Kaskus

Food & Travel

Tunjuk1BintangAvatar border
TS
Tunjuk1Bintang
Perpustakaan Pecinta Alam Dan Penggiat Ruang Terbuka..
Quote:



Pendahuluan Definisi Pecinta Alam

Lebih dari 38 tahun lewat sudah, dimulai sejak dipancangkannya bendera pertama Pecinta Alam di tanah air ini, yang dipelopori di Bandung oleh kelompok Pendaki Gunung dan Penempuh rimba Wanadri, dan 3 bulan kemudian di Universitas Indonesia dengan kelompok Mapala UI - nya.
Saat ini, kepeloporan mereka telah dikuti oleh ribuan organisasi Pecinta Alam lain yang tersebar diseluruh pelosok tanah air, baik ditingkat Sekolah Menengah, Universitas maupun dari kalangan umum.
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 126 suara
Bermanfaatkah Trit ini??
Ya
71%
Tidak
29%
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
40.3K
141
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Outdoor Adventure & Nature Clubs
Outdoor Adventure & Nature Clubs
KASKUS Official
3KThread5.1KAnggota
Tampilkan semua post
Tunjuk1BintangAvatar border
TS
Tunjuk1Bintang
#83
Mencegah Mabuk Gunung
1/ Menghindari Faktor Pemicu
Hal pertama yang perlu diupayakan adalah menjauhkan diri dari
faktor-faktor pemicu. Meskipun tidak selalu berhubungan langsung,
hal-hal berikut ditengarai sering memicu dan memperburuk mabuk gunung.
Spoiler for :


2/ Aklimatisasi
Seperti telah diketahui, penyebab mabuk gunung adalah tidak mampunya
tubuh menerima kondisi di ketinggian. Ketidakmampuan itu terjadi kalau
penambahan elevasi terjadi pada waktu yang terlalu singkat—lebih
singkat dari waktu yang diperlukan oleh tubuh untuk menyesuaikan diri.
Sebenarnya, tubuh kita bisa beradaptasi, tetapi hal itu harus
dilakukan secara bertahap. Usaha ini disebut aklimatisasi.

Rumus aklimatisasi pendaki adalah climb high sleep low (CHSL)—naik ke
ketinggian tertentu, kemudian turun untuk tidur / beristirahat pada
ketinggian di bawahnya. Misalnya direncanakan untuk ngekem pada
ketinggian 3.600 mdpl, naiklah dulu ke 4.000 mdpl. Untuk pendakian
gunung yang elevasinya > 3.600 mdpl, aklimatisasi dengan rumus ini
mutlak diperlukan. Itulah sebabnya pendakian Everest bisa makan waktu
lebih dari sebulan karena pendaki naik-turun berkali-kali sebelum
melakukan summit attack. Gunung-gunung kita yang rata-rata 3.000an
mdpl, untuk kebanyakan pendaki bisa disikat langsung.

Selain itu, setelah melewati batas 3.000 mdpl, penambahan elevasi
harus dibatasi maksimum 300 mt per hari. Selain Jayawijaya, ada empat
gunung di Indonesia yang menurut hemat saya harus memperhatikan kaidah
ini, yaitu Kerinci, Rinjani, Semeru, dan Slamet karena ketinggiannya
melebihi 3.300 mdpl. Untuk kelima gunung ini, idealnya summit attack
dilakukan dari ketinggian yang berjarak kurang dari 300 mtr vertikal
dari puncak.

Dua puluh empat jam pertama berada di daerah yang tinggi, misalnya di
desa terakhir (base camp) batasi aktivitas fisik. Meskipun demikian,
pada siang hari, aktivitas ringan lebih baik dari pada tidur agar
respirasi melakukan penyesuaian.

3/ Nutrisi dan Hidrasi
Hidrasi sangat penting. Eksersi membuang cairan dalam tubuh, dan itu
perlu diganti. Indikasi kecukupan hidrasi adalah banyak dan beningnya
urine. Bila kencing sedikit, pekat, dan berwarna, berarti Anda kurang
minum.

Makanan tinggi karbohidrat harus menjadi menu utama pendaki. Alasannya
adalah bahwa 70% kalori dihasilkan oleh karbohidtat.

4/ Mengenal Diri Sendiri
Yang tidak kalah penting dari semua saran di atas adalah mengenali
diri sendiri. Anda harus paham betul bagaimana tubuh Anda bereaksi
terhadap kondisi di ketinggian karena tidak ada ciri-ciri pembeda
khusus antara yang rentan dengan yang tahan. Sungguh bijaksana bila
Anda mau belajar merasakan dan mengenali setiap gejala yang terasa.
Misalnya, membedakan antara sakit kepala yang terjadi karena eksersi
berlebihan (seperti bila Anda selesai berlari sprint) dengan
nyut-nyutan gejala mabuk gunung.

Angka-angka dalam tulisan ini harus dianggap hanya sebagai patokan
umum yang tidak absolut. Untuk masing-masing individu, pada prakteknya
bergeser naik atau turun dari angka-angka itu. Pada akhirnya, mabuk
gunung bersifat sangat personal.

Golden rule di ketinggian: bila Anda mengalami tidak enak badan,
pusing atau pening tetapi tidak tahu sebabnya secara pasti, Anda harus
menyimpulkan bahwa Anda menderita mabuk gunung!

5/ Mengenal Teman Satu Tim
Teman sependakian Anda belum tentu mengetahui seluk-beluk mabuk
gunung. Belum tentu pula mereka cukup mengenal daya adaptasi diri
sendiri terhadap ketinggian. Kalau demikian keadaannya, Anda yang
perlu menajamkan pandangan untuk mengamati kondisi mereka. Dari
pengalaman saya, gejala awal mabuk yang paling mudah diamati dari luar
adalah kondisi fisik dan tingkah-laku.

Bila ada teman yang mengalami kelelahan berlebihan, amati terus
keadaannya. Kalau ada yang begini, biasanya saya menguji kondisinya
dengan menyodorkan makanan kecil. Kalau dia menolak, cobalah makanan
lain. Kalau semua ditolak, waspada!

Ciri lain yang sering mencolok adalah social withdrawal. Kalau ada
teman yang berubah perangainya menjadi lebih pendiam, ogah ngobrol,
kehilangan canda, dan lebih suka menyendiri, Anda harus mulai curiga.
Berikutnya, ujilah juga dengan makanan.

Pendeknya, bila pendaki masih rakus dan doyan ini-itu, berarti sehat

Credit :: M059
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.