TS
joeraygaul
Buddha Theravada Indonesia
Namo Buddhaya
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_




Sejarah
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
Bahan untuk perenungan
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_
Bagi para rekan kaskuser sangat dimohon agar tidak ngejunk, flame, atau trolling. Harapan TS agar trit ini dapat menjadi wadah komunikasi dan berbagi pemahaman dan wawasan agar praktik dan latihan kita semua semakin berkembang dan maju.
Annumodanna _/|\_
Annumodanna _/|\_



Sejarah
- Sejarah Singkat Buddhisme Theravada
- Kronologi Singkat Part 1
- Kronologi Singkat Part 2 dan Sejarah Singkat Sangha Theravada Indonesia (STI)
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
- Saduran bebas Kalama Sutta, sumbangan artikel dari bro Minibalanar
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Ehipassiko, posted by Minibalanar
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
- Pengantar dari TS
- Dari sumber lain yang saya copas
- Tulisan salah seorang member kaskus di forum lain yang saya copas
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
- Parajika dan Sanghadisesa
- Aniyata dan Nissagiya Pacittiya
- Pacittiya 1
- Pacittiya 2(Acelaka Vagga, Surapana Vagga, Sapana Vagga, Sahadhammika Vagga
- Pacittiya 3(Ratana Vagga) dan Patidesaniya
- Sekhiya
- Adhikarana Samatha
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Pancasila Buddhist, by Minibalanar
- [URL="http://www.kaskus.co.id/showpost.php?[*]p=698709246&postcount=66"]Pancasila Buddhist, by Minibalanar[/URL]
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Pharabava Sutta
Bahan untuk perenungan
- Bebas dari kesalahan, tulisan Banthe Saddhaviro Mahathera
- Apakah agama Buddha itu kuno? Tulisan Banthe Uttamo
- Cara berpikir seorang praktisi dan non praktisi, tulisan Bikkhu Buddhadasa
- Perenungan Brahmavihara1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
- Pulau Sumatra dan Banten
- DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta
- Jawa Timur dan Bali
- Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan
- Pulau Sulawesi
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Diubah oleh joeraygaul 22-11-2012 14:10
emineminna dan nona212 memberi reputasi
2
110.1K
747
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
joeraygaul
#175
Maha Satipatthanasutta
Tujuh Faktor Penerangan Sempurna ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(1) Perhatian Murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(sati-sambojjhanga), ia menyadari: "ada perhatian murni (yang
merupakan) faktor penerangan sempurna"; bila tidak ada perhatian
murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna dalam dirinya,
ia menyadari: "tidak ada perhatian murni (yang merupakan) faktor
penerangan sempurna". Ia menyadari bagaimana timbulnya perhatian
murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna yang belum ada
sebelumnya; ia menyadari bagaimana mengembangnya dengan penuh
ketika perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
itu telah timbul.
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(2) Penyelidikan terhadap Dhamma (yang merupakan) faktor penerangan
sempurna (dhammavicaya-sambojjhanga) ..........................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(3) Semangat (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (viriyasambojjhanga)
....................................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(4) Kegiuran (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (pitisambojjhanga)
....................................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(5) Ketenangan (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (passaddhi-
sambojjhanga) .............................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(6) Konsentrasi (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(samadhi-sambojjhanga) ...........................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(7) Keseimbangan Batin (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(upekkha-sambojjhanga), ia menyadari: "ada keseimbangan batin
(yang merupakan) faktor penerangan sempurna"; bila tidak ada
keseimbangan batin (yang merupakan) faktor penerangan sempurna dalam
dirinya, ia menyadari: "tidak ada keseimbangan batin (yang
merupakan) faktor penerangan sempurna". Ia menyadari bagaimana
timbulnya keseimbangan batin (yang merupakan) faktor penerangan
sempurna yang belum ada sebelumnya; ia menyadari bagaimana mengembangnya
dengan penuh ketika keseimbangan batin (yang merupakan)
faktor penerangan sempurna itu telah timbul.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia
hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna.
Empat Kesunyataan Mulia (Catu Ariya Sacca)
17. Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan
obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Empat Kesunyataan
Mulia (Catu Ariya Sacca).
Dan bagaimanakah, para bhikhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek
Empat Kesunyataan Mulia ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari: (1) "ini
Dukkha"; ia menyadari: (2) "inilah sebab dari Dukkha"; ia menyadari:
(3) "inilah padamnya Dukkha"; ia menyadari: (4) "inilah
jalan yang menuju padamnya Dukkha."
18. Dan apakah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia Tentang Dukkha (Dukkha
Ariya-sacca) ?
Kelahiran adalah Dukkha, menjadi tua adalah Dukkha, kematian adalah
Dukkha, kesedihan adalah Dukkha, keluh-kesah adalah Dukkha,
penderitaan, perasaan tak menyenangkan, putus asa adalah Dukkha,
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan adalah Dukkha, singkatnya:
Lima Kelompok Perpaduan yang menjadi obyek Kemelekatan adalah
Dukkha.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Kelahiran (jati) ?
Kelahiran adalah terbentuknya, timbul dalam wujud baru, timbulnya
kelompok-kelompok kemelekatan, terdapatnya indria-indria pada waktu
ini atau itu, atau kelompok makhluk ini atau itu. Inilah yang
disebut Kelahiran.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Menjadi Tua (jara) ?
Menjadi tua adalah lapuk, jompo, berderai, beruban, berkeriput,
berkurangnya jangka waktu hidup, lumpuhnya kemampuan indria dari
makhluk ini atau itu, atau kelompok makhluk ini atau itu. Inilah
yang disebut Menjadi Tua.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Kematian (marana) ?
Kematian adalah terhentinya proses kehidupan (yang terjadi pada
setiap alam kelahiran), meninggalkan (suatu alam kelahiran), hancur,
hilangnya, mati, meninggal, habisnya jangka waktu hidup, leburnya
kelompok-kelompok kemelekatan, terbaringnya jasmani makhluk
ini atau itu. Inilah yang disebut Kematian.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut kesedihan (soka) ?
Kesedihan adalah keadaan sengsara, sakit hati dan yang menyakitkan,
dukacita, keadaan yang menyedihkan yang terpendam pada seseorang
yang dirundung kemalangan atau yang semacamnya, dukacita
seseorang yang terpukul oleh berbagai kemalangan. Inilah yang disebut
Kesedihan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Keluh-kesah (parideva) ?
Keluh-kesah adalah perbuatan mengeluh, dalam keadaan mengeluh,
ratapan, penyesalan seseorang yang dihinggapi oleh berbagai kemalangan.
Inilah yang dikatakan Keluh-kesah.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Penderitaan (dukkha) ?
Penderitaan adalah rasa sakit yang dialami jasmani, sakit jasmaniah,
sakit yang disebabkan oleh tersentuhnya jasmani, jasmani
yang diliputi hal yang menyakitkan. Inilah yang disebut Penderitaan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Perasaan tak menyenangkan
(domanassa) ?
Sakit yang dirasakan oleh batin, sakit batiniah, sakit batiniah
yang disebabkan oleh hati yang tersinggung, batin yang diliputi
oleh yang menyakitkan. Inilah yang disebut Perasaan tak menyenangkan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Putus asa (upayasa) ?
Putus asa adalah peristiwa patah hati dan dalam keadaan patah hati,
sedang dalam patah semangat pada orang yang sedang dihinggapi
oleh berbagai kemalangan. Inilah yang dikatakan Putus asa.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan dukkha karena tidak memperoleh
apa yang diinginkan (iccham na labhati tam pi dukkham ) ?
Makhluk yang seharusnya terlahir kembali, berkeinginan demikian:
"Ah, jika kita tidak terlahir, jika kita dapat menghindari kelahiran
!" Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan
dukkha karena tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya menjadi tua, berkeinginan demikian: "Ah,
jika kita tidak menjadi tua, jika kita dapat menghindari ketuaan!"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya mengalami kematian, berkeinginan demikian:
"Ah, jika kita tidak mati, jika kita dapat menghindari kematian !"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya mengalami kesedihan, keluh kesah, penderitaan,
kesengsaraan, putus asa, berkeinginan demikian: "Ah,
jika kita tidak mengalami kesedihan, keluh kesah, penderitaan,
kesengsaraan, putus asa, jika kita dapat menghindari mereka !"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Lima Kelompok yang timbul
karena Kemelekatan (pancupadanakkhandha) adalah Dukkha ?
Mereka adalah kelompok jasmani yang timbul karena kemelekatan
(rupupadanakkhandha), kelompok perasaan yang timbul karena kemelekatan
(vedanupadanakkhandha), kelompok pencerapan yang timbul
karena kemelekatan (san~n~upadanakkhandha), kelompok bentuk-bentuk
pikiran yang timbul karena kemelekatan (sankharupadanakkhandha),
dan kelompok kesadaran yang timbul karena kemelekatan (vin~n~anupadanakkhandha).
Singkatnya, inilah yang dikatakan Lima Kelompok
yang timbul karena Kemelekatan adalah Dukkha.
Demikianlah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia tentang Dukkha.
19. Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Kesunyataan Mulia tentang
Sebab Dukkha (Dukkha-samudaya Ariya-sacca) ?
Keinginan/nafsu rendah (tanha) yang mempunyai kekuatan menyebabkan
tumimbal lahir, disertai keinginan pada kesenangan indria yang
mencari kepuasan kesana kemari, yaitu: keinginan pada kesenangan
indria (kama-tanha), keinginan untuk terlahir kembali (bhavatanha),
keinginan untuk lenyap (vibhava-tanha).
Para bhikkhu, dari manakah tanha timbul, dimanakah ia bertempattinggal
? Pada obyek yang disenangi, yang menyenangkan; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Obyek manakah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini ?
Indria penglihatan (cakkhu) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha
itu bertempat-tinggal.
Indria pendengaran (sota) ........................................
Indria pembauan (ghana) ..........................................
Indria pengecapan (jivha) ........................................
Indria sentuhan (kaya) ...........................................
Indria pikiran (mana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(1) Perhatian Murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(sati-sambojjhanga), ia menyadari: "ada perhatian murni (yang
merupakan) faktor penerangan sempurna"; bila tidak ada perhatian
murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna dalam dirinya,
ia menyadari: "tidak ada perhatian murni (yang merupakan) faktor
penerangan sempurna". Ia menyadari bagaimana timbulnya perhatian
murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna yang belum ada
sebelumnya; ia menyadari bagaimana mengembangnya dengan penuh
ketika perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
itu telah timbul.
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(2) Penyelidikan terhadap Dhamma (yang merupakan) faktor penerangan
sempurna (dhammavicaya-sambojjhanga) ..........................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(3) Semangat (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (viriyasambojjhanga)
....................................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(4) Kegiuran (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (pitisambojjhanga)
....................................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(5) Ketenangan (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (passaddhi-
sambojjhanga) .............................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(6) Konsentrasi (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(samadhi-sambojjhanga) ...........................................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika dalam diri seorang bhikkhu ada
(7) Keseimbangan Batin (yang merupakan) faktor penerangan sempurna
(upekkha-sambojjhanga), ia menyadari: "ada keseimbangan batin
(yang merupakan) faktor penerangan sempurna"; bila tidak ada
keseimbangan batin (yang merupakan) faktor penerangan sempurna dalam
dirinya, ia menyadari: "tidak ada keseimbangan batin (yang
merupakan) faktor penerangan sempurna". Ia menyadari bagaimana
timbulnya keseimbangan batin (yang merupakan) faktor penerangan
sempurna yang belum ada sebelumnya; ia menyadari bagaimana mengembangnya
dengan penuh ketika keseimbangan batin (yang merupakan)
faktor penerangan sempurna itu telah timbul.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia
hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna.
Empat Kesunyataan Mulia (Catu Ariya Sacca)
17. Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan
obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Empat Kesunyataan
Mulia (Catu Ariya Sacca).
Dan bagaimanakah, para bhikhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek
Empat Kesunyataan Mulia ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari: (1) "ini
Dukkha"; ia menyadari: (2) "inilah sebab dari Dukkha"; ia menyadari:
(3) "inilah padamnya Dukkha"; ia menyadari: (4) "inilah
jalan yang menuju padamnya Dukkha."
18. Dan apakah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia Tentang Dukkha (Dukkha
Ariya-sacca) ?
Kelahiran adalah Dukkha, menjadi tua adalah Dukkha, kematian adalah
Dukkha, kesedihan adalah Dukkha, keluh-kesah adalah Dukkha,
penderitaan, perasaan tak menyenangkan, putus asa adalah Dukkha,
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan adalah Dukkha, singkatnya:
Lima Kelompok Perpaduan yang menjadi obyek Kemelekatan adalah
Dukkha.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Kelahiran (jati) ?
Kelahiran adalah terbentuknya, timbul dalam wujud baru, timbulnya
kelompok-kelompok kemelekatan, terdapatnya indria-indria pada waktu
ini atau itu, atau kelompok makhluk ini atau itu. Inilah yang
disebut Kelahiran.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Menjadi Tua (jara) ?
Menjadi tua adalah lapuk, jompo, berderai, beruban, berkeriput,
berkurangnya jangka waktu hidup, lumpuhnya kemampuan indria dari
makhluk ini atau itu, atau kelompok makhluk ini atau itu. Inilah
yang disebut Menjadi Tua.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Kematian (marana) ?
Kematian adalah terhentinya proses kehidupan (yang terjadi pada
setiap alam kelahiran), meninggalkan (suatu alam kelahiran), hancur,
hilangnya, mati, meninggal, habisnya jangka waktu hidup, leburnya
kelompok-kelompok kemelekatan, terbaringnya jasmani makhluk
ini atau itu. Inilah yang disebut Kematian.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut kesedihan (soka) ?
Kesedihan adalah keadaan sengsara, sakit hati dan yang menyakitkan,
dukacita, keadaan yang menyedihkan yang terpendam pada seseorang
yang dirundung kemalangan atau yang semacamnya, dukacita
seseorang yang terpukul oleh berbagai kemalangan. Inilah yang disebut
Kesedihan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Keluh-kesah (parideva) ?
Keluh-kesah adalah perbuatan mengeluh, dalam keadaan mengeluh,
ratapan, penyesalan seseorang yang dihinggapi oleh berbagai kemalangan.
Inilah yang dikatakan Keluh-kesah.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Penderitaan (dukkha) ?
Penderitaan adalah rasa sakit yang dialami jasmani, sakit jasmaniah,
sakit yang disebabkan oleh tersentuhnya jasmani, jasmani
yang diliputi hal yang menyakitkan. Inilah yang disebut Penderitaan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Perasaan tak menyenangkan
(domanassa) ?
Sakit yang dirasakan oleh batin, sakit batiniah, sakit batiniah
yang disebabkan oleh hati yang tersinggung, batin yang diliputi
oleh yang menyakitkan. Inilah yang disebut Perasaan tak menyenangkan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Putus asa (upayasa) ?
Putus asa adalah peristiwa patah hati dan dalam keadaan patah hati,
sedang dalam patah semangat pada orang yang sedang dihinggapi
oleh berbagai kemalangan. Inilah yang dikatakan Putus asa.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan dukkha karena tidak memperoleh
apa yang diinginkan (iccham na labhati tam pi dukkham ) ?
Makhluk yang seharusnya terlahir kembali, berkeinginan demikian:
"Ah, jika kita tidak terlahir, jika kita dapat menghindari kelahiran
!" Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan
dukkha karena tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya menjadi tua, berkeinginan demikian: "Ah,
jika kita tidak menjadi tua, jika kita dapat menghindari ketuaan!"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya mengalami kematian, berkeinginan demikian:
"Ah, jika kita tidak mati, jika kita dapat menghindari kematian !"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya mengalami kesedihan, keluh kesah, penderitaan,
kesengsaraan, putus asa, berkeinginan demikian: "Ah,
jika kita tidak mengalami kesedihan, keluh kesah, penderitaan,
kesengsaraan, putus asa, jika kita dapat menghindari mereka !"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Lima Kelompok yang timbul
karena Kemelekatan (pancupadanakkhandha) adalah Dukkha ?
Mereka adalah kelompok jasmani yang timbul karena kemelekatan
(rupupadanakkhandha), kelompok perasaan yang timbul karena kemelekatan
(vedanupadanakkhandha), kelompok pencerapan yang timbul
karena kemelekatan (san~n~upadanakkhandha), kelompok bentuk-bentuk
pikiran yang timbul karena kemelekatan (sankharupadanakkhandha),
dan kelompok kesadaran yang timbul karena kemelekatan (vin~n~anupadanakkhandha).
Singkatnya, inilah yang dikatakan Lima Kelompok
yang timbul karena Kemelekatan adalah Dukkha.
Demikianlah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia tentang Dukkha.
19. Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Kesunyataan Mulia tentang
Sebab Dukkha (Dukkha-samudaya Ariya-sacca) ?
Keinginan/nafsu rendah (tanha) yang mempunyai kekuatan menyebabkan
tumimbal lahir, disertai keinginan pada kesenangan indria yang
mencari kepuasan kesana kemari, yaitu: keinginan pada kesenangan
indria (kama-tanha), keinginan untuk terlahir kembali (bhavatanha),
keinginan untuk lenyap (vibhava-tanha).
Para bhikkhu, dari manakah tanha timbul, dimanakah ia bertempattinggal
? Pada obyek yang disenangi, yang menyenangkan; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Obyek manakah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini ?
Indria penglihatan (cakkhu) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha
itu bertempat-tinggal.
Indria pendengaran (sota) ........................................
Indria pembauan (ghana) ..........................................
Indria pengecapan (jivha) ........................................
Indria sentuhan (kaya) ...........................................
Indria pikiran (mana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
0