meningkatkan dari CN-235 menjadi CN-295, dan TNI sudah pesan 10 pesawat."
Keberhasilan penjualan produk persenjataan made in Indonesia ini tak lepas dari peran Wakil Menteri Pertahanan RI Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin dalam melobi militer Irak dan Uganda. Hasil positif yang dipetiknya membuat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan tersenyum lebar.
"Saya senang sekali, Wakil Menhan ke Irak dan menjadi tenaga marketing yang baik untuk PT DI, Pindad, dan Dahana," kata Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, 27 Agustus 2012.
Dahlan mengatakan pemesanan senjata dan pesawat dari Irak dan Uganda membuktikan kualitas produksi senjata Indonesia. Semua pesanan akan dikerjakan oleh tiga BUMN tersebut.
Beberapa waktu lalu Sjafrie berkunjung ke Irak, Uganda, dan Kongo; didampingi Dirut Pindad, Adik Avianto. Di Irak, delegasi Indonesia memamerkan persenjataan buatan Indonesia, seperti kendaraan ringan lapis baja Anoa, serta senapan SS-2.
Selain dua persenjataan itu, Irak menyatakan tertarik membeli pesawat CN-235 dan NC-212. Delegasi militer Irak bahkan berencana berkunjung ke Indonesia pada 5 Oktober mendatang untuk meninjau pabrik persenjataan. (kd)
Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Tubagus Hasanuddin termasuk yang percaya bahwa mimpi itu tidaklah muluk amat. Apalagi, Indonesia punya banyak pabrik yang bergerak dalam industri alat utama sistem senjata (alutsista). Salah satunya, PT Pindad yang sudah memproduksi berbagai jenis senjata: senapan serbu (SS), senapan mesin, pistol, senapan runduk, meriam bahkan roket, dan rudal.
Senjata dalam negeri, tambah Tubagus, sejatinya tak kalah dengan buatan asing. Salah satunya tipe SS-2 yang punya reputasi baik di dunia internasional. "SS-2 itu memang senjata yang cukup akurat. Waktu dipakai pertandingan menembak di wilayah Asia Pasifik saja kita juara," kata Tubagus, setengah berpromosi, kepada VIVAnews.
SS-2 juga diakui militer sejumlah negara sebagai senapan ringkas yang cocok dengan postur tentara Asia. "Dilengkapi dengan alat bidik yang akurat dan peluru ringan. Itu cocok dipakai satuan darat, kavaleri, dan lintas udara," ujarnya. Lantaran itu juga, senjata itu laris di sejumlah negara.
Selain senjata, lanjut Tubagus, pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia pun sudah diakui dunia. "CN-235 itu termasuk pesawat yang bandel, kata dia. Pesawat itu bisa dipakai untuk mengangkut pasukan sampai dua peleton. "Bisa juga dipakai untuk menerjunkan pasukan. Ini pesawat serbaguna. Landasannya juga cukup pendek," ujarnya. Bahkan, Spanyol pun pernah membeli burung besi tipe ini di era Presiden BJ Habibie.
Baru-baru ini, Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan mengatakan Irak dan Uganda melirik senjata buatan Indonesia. Laris manis. Tubagus mengaku tak heran, sebab sejak lama senjata dan pesawat buatan Indonesia diminati sejumlah negara di Timur Tengah. "Beberapa negara memang berminat, termasuk Irak. Sebetulnya Iran juga minta senjata SS-2 itu, tapi sedang diproses di Kemenhan dan Kemenlu. Mungkin karena ada berbagai faktor politik luar negeri," ujarnya.
Tubagus menambahkan, selain itu juga ada PT PAL Indonesia yang bergerak di bidang perkapalan. Kita dengan China juga sudah bekerja sama membuat kapal cepat rudal. Rudalnya nanti dibuat oleh China dan Indonesia. Dapat menjangkau hingga 100 kilometer. Kapal cepatnya nanti dibuat PT PAL," kata Tubagus.
Ironi
Soal kualitas, memang tak kalah, banyak dilirik asing. Tapi, ironinya produk dalam negeri justru dinomorduakan di negeri sendiri. Padahal, seperti diungkap Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq, revitalisasi industri pertahanan mempunyai dua target, yakni pemenuhan kebutuhan alutsista dalam negeri dan penjualan ke luar negeri.
"Memang ironis jika negara lain mau beli produk Indonesia, tapi kita malah ramai-ramai belanja ke negara lain," kata Mahfudz kepada VIVAnews, Selasa, 28 Agustus 2012.
Tubagus menyayangkan kecenderungan pemerintah yang jarang memakai produk dalam negeri inilah yang pada akhirnya melemahkan marketing produk senjata nasional. Kenapa justru para pejabat kita pada tidak mau pakai produk dalam negeri? Kalau para pejabat Korea dan Malaysia pakai CN-235, tapi presiden kita mana mau? Coba kalau presiden kita mau pakai CN-235 dan para menteri juga pakai pesawat itu, pasti orang lain menjadi yakin," dia menyesalkan.
Ke depan, dia menambahkan, industri pertahanan di Indonesia akan diperkokoh secara yuridis dengan RUU Industri Pertahanan. "Kita akan meningkatkan dari CN-235 menjadi CN-295, dan TNI sudah pesan 10 pesawat."
Keberhasilan penjualan produk persenjataan made in Indonesia ini tak lepas dari peran Wakil Menteri Pertahanan RI Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin dalam melobi militer Irak dan Uganda. Hasil positif yang dipetiknya membuat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan tersenyum lebar.
"Saya senang sekali, Wakil Menhan ke Irak dan menjadi tenaga marketing yang baik untuk PT DI, Pindad, dan Dahana," kata Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, 27 Agustus 2012.
Dahlan mengatakan pemesanan senjata dan pesawat dari Irak dan Uganda membuktikan kualitas produksi senjata Indonesia. Semua pesanan akan dikerjakan oleh tiga BUMN tersebut.
Beberapa waktu lalu Sjafrie berkunjung ke Irak, Uganda, dan Kongo; didampingi Dirut Pindad, Adik Avianto. Di Irak, delegasi Indonesia memamerkan persenjataan buatan Indonesia, seperti kendaraan ringan lapis baja Anoa, serta senapan SS-2.
Selain dua persenjataan itu, Irak menyatakan tertarik membeli pesawat CN-235 dan NC-212. Delegasi militer Irak bahkan berencana berkunjung ke Indonesia pada 5 Oktober mendatang untuk meninjau pabrik persenjataan. (kd)
Sumber
beginilah jiwa2 sok2an dimulai dari RI-1..

Spoiler for korea:

Sumber
http://www.kaskus.co.id/showpost.php...2&postcount=86
http://www.kaskus.co.id/showpost.php...7&postcount=89
0
14.1K
Kutip
241
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
691.3KThread•56.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
domba.kumal01
#90
Quote:
Original Posted By blue_danube►lo tadi berani bilang kalo indonesia gak pake CN-235 untuk presiden...
giliran gw kasih tau kita juga mengoperasikan Cn-235 di skadron 2/17, lo malah tanya soal efektifitasnya...
ini maunya apaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa???
gini deh... definisikan dulu apakah arti "EFEKTIF" dalam operasional TNI-AU, baru bicara lebih lanjut...
giliran gw kasih tau kita juga mengoperasikan Cn-235 di skadron 2/17, lo malah tanya soal efektifitasnya...
ini maunya apaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa???
gini deh... definisikan dulu apakah arti "EFEKTIF" dalam operasional TNI-AU, baru bicara lebih lanjut...
Quote:
Sabtu, 11 Februari 2012 , 09:24:00
Pesawat Kepresidenan Tiga Negara Buatan Indonesia
JAKARTA - Indonesia patut berbangga dengan PT Dirgantara Indonesia (DI). Sebab, 3 negara telah menggunakan CN-235, buatan perusahaan yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) menjadi pesawat kepresidenan. Ketiganya adalah Malaysia, Korea Selatan, dan Pakistan.
Direktur Aircraft Service PT DI Rudi Wuraskito mengatakan, Malaysia dan Korea Selatan menggunakan 2 unit CN-235 sebagai pesawat kepresidenan. Sedangkan Pakistan hanya 1 unit. Sama dengan pesawat Boeing yang baru dibeli Sekretariat Negara untuk Presiden Republik Indonesia, CN-235 tersebut juga memiliki interior dan keamanan khusus.
Harganya untuk body pesawat saja (pesawat kosong) USD 18-19 juta. Kalau ditambah interior tinggal menambah USD 4 juta saja. Tapi itu interior yang standar untuk VVIP. Tapi ada juga yang meminta interior sangat mewah. Harganya USD 8 juta, papar Rudi kepada INDOPOS (Group JPNN) di Jakarta kemarin (10/2).
Menurut Rudi, alasan 3 negara tersebut membeli CN-235 karena luas daerahnya yang kecil. Sehingga tidak perlu pesawat besar untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain. Lama terbang pesawat tersebut sekitar 8-9 jam dan dapat mendarat di bandara yang mempunyai landasan hanya 1.200 meter.
Lama terbang CN-235 beda dengan Boeing yang baru dibeli pemerintah. Kalau dengan CN-235 Jakarta-Papua ditempuh selama 5-6 jam. Tapi kalau pesawat jet hanya 3 jam. Kalau presiden terbang terlalu lama akan capai di perjalanan, ujarnya.
Dikatakan Rudi, PT DI sudah pernah menawarkan CN-235 sebagai pesawat kepresidenan ke Sekretariat Negara. Namun, karena diprioritaskan pesawat yang mampu menempuh jarak jauh dengan waktu singkat, maka CN-235 tidak dipilih.
Ada prioritas. Dipilih yang paling baik. Kalau berharap, jika presiden ke Surabaya cukup pakai CN-235 saja, urai Rudi.
Untuk komponen pesawat, kata Rudi, sebagian besar memang harus impor. Karena, perseroan tidak memiliki lisensi untuk membuatnya. Untuk mesin dibeli dari GE, perlengkapan avionik dari Colin atau Universal.Kalau merakit dan merancang pesawat dari kita. Kalau harus membuat sendiri seluruh perlengkapan biayanya sangat mahal. Misalnya avionik. Harus ada pabrik khusus untuk membuatnya. Airbus dan Boeing saja tidak punya pabriknya. Mereka juga memesan komponen dari vendor, termasuk PT DI, katanya.
Kata Rudi, sekitar 15 negara telah menggunakan pesawat CN-235. Di antaranya Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, Malaysia, Thailand, Turki, Brunei Darussalam, Pakistan, dan Arab Saudi. Total sudah ada 315 pesawat yang dibuat. Negara yang paling banyak menggunakan adalah Turki dengan 70 unit. Kebanyakan pesawat-pesawat tersebut dipakai untuk transportasi militer seperti membawa barang dan orang.
Kita sedang mengusahakan tiap tahun ada pemesanan baru. Saat ini kita sedang menjajaki dengan Angkata Udara Indonesia dan ajukan penambahan ke Korea, tutur Rudi. (cdl)
sumber
domba kumal hadir disini
0
Kutip
Balas