Tunjuk1BintangAvatar border
TS
Tunjuk1Bintang
Perpustakaan Pecinta Alam Dan Penggiat Ruang Terbuka..
Quote:



Pendahuluan Definisi Pecinta Alam

Lebih dari 38 tahun lewat sudah, dimulai sejak dipancangkannya bendera pertama Pecinta Alam di tanah air ini, yang dipelopori di Bandung oleh kelompok Pendaki Gunung dan Penempuh rimba Wanadri, dan 3 bulan kemudian di Universitas Indonesia dengan kelompok Mapala UI - nya.
Saat ini, kepeloporan mereka telah dikuti oleh ribuan organisasi Pecinta Alam lain yang tersebar diseluruh pelosok tanah air, baik ditingkat Sekolah Menengah, Universitas maupun dari kalangan umum.
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 126 suara
Bermanfaatkah Trit ini??
Ya
71%
Tidak
29%
nona212
nona212 memberi reputasi
1
40.2K
141
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Outdoor Adventure & Nature Clubs
Outdoor Adventure & Nature ClubsKASKUS Official
2.9KThread4.3KAnggota
Tampilkan semua post
Tunjuk1BintangAvatar border
TS
Tunjuk1Bintang
#86
Tips & Trick Hunting Foto DiGunung



Kegiatan mendaki gunung dan memotret merupakan dua hal yang tidak bisa di pisahkan, keduanya saling bersinergi dalam menghasilkan sebuah karya seni, baik berupa karya dalam seni mendaki maupun seni memotret.

Bagi kalangan pendaki gunung melihat pemandangan / objek seperti, hutan tropis, semak belukar, air terjun, sungai , bunga-bunga edelweis yang putih, bahkan menyaksikan panorama matahari terbit atau terbenam dari puncak gunung adalah hal yang biasa dan sering di temukan pada setiap kegiatan pendakian. Hampir semua objek dan moment tersebut otomatis langsung terekam dalam ingatan para pendaki dan jika rindu dengan pemandangan tersebut para pendakipun akan kembali mendaki gunung untuk menemukan objek atau sekedar mengulang moment tersebut.

Spoiler for hunting foto:


Spoiler for hunting foto:


Spoiler for HUnting foto:


Namun di era digital seperti sekarang ini, foto dokumentasi perjalanan dalam kegiatan mendaki gunung menjadi sangat mudah dan sederhana, kita tidak perlu membawa peralatan fotografi yang canggih, hanya bermodalkan HP berkamera 2mp pun para pendaki sudah bisa mengabadikan dirinya bersama teman-teman pada savana yang di tumbuhi bunga edelweis, atau foto bersama di pinggir kawah, meskipun hasil fotonya berkualitas rendah, namun itu bukanlah hal yang penting sebab tujuan foto tersebut hanyalah sebatas dokumentasi saja.

Sebagian besar pendaki gunung sudah pasti mengerti tentang manajemen pendakian, dari tingkat kesulitan jalur, jarak tempuh rute, persediaan logistik dll, dan yang terpenting adalah manajemen power atau tenaga kita selama melakukan kegiatan pendakian.
Namun seberapa banyak pendaki gunung yang melakukan pendakian dengan tujuan ekstra, yaitu memburu foto ( istilahnya hunting foto ).???

Dalam beberapa tahun belakangan ini saya coba mengamati beberapa komunitas pendaki gunung disekitar saya, baik didunia maya maupun nyata, ternyata sebagian besar para pendaki gunung memang menyukai fotografi, terutama untuk kategori foto landscape, nature dan human interest.
Akhir-akhir ini pun kamera digital poket dan DSLR sudah menjadi perlengkapan wajib yang dibawa oleh setiap tim pendakian, tak lain tujuannya adalah kebutuhan dokumentasi perjalanan.

Namun sebenarnya jika Kamera DSLR yang dibawa dapat dimaksimalkan, si pendaki bisa menghasilkan kwalitas foto yang lebih dari sekedar kebutuhan dokumentasi. Namun biasanya pendaki memiliki kendala, yaitu pendaki tidak bisa leluasa memotret dengan ransel di pundak dengan kondisi fisik dan stamina yang pasti menurun , akibatnya konsentrasi memotret dengan teknis yang baik pun terabaikan.

****
Didalam komunitas fotografer amatir/hobies yang saya ikuti, khususnya fotografer landscape, memotret pemandangan adalah hal yang sangat menyenangkan, sebab bisa berwisata sambil menyalurkan hobi tentunya, ada beberapa tempat yang menjadi lokasi wajib dikunjungi, khususnya bagi para landscaper ini, contoh : Situ gunung-sukabumi, gn.bromo view pananjakan, Kawah putih ciwidey, Rawapening -ambarawa dan masih banyak lagi tempat-tempat wisata alam yang menjadi surga para fotografer landscape ini, kegiatan hunting foto tersebut bisa dilakukan berhari-hari pada lokasi yang sama demi mendapatkan golden moment, sebab kualitas fotografi landscape sangat tergantung pada kondisi cuaca, jika cuaca berpihak pasti akan mendapatkan foto yang bagus, seperti foto dengan kontras tinggi, hijau hutan dengan background langit yang biru dll, jika mendung atau hujan, si fotografer sudah pasti hanya menghasilkan foto yang sangat datar seperti warna hijau gelap pada pepohonan atau hutan, warna langit yang putih atau pucat, dan yang pasti cuaca mendung atau berkabut akan mengurangi ketajaman foto. Namun semua itu merupakan konsekwensi sebagai fotografer landscape, kegiatan pemotretan yang dilakukan para fotografer alam bebas tersebut biasanya dilakukan pada pagi hari atau sore hari sebab cahaya matahari masih menghasilkan kontras yang sangat baik, jika hari ini tidak mendapatkan foto dengan cahaya yang baik, tentunya pemotretan akan di ulangi di hari berikutnya sampai dirasa “sudah” mendapatkan foto yang maksimal, fotografer landscape biasanya memang memiliki waktu yang cukup panjang untuk hunting foto di suatu lokasi.

Spoiler for rawa pening:


Spoiler for gunung bromo :


Perlalatan fotografi yang dimiliki fotografer landscape pun bisa dibilang lumayan mahal, sebab mereka membutuhkan beberapa lensa yang berkwalitas serta filter-filter tambahan. Apalagi jika kebutuhan mereka untuk memotret satwa liar, bobot daypack pun otomatis akan bertambah berat sebab lensa super tele yang berat akan ikut masuk kedalam tas tersebut. Pernah saya menimbang bobot daypack yang berisi perlatan standard untuk memotret landscape yang berisi, 2 body kamera DSLR+BG, 1 lensa wide 12-24mm, 1 lensa fixed macro 60mm, 1 lensa tele 80-200mm, serta filter2, batre + charger dll, bobotnya mencapai ±5-6 kg, belum termasuk tripot yang lumayan besar. Tapi para fotografer landscape ini gak perlu pusing dengan bobot daypack seberat itu, sebab spot2 lokasi foto yang mereka tuju biasanya tidak menguras banyak tenaga, untuk menuju lokasi pemotretan, hampir semua objek dapat di akses oleh kendaraan roda dua maupun roda empat, setidak2nya jika harus berjalan kaki tidak sampai seharian.

Mungkin bagi para fotografer landscape memotret panorama alam itu bisa dibilang mudah dan sederhana tapi bagaimana caranya dapat menghasilkan foto-foto landscape digunung yang bagus jika daypack full gear dengan bobot mencapai ±5-6kg plus ransel 80-90 ltr tersemat dipundak? bahkan kita pun harus membawa perlengkapan tersebut berjalan berjam-jam untuk mendaki gunung, ?

Tanpa bantuan tenaga porter, Jelaslah itu merupakan sebuah permasalahan, dan pada akhirnya salah satu dari dua kegiatan tersebut akan di korbankan, biasanya yang dikorbankan adalah kegiatan hunting fotonya, karena fisik dan power sudah habis termakan oleh beban daypack + ransel yang terus menempel di pundak kita berjam-jam, ditambah lagi kondisi cuaca digunung yang memang cukup ekstrim. Dalam kondisi seperti ini, otak kita akan lebih prioritas pada kesehatan tubuh kita tentunya, bisa dipastikan kegiatan hunting tidak akan terlaksana dengan baik, menjaga gerak badan yang berlebihan adalah solusi yang tepat agar tubuh tidak kekurangan tenaga. Mungkin dibeberapa gunung masih bisa dilakukan pendakian dalam waktu yang panjang, bahkan bisa berhari-hari, namun jika kita hendak mendaki gunung gede pangrango, kita hanya memiliki waktu pendakian selama 2 hari 1 malam saja. Bagaimana dapat berjalan santai jika dengan waktu sedemikian singkat??

Saya akan coba berbagi tips memotret/hunting foto diatas gunung, lebih tepatnya berlaku pada pendakian singkat seperti di gunung gede pangrango, meskipun manajemen yang saya gunakan ini tidak berjalan mulus 100% setidaknya dapat memberi gambaran buat orang lain tentang situasi dan kondisi hunting di gunung dalam kondisi yang cukup ekstrim.

Dalam hunting foto di gunung ini, yang pasti ada dua bentuk manajemen yang akan kita terapkan yaitu : Manajemen mendaki gunung dan Manajemen fotogarafi/hunting foto.
1.\tManajemen mendaki gunung / manajemen ekspedisi diantaranya manajemen peralatan, waktu, logistic, personil tim, perizinan dll.

2.\tManajemen Hunting foto seperti manajemen peralatan fotografi, referensi objek yang menarik disepanjang jalur pendakian, perkiraan kondisi cuaca, konsep dll

0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.