- Beranda
- Berita dan Politik
Kronologi OrangUtan yang terbakar[bukan dibakar]
...
TS
n@ruto
Kronologi OrangUtan yang terbakar[bukan dibakar]
sumber : http://foto.news.viva.co.id/read/786...ngutan-sekarat
Menanggapi berita tantang evakuasi orangutan sekarat di Pontianak Kalimantan Barat di thread http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=16186043, dimana menurut kami perlu diluruskan untuk pemberitaannya yang keliru.
kalau salah room, monggo dipindah MOD...
berikut ini merupakan laporan dari tim penyelamat di lapangan :
Laporan Kronologi Penyelamatan dan Evakuasi Orangutan
di Desa Parit Wadongka, Kecamatan Wajok Hilir, Kabupaten Pontianak
25-27 Agustus 2012
1.\tPada hari Sabtu, 25 Agustus 2012 jam 20.00, masyarakat Desa Parit Wadongka, Kecamatan Wajok Hilir, Kabupaten Pontianak menginformasikan kepada Sdr. Nasir (wartawan Metro TV) bahwa ada satu individu Orangutan memasuki kebun masyarakat. Sdr. Nasir kemudian menyampaikan informasi ini kepada Sdri. Dwi Suprapti (WWF-Indonesia Program Kalbar), dan selanjutnya oleh WWF informasi diteruskan kepada pihak Balai KSDA Provinsi Kalimantan Barat sebagai institusi yang memiliki kewenangan dalam penanganan (management authority) konservasi Orangutan di Provinsi Kalimantan Barat.
2.\tMenyadari bahwa upaya ini membutuhkan koordinasi yang luas dengan berbagai pihak yang berpengalaman dalam proses penyelamatan dan evakuasi Orangutan, BKSDA Provinsi Kalbar dan WWF kemudian berkoordinasi dengan beberapa lembaga pemerhati konservasi Orangutan lainnya seperti Yayasan International Animal Rescue (IAR) Ketapang, Titian, dan Gemawan serta dengan rekan-rekan media untuk menentukan langkah-langkah penanganan dan pemberitaan berikutnya.
3.\tMalam itu juga, sekitar pukul 21.30 staf Lembaga Gemawan (Tomo) tiba di lokasi, disusul 6 orang petugas Balai KSDA Provinsi Kalbar (Parsaroan Samosir, Niken Wuri Handayani, Taufikurrohman, Asmadi, Uswatun Khasanah, dan Agus Samosir) bersama 2 staf WWF (Jimmy Syahirsyah, Hermayani Putera) dan Sdr Andi Fachrizal (Mongabay.com/Jurnal Nasional) pada pukul 22.30. Tak lama kemudian, ikut bergabung Sdr. Yan Soe (Trans-7), dan 2 staf Titian (Rangga Irawan dan M. Wahyu Putra). Petugas KSDA, Gemawan, WWF, dan media langsung mengecek situasi dan memang menemukan 1 individu Orangutan sedang tidur di sarangnya di atas pohon durian. Petugas lain mencoba menenangkan kerumunan massa di sekitar lokasi penemuan, sekaligus memberikan himbauan dan sosialisasi secara singkat kepada masyarakat yang sedang berkumpul agar tidak mengganggu atau membunuh Orangutan tersebut, melainkan sebaliknya berperan serta untuk menjaga agar Orangutan dapat dievakuasi oleh tim. Setelah sosialisasi ini, masyarakat menyatakan dukungannya terlibat aktif dan kooperatif dalam upaya evakuasi ini.
4.\tMasyarakat yang berkerumun untuk melihat Orangutan juga menghimbau kepada tim gabungan agar Orangutan segera dievakuasi dari kebun masyarakat. Masyarakat mengakui baru pertama kali ini melihat Orangutan dan tidak memiliki pengalaman dalam penanganan Orangutan, sehingga sangat berharap kepada untuk sesegera mungkin melakukan evakuasi.
5.\tUntuk memastikan bahwa Orangutan ini dalam kondisi aman dan sekaligus memantau pergerakannya, tim resque gabungan (Balai KSDA, Gemawan, IAR, Titian, WWF, masyarakat) memutuskan bahwa malam itu 1 petugas KSDA bersama 4 wakil masyarakat dan 1 staf Titian ikut berjaga di sekitar lokasi, sementara anggota tim lainnya kembali ke Pontianak pukul 01.00 Minggu, 26 Agustus dinihari untuk mempersiapkan segala hal berkaitan dengan proses evakuasi, dan kembali pada pagi harinya pukul 05.00.
6.\tMinggu, 26 Agustus 2012, jam 09.00 proses evakuasi dimulai. Dari hasil identifikasi, diketahui bahwa Orangutan tersebut jantan dengan chicpack (pipi) yang sudah mulai berkembang, dan diperkirakan berusia di bawah 20 tahun, sekitar 16-17 tahun. IAR mengirimkan satu dokter hewan (drh. Syifa), dilengkapi peralatan senjata bius dari kantor IAR di Ketapang dengan penerbangan pagi, bergabung bersama Sdr. Argito, staf IAR lainnya yang kebetulan sedang berada di Pontianak, dan selanjutnya langsung menuju ke lokasi. Tim WWF (Jimmy, Ismu, Sugeng) kembali ke TKP dengan membawa peralatan dokumentasi (kamera foto dan kamera video), didukung oleh oleh 5 staf WWF dan 1 staf Titian lainnya. Rekan-rekan media (Antara, Jurnal Nasional, Pontianak Post, Trans TV, Trans 7, Metro TV, Viva News) juga ikut berada di lokasi. Proses Minggu pagi ini berjalan lambat karena banyaknya masyarakat yang berkumpul di lokasi. Orangutan yang semula berada di pohon karet kemudian berpindah ke pohon durian dan kemudian bergerak menjauh sekitar 100-200 m menuju pohon karet tertinggi. Selama setengah hari sampai sekitar jam 14.00 Orangutan ini berada di cabang pohon karet tertinggi dan bolak-balik berpindah di sekitar 2 pohon karet tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk menghalau Orangutan tersebut, termasuk menggunakan bunyi-bunyian seperti mercon, petasan, memukul-mukulkan kayu ke pohon, dan meriam minyak tanah agar berpindah dari pohon karet ini. Akhirnya sekitar jam 15.00 Orangutan ini turun dan berpindah ke pohon yang lebih rendah dan pada posisi di pohon sekitar 6 meter, tembakan bius dilakukan kembali dan Orangutan tersebut jatuh ke tanah karena dahan pegangannya patah. Orangutan ini terus melarikan diri masuk ke semak-semak dan menghilang. Kurang lebih 1-1,5 jam tim rescue dan warga membantu mencari keberadaan Orangutan ini. Hasilnya nihil, padahal tim dan masyarakat sudah berpencar menyisir sekitar lokasi. Asumsinya jika sudah terkena tembakan bius dengan dosis 3 kali tembakan sekitar 1,8 cc, mestinya Orangutan tidak akan bisa lari terlalu jauh lagi, namun Orangutan tersebut masih kuat bergerak jauh.
7.\tSekitar pukul 16.00 ada informasi bahwa Orangutan tersebut sudah berada di sekitar pemukiman warga sekitar 1 km dari lokasi semula. Tim rescue segera menyusul ke kampung untuk memastikan keberadaan Orangutan ini. Ternyata benar, Orangutan yang sudah ditembak bius ini ternyata sedang duduk di atas sebatang pohon jambu bol. Warga berinisiatif mengepung dan menjaga agar Orangutan ini tidak lari menjauh dan memanjat pohon yang lebih tinggi. Orangutan sempat jatuh ke tanah dan dikepung oleh beberapa warga yang sudah siap dengan jaring pengaman, namun warga tidak berani terlalu mendekat karena Orangutan jantan ini menunjukkan taringnya dengan sikap siap mempertahankan diri dari kepungan warga. Namun upaya ini gagal dan Orangutan kembali memanjat ke pohon karet berukuran sekitar 6-7 m. Sebagian warga hampir menebang pohon karet yang tumbuh di sepanjang tepian parit, namun tim rescue mencegah khawatir Orangutan tercebur ke dalam parit.
Menanggapi berita tantang evakuasi orangutan sekarat di Pontianak Kalimantan Barat di thread http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=16186043, dimana menurut kami perlu diluruskan untuk pemberitaannya yang keliru.
kalau salah room, monggo dipindah MOD...
berikut ini merupakan laporan dari tim penyelamat di lapangan :
Spoiler for Laporan:
Laporan Kronologi Penyelamatan dan Evakuasi Orangutan
di Desa Parit Wadongka, Kecamatan Wajok Hilir, Kabupaten Pontianak
25-27 Agustus 2012
1.\tPada hari Sabtu, 25 Agustus 2012 jam 20.00, masyarakat Desa Parit Wadongka, Kecamatan Wajok Hilir, Kabupaten Pontianak menginformasikan kepada Sdr. Nasir (wartawan Metro TV) bahwa ada satu individu Orangutan memasuki kebun masyarakat. Sdr. Nasir kemudian menyampaikan informasi ini kepada Sdri. Dwi Suprapti (WWF-Indonesia Program Kalbar), dan selanjutnya oleh WWF informasi diteruskan kepada pihak Balai KSDA Provinsi Kalimantan Barat sebagai institusi yang memiliki kewenangan dalam penanganan (management authority) konservasi Orangutan di Provinsi Kalimantan Barat.
2.\tMenyadari bahwa upaya ini membutuhkan koordinasi yang luas dengan berbagai pihak yang berpengalaman dalam proses penyelamatan dan evakuasi Orangutan, BKSDA Provinsi Kalbar dan WWF kemudian berkoordinasi dengan beberapa lembaga pemerhati konservasi Orangutan lainnya seperti Yayasan International Animal Rescue (IAR) Ketapang, Titian, dan Gemawan serta dengan rekan-rekan media untuk menentukan langkah-langkah penanganan dan pemberitaan berikutnya.
3.\tMalam itu juga, sekitar pukul 21.30 staf Lembaga Gemawan (Tomo) tiba di lokasi, disusul 6 orang petugas Balai KSDA Provinsi Kalbar (Parsaroan Samosir, Niken Wuri Handayani, Taufikurrohman, Asmadi, Uswatun Khasanah, dan Agus Samosir) bersama 2 staf WWF (Jimmy Syahirsyah, Hermayani Putera) dan Sdr Andi Fachrizal (Mongabay.com/Jurnal Nasional) pada pukul 22.30. Tak lama kemudian, ikut bergabung Sdr. Yan Soe (Trans-7), dan 2 staf Titian (Rangga Irawan dan M. Wahyu Putra). Petugas KSDA, Gemawan, WWF, dan media langsung mengecek situasi dan memang menemukan 1 individu Orangutan sedang tidur di sarangnya di atas pohon durian. Petugas lain mencoba menenangkan kerumunan massa di sekitar lokasi penemuan, sekaligus memberikan himbauan dan sosialisasi secara singkat kepada masyarakat yang sedang berkumpul agar tidak mengganggu atau membunuh Orangutan tersebut, melainkan sebaliknya berperan serta untuk menjaga agar Orangutan dapat dievakuasi oleh tim. Setelah sosialisasi ini, masyarakat menyatakan dukungannya terlibat aktif dan kooperatif dalam upaya evakuasi ini.
4.\tMasyarakat yang berkerumun untuk melihat Orangutan juga menghimbau kepada tim gabungan agar Orangutan segera dievakuasi dari kebun masyarakat. Masyarakat mengakui baru pertama kali ini melihat Orangutan dan tidak memiliki pengalaman dalam penanganan Orangutan, sehingga sangat berharap kepada untuk sesegera mungkin melakukan evakuasi.
5.\tUntuk memastikan bahwa Orangutan ini dalam kondisi aman dan sekaligus memantau pergerakannya, tim resque gabungan (Balai KSDA, Gemawan, IAR, Titian, WWF, masyarakat) memutuskan bahwa malam itu 1 petugas KSDA bersama 4 wakil masyarakat dan 1 staf Titian ikut berjaga di sekitar lokasi, sementara anggota tim lainnya kembali ke Pontianak pukul 01.00 Minggu, 26 Agustus dinihari untuk mempersiapkan segala hal berkaitan dengan proses evakuasi, dan kembali pada pagi harinya pukul 05.00.
6.\tMinggu, 26 Agustus 2012, jam 09.00 proses evakuasi dimulai. Dari hasil identifikasi, diketahui bahwa Orangutan tersebut jantan dengan chicpack (pipi) yang sudah mulai berkembang, dan diperkirakan berusia di bawah 20 tahun, sekitar 16-17 tahun. IAR mengirimkan satu dokter hewan (drh. Syifa), dilengkapi peralatan senjata bius dari kantor IAR di Ketapang dengan penerbangan pagi, bergabung bersama Sdr. Argito, staf IAR lainnya yang kebetulan sedang berada di Pontianak, dan selanjutnya langsung menuju ke lokasi. Tim WWF (Jimmy, Ismu, Sugeng) kembali ke TKP dengan membawa peralatan dokumentasi (kamera foto dan kamera video), didukung oleh oleh 5 staf WWF dan 1 staf Titian lainnya. Rekan-rekan media (Antara, Jurnal Nasional, Pontianak Post, Trans TV, Trans 7, Metro TV, Viva News) juga ikut berada di lokasi. Proses Minggu pagi ini berjalan lambat karena banyaknya masyarakat yang berkumpul di lokasi. Orangutan yang semula berada di pohon karet kemudian berpindah ke pohon durian dan kemudian bergerak menjauh sekitar 100-200 m menuju pohon karet tertinggi. Selama setengah hari sampai sekitar jam 14.00 Orangutan ini berada di cabang pohon karet tertinggi dan bolak-balik berpindah di sekitar 2 pohon karet tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk menghalau Orangutan tersebut, termasuk menggunakan bunyi-bunyian seperti mercon, petasan, memukul-mukulkan kayu ke pohon, dan meriam minyak tanah agar berpindah dari pohon karet ini. Akhirnya sekitar jam 15.00 Orangutan ini turun dan berpindah ke pohon yang lebih rendah dan pada posisi di pohon sekitar 6 meter, tembakan bius dilakukan kembali dan Orangutan tersebut jatuh ke tanah karena dahan pegangannya patah. Orangutan ini terus melarikan diri masuk ke semak-semak dan menghilang. Kurang lebih 1-1,5 jam tim rescue dan warga membantu mencari keberadaan Orangutan ini. Hasilnya nihil, padahal tim dan masyarakat sudah berpencar menyisir sekitar lokasi. Asumsinya jika sudah terkena tembakan bius dengan dosis 3 kali tembakan sekitar 1,8 cc, mestinya Orangutan tidak akan bisa lari terlalu jauh lagi, namun Orangutan tersebut masih kuat bergerak jauh.
7.\tSekitar pukul 16.00 ada informasi bahwa Orangutan tersebut sudah berada di sekitar pemukiman warga sekitar 1 km dari lokasi semula. Tim rescue segera menyusul ke kampung untuk memastikan keberadaan Orangutan ini. Ternyata benar, Orangutan yang sudah ditembak bius ini ternyata sedang duduk di atas sebatang pohon jambu bol. Warga berinisiatif mengepung dan menjaga agar Orangutan ini tidak lari menjauh dan memanjat pohon yang lebih tinggi. Orangutan sempat jatuh ke tanah dan dikepung oleh beberapa warga yang sudah siap dengan jaring pengaman, namun warga tidak berani terlalu mendekat karena Orangutan jantan ini menunjukkan taringnya dengan sikap siap mempertahankan diri dari kepungan warga. Namun upaya ini gagal dan Orangutan kembali memanjat ke pohon karet berukuran sekitar 6-7 m. Sebagian warga hampir menebang pohon karet yang tumbuh di sepanjang tepian parit, namun tim rescue mencegah khawatir Orangutan tercebur ke dalam parit.
0
8.9K
Kutip
102
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
670.2KThread•40.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
n@ruto
#1
Spoiler for Lanjutan:
8.\tSebelum berpindah ke pohon kelapa tinggi ini, kelihatannya pengaruh obat bius mulai bekerja, karena terlihat Orangutan ini mulai terganggu keseimbangannya. Pegangannya pada cabang pohon karet yang kecil mulai labil, dan hampir terjatuh selama berayun-ayun. Namun akhirnya Orangutan ini berhasil pindah ke pohon kelapa dengan ketinggian sekitar 17 m. Upaya penyelamatan dirinya di pohon kelapa ini berlangsung lama, dan Orangutan ini enggan untuk turun kembali. Saat ini waktu senja hampir mendekati maghrib. Sebelum hari gelap, Tim memutuskan upaya terakhir dengan cara pengasapan agar Orangutan ini turun dan berpindah ke pohon yang lebih rendah sebelum menghentikan sementara upaya penyelamatan menunggu keesokan harinya, karena tim sangat kuatir jika obat bius terus bekerja dan posisi Orangutan berada di pohon kepala dengan ketinggian 17 meter. Namun, tiba-tiba angin bertiup kencang dan menimbulkan percikan api dari sumber pengasapan. Percikan api ini terus melayang tinggi lalu menyambar bagian daun kelapa yang kering, dan api terus merambat ke atas, hingga ikut membakar beberapa bagian badan Orangutan.
9.\tMenyikapi kondisi ini dan karena hari sudah gelap, tim melakukan briefing singkat bersama wakil masyarakat di lokasi, untuk menentukan langkah selanjutnya apa yang akan dilaksanakan pasca insiden Orangutan terbakar. Ada beberapa slenario yang disusun dalam diskusi ini. Pertama, menunggu Orangutan tertidur karena pengaruh obat bius dan kemudian ada warga yang naik untuk menyuntik menambah dosis, selanjutnya jika terbius Orangutan akan diturunkan perlahan-lahan dengan menggunakan sarung dan peralatan lainnya yang dimodifikasi untuk kebutuhan evakuasi dari atas pohon. Kedua, Jika Orangutan masih aktif setelah ditunggu 2 jam, maka evakuasi akan dilanjutkan keesokan harinya. Selain itu, perwakilan masyarakat, Pak Wali juga menyampaikan ide agar melakukan upaya lain yaitu mendatangi sesepuh kampung untuk minta petunjuk dan melakukan ritual doa.
10.\tSetelah ditunggu selama 2 jam, ternyata Orangutan masih aktif bahkan mulai memakan umbut kelapa karena kelaparan selama 2 hari terakhir ini. Orangutan diketahui hanya memakan buah karet di hari pertama dan setelah itu belum makan apapun. Malam ini setelah memakan umbut, kemungkinan besar Orangutan akan beristirahat di pohon kelapa dengan membuat sarang. Karena malam itu hujan turun sangat deras disertai angin kencang, tim memutuskan untuk menunggu hujan reda dan mengecek kondisi Orangutan ini pada keesokan harinya.
11.\tSenin, 27 Agustus 2012. Mulai jam 05.30 tim rescue dari BKSDA, WWF, IAR, mulai mengamati kondisi Orangutan ini. Pada saat diamati, Orangutan ini sudah berpindah sekitar 10 m ke pohon kelapa lainnya. Briefing tim dan masyarakat pagi hari itu memutuskan untuk membatasi masyarakat mendekati lokasi, dan pengamanan lokasi akan dijaga anggota Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Bekantan Kalimantan Barat. Ini perlu dilakukan agar kondisi Orangutan bisa lebih santai dan tenang, satu kondisi yang penting untuk membuat reaksi obat bius yang diberikan bisa bekerja dengan baik. Pada saat briefing berlangsung, Orangutan berpindah dari pohon kelapa, turun ke tanah dan menghilang. Tim dibantu masyarakat mencoba mengejar dan melacak, dan Orangutan ini berpindah ke arah luar sekitar 200 m, melewati parit, lapangan terbuka dan berpindah di pohon rambutan dan makan buah rambutan selama sekitar 3 jam (jam 08.00-11.00). Orangutan dibiarkan makan buah rambutan sepuasnya, sambil petugas menunggu menyiapkan peralatan bius tambahan yang didatangkan lagi dari Ketapang. Hampir sekitar 30% buah rambutan matang di pohon tersebut dimakan Orangutan. Setelah Orangutan berhenti makan, petugas mulai melakukan tembakan bius. Ada 2 kali tembakan yang dilakukan, 1 kali gagal dan kali kedua cairan bius hanya masuk sekitar 0.5 cc. Setelah penembakan bius kedua ini juga gagal, Orangutan mulai bergerak kembali dan berpindah ke pohon karet yang lebih tinggi. Di ketinggian ini, Orangutan kembali membangun sarang untuk beristirahat.
0
Kutip
Balas