Setelah mendengar semua penjelasan gue, babe gue cuma bisa diem garuk - garuk kepala. "AHA!!!...." teriak die sambil menyalakan kepalanya kek bohlam ide. "Papa inget!!! Dulu papa kandungmu pernah merasakan perasaan yang sama seperti yang kamu rasain sekarang waktu pertama kali die ngeliat mamamu. Kata die, itu disebut cinta, sebuah kata yang sampai saat ini masih merupakan misteri yang belum dapat terpecahkan." ujar RaVN dengan sangat serius, dengan sinar di kepalanya yang mulai padam.

Babe gue juga bilang kalo gue mao tau gue cinta ato enggak sama itu cewek, gue disuruh samperin lagi itu cewek, terus coba berpikir Lust not Love sama itu cewek. Kalo gue enggak bisa Lust, berarti gue in Love sama die. Dan inget tanda love yang paling kentel adalah adanya listrik - listrik cinta saat die natap wajah kita.


Gue ngeliat jam tangan gue merk Guessekan yang baru gue beli dari mall Robencong, waktu nunjukkin jam 18:45 WNS (Waktu Novus Setempat). Ngeliat hari masih sore, gue pun langsung semangat dan lompat dari tempat tidur dan segera ngacir ke Armory - 213 sebelum akhirnya ngeloyor ke solus buat nangkring di tebing petir. Sesampainya gue disono, gue langsung kembali ke posisi mengintai gue yang berjarak lima meter dari jendela itu. Kembali gue ngeliat tuh cewek tersenyum ke arah gue, lagi - lagi gue noleh ke belakang buat ngeliat ada orang ato enggak, dan tetap gak ada siapapun di sana. Yang ada hanya gue dan cewek, di sana saking sunyinya sampe bisa kedengeran suara ombak yang berdesir, kicauan suara burung, dan paduan melodi jangkrik.


Di tengah keheningan tebing petir ini, gue mencoba menzoom lensa gue ke arah mata itu cewek, tuh cewek kembali menatap gue, kali ini tatapan die tepat hangat mengenai mata gue secara langsung. Seolah - olah die tuh tau kalo gue ada disitu. BRZZTTT.. terasa sengatan listrik kecil dari belakang kepala gue, gue pun mulai berpikir jangan - jangan ini yang dibilang listrik cinta sama papa. BRZZTTT... sekali lagi terjadi sengatan listrik kecil, kembali gue berpikir gue pasti beneran cinta ma ini cewek.

Karena selaen adanya sengatan listrik, si martin juga enggak bereaksi. BRZZTTT... gue ngeliat itu cewek mulai melambaikan tangannya ke gue, BRZZZTTT... lagi - lagi terjadi sengatan listrik di tubuh gue, kali ini gelombang sengatan listriknya makin sering BRZZTTT...BRZZTTT...BRZZTTT... gue yang semakin senang dengan perasaan cinta yang gue miliki ini, "KAKAK, BUJANGAN!!" akhirnya gue bisa mendengar suara die untuk pertama kalinya. BRZZTTT.. KRES E N S O R.KRES E N S O R.. terasa bangat kalo seluruh badan gue tersetrum listrik tegangan tinggi, gue makin yakin kalo ini cinta sejati. Sebelum pingsan karena kesetrum oleh suara merdu dari cinta sejati gue. Gue mencoba melakukan flash back slow motion pada chip memory gue tentang suara pujaan hati gue itu.

1. KAKAK,
2. BUNGA
3. JANGAN!!!

lalu terdengar suara asing dari belakang gue:
1. LIGHTNING.
2. CHAIN.

setelah mendengar suara yang berasal dari belakang gue, gue langsung pingsan.


The Introduction


"Redup... gue ada dimana ya?" Pikir gue dalam hati, gue liat sekeliling, ternyata gue ada di ruangan yang cuma dipenuhi oleh cahaya lilin, gue mencoba ngeliat ke atas, dapat gue liat kalo atas gue tuh bukan langit, melainkan eternit yang terbuat dari rajutan daun pohon kelapa. Gue tengok ke kiri, ternyata di samping kiri gue hanya ada dinding yang terbuat dari kayu, sebelum gue sempet nengokin kepala gue ke kanan gue denger ada sebuah percakapan. Dari suara yang terdengar, tampak percakapan antara dua orang wanita.


"Kak Bunga, kenapa kakak harus melukai dia?" tanya seorang gadis yang suaranya sangat lembut di telinga gue, suara yang bahkan mampu melunakkan batu bila dia meminta batu tersebut untuk melunak. Gue yakin bangat kalo ini suara berasal dari suara wanita pujaan gue. "Dia itu Accretia! Penjahat kelamin! Pasti dia mao ngapa - ngapain kamu Mel !" jawab bunga dengan tegas. Tapi wanita yang bernama Mel itu tetap membela gue, die bilang ke Bunga kalo gue itu enggak seperti yang bunga pikirin. Die juga bilang meskipun tubuh gue robot, tapi gue merupakan robot pertama yang melihat die sebagai sosok bellato yang utuh, bukan bellato yang lemah, bukan sebagai beban.

Kembali die tetap memuji gue, die bilang kalo dengan kehadiran gue udah bisa cukup bikin dia tersenyum dan sedikit tertawa. Mendengar jawaban dari cewek yang dipanggil Mel tersebut akhirnya Bunga menyerah "Yah.. udah enggak papa klo gitu, tapi kamu harus hati - hati ya Mel, kakak enggak mau terjadi hal yang buruk sama kamu, kamu satu - satunya milik kakak yang paling berharga Mel, Kalo sampe kamu...." belum sempat Bunga menyelesaikan bicaranya, "Ga bakal gue biarin hal buruk terjadi sama Mel" potong gue dengan tegas, sambil langsung duduk dari posisi tidur gue.


Mendengar suara gue yang secara tiba - tiba menjawab, Bunga langsung berdiri dan mengambil tongkat sihirnya "MAO APA LU?? MAO GUE SETRUM LAGI LU?!?!" tanya Bunga ke gue dengan napsu membunuh. Ditanya begitu, baru kali ini gue merasa sedikit tertegun, ga biasa - biasanya gue lemah begini, biasanya klo diancem gimana juga gue pasti ngelawan balik. Setengah sadar gue mulai berpikir tentang omongan Bunga yang "MAO GUE SETRUM LAGI LU?!?!" dan gue pun langsung sadar kalo ternyata listrik - listrik cinta yang tadi gue anggep adahal hasil dari energy bolt dan lightning chain dia. Melihat gue yang ketakutan Mel, menarik lengan Bunga sambil meminta Bunga untuk menyudahi aksinya. Bunga yang masih belum dapat percaya sama gue, langsung ngomong "Aduhh... Melati, kamu itu kok gampang bangat sih percaya sama orang asing?" seloroh Bunga dengan nada gemes.


"Owh.. jadi gadis idaman gue namanya Melati" gumam gue dalam hati. Merasa enggak nyaman dengan kelakuan Bunga terhadap Melati, gue berdiri dari tempat yang tadinye gue dudukin. Gue segera ceritain tentang segala kejadian yang gue alamin dari siang sampe malem ini. Tapi gue enggak ceritain gimana cara gue bisa nemuin kabin tua ini. Selesai bercerita karena hari udah malem bangat, gue liat jam tangan gue udah jam 21:15 lewat, gue pun langsung pamitan sama kedua orang tersebut sambil meminta maaf kalo ternyata kehadiran gue mengganggu mereka.


Belum sempat gue pergi keluar pintu, Melati manggil gue "Tunggu, siapa nama kamu? Kamu mau kan jadi temenku? Entah mengapa aku merasa senang bila deket sama kamu." sambil menggerakkan tanganya memanggil gue untuk mendekat. Gue yang merasa gayung bersambut langsung aja bergerak dengan semangat ke arah Melati, begitu gue berjarak satu meter dari Melati, gue ngerasain hawa membunuh kembali mendekat, hawa membunuh itu dateng dari Bunga. Melati yang merasakan hal tersebut meminta Bunga untuk menghentikan aksinya. Karena Melati tampaknya sangat bahagia dengan keberadaan gue Bunga akhirnya mengalah.


"Namaku... Tamagochi" jawab gue dengan penuh perasaan malu, "Hihihihi... namanya lucu." balas Melati dengan sedikit tertawa. "Kamu mau kan jadi temanku?" kembali Melati mengajukan pertanyaan itu ke gue, gue yang pastinya telah menemukan cinta pada pandangan pertama dengan yakin ngejawab "YES TENTU!!" sambil meninju tangan gue ke udara. "Kamu punya cita - cita?" sebuah pertanyaan yang belum pernah gue denger selama gue hidup sebagai Accretia. Gue yang belum pernah punya cita - cita hanya bisa menggelengkan kepala.


Melati yang ngeliat gue begitu, meminta tolong kepada gue untuk ngambil buku yang ada di samping kasurnya die sambil nujukkin arahnya. Gue pun langsung pergi ngambil itu buku dan dibuku itu gue baca judulnya "TO DO LIST". Selesai ngebaca judulnya, gue kasih itu buku ke Melati. "Tama, sini deh deketan" panggil dia sambil menepuk - nepuk busa bangku yang ada di samping die. Gue pun langsung duduk di sebelah die, gue liat Melati mulai membuka bukunya. Tapi gue ngeliat banyak keanehan di buku - buku tersebut. Di situ gue ngeliat ada gambar sepasang manusia sedang duduk menikmati alam. Dan di halaman terakhir die ngasih liat ke gue seorang wanita Bellato yang sangat cantik, sedang memakai gaun pengantin. Di gambar itu tergambar sangat jelas kalo tuh cewek sedang bergandengan tangan dengan seorang lelaki. Tapi di lelaki itu belum ada gambar wajahnya. Selesai dia menutup buku itu, dia berkata singkat ke gue "Ini merupakan impian yang ingin kuwujudkan suatu saat"


Mulai detik itu, gue langsung punya keinginan, yaitu membuat semua keinginan Melati menjadi kenyataan. Karena Melati merupakan wanita pertama yang menganggap manusia, wanita pertama yang memandang gue dengan penuh kehangatan, kehangatan yang berbeda dari yang gue rasakan saat ditatap oleh RaVN ataupun pasangan Leancraight. Wanita pertama yang tersenyum kepada gue. Buat gue senyum Melati lebih penting dari apapun.

Mulai detik itu, gue bersumpah dalam diri gue sendiri kalo gue harus bisa membuat Melati selalu tersenyum dan enggak akan bikin Melati kecewa.




Day 4 End
Next on Day 5 ( The Date)