Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anak_gendhengAvatar border
TS
anak_gendheng
(share) Tanya jawab soal grafika/percetakan/printing
Gue UP dhe soale bagus juga temanya emoticon-Angkat Beer
sealgeek
sealgeek memberi reputasi
1
279.6K
3.5K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
All About Design
All About DesignKASKUS Official
13.8KThread3.2KAnggota
Tampilkan semua post
BOLD13Avatar border
BOLD13
#3256
Proses Pracetak dan hal-hal yang perlu diwaspadai
Prepress atau Pracetak adalah semua proses digital untuk menyiapkan desain cetak (artwork, graphic design) dengan menggunakan perangkat komputer, dimulai dari input data sampai desain siap cetak atau Final Artwork.

Ada beberapa aturan yang harus diikuti oleh desainer grafis untuk mendapatkan hasil cetak yang konsisten (hampir 100% sama persis) dengan apa yang terlihat di monitor komputer.Dalam kenyataannya banyak sekali terjadi kesalahan pada pencetakan yang disebabkan karena pekerjaan desain grafis tidak dilakukan dengan benar pracetak ini.

Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress berlangsung:

1. Missing Font.
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan (apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan), sedangkan di percetakan font tersebut tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau di-convert terlebih dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat pembuatan
film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam proses prepress, save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai dokumen cadangan.

2. Wrong file format.
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar. Sehingga kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya untuk keperluan cetak offset, maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur terkecil dari gambar digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan akan menjadi
kendala jika pengiriman harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga hindari mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .

3. Incorrect page setting or Page Set-up.
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk cetakan seperti brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan mesin potong kertas, jadi jangan lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih besar dari area cetak. Output harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang disesuaikan sesuai penggunaan.

4. Missing graphics. or graphic not linked.
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark Express, Anda tetap harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang Anda kirim ke percetakan atau tempat pembuatan film (repro), karena jika tidak gambar yang anda insert dalam artwork anda tidak akan muncul di komputer yang lain.

5. Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar. Terlalu tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga memboroskan tinta. Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan gambarnya pecah atau kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll, besaran dpi-nya minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor (baliho,
billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100 dpi tergantung ukuran medianya. Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.

6. Incorrect colours.
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur warna cetak (percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini harus kita pahami, karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB Color). Sementara percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black (CMYK
Color). Jadi kita harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam format warna CMYK.

7. Make the Black color as a special one.
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi huruf kecil2) atau garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi terlihat dobel karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada saat2 terakhir sebelum dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna Black-nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).

8. Proofing.
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil cetak nantinya.Nah, kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer selain printer laser ataucolor digital printing, biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang sudah banyakprinter warna digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik cetak. Lebih
baik lagi bila anda membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi warna yang cocoksesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan.


NB: tulisan ini saya sadur dari berbagai sumber, dan niat saya hanyalah untuk berbagi dan selanjutnya sebagai bahan diskusi dengan kawan-kawan semua, berdasarkan pengalaman masing-masing. Semoga nantinya bisa lebih bermanfaat bagi kita semua


BOLD13

emoticon-Shakehand2
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.