TS
joeraygaul
Buddha Theravada Indonesia
Namo Buddhaya
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_




Sejarah
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
Bahan untuk perenungan
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_
Bagi para rekan kaskuser sangat dimohon agar tidak ngejunk, flame, atau trolling. Harapan TS agar trit ini dapat menjadi wadah komunikasi dan berbagi pemahaman dan wawasan agar praktik dan latihan kita semua semakin berkembang dan maju.
Annumodanna _/|\_
Annumodanna _/|\_



Sejarah
- Sejarah Singkat Buddhisme Theravada
- Kronologi Singkat Part 1
- Kronologi Singkat Part 2 dan Sejarah Singkat Sangha Theravada Indonesia (STI)
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
- Saduran bebas Kalama Sutta, sumbangan artikel dari bro Minibalanar
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Ehipassiko, posted by Minibalanar
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
- Pengantar dari TS
- Dari sumber lain yang saya copas
- Tulisan salah seorang member kaskus di forum lain yang saya copas
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
- Parajika dan Sanghadisesa
- Aniyata dan Nissagiya Pacittiya
- Pacittiya 1
- Pacittiya 2(Acelaka Vagga, Surapana Vagga, Sapana Vagga, Sahadhammika Vagga
- Pacittiya 3(Ratana Vagga) dan Patidesaniya
- Sekhiya
- Adhikarana Samatha
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Pancasila Buddhist, by Minibalanar
- [URL="http://www.kaskus.co.id/showpost.php?[*]p=698709246&postcount=66"]Pancasila Buddhist, by Minibalanar[/URL]
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Pharabava Sutta
Bahan untuk perenungan
- Bebas dari kesalahan, tulisan Banthe Saddhaviro Mahathera
- Apakah agama Buddha itu kuno? Tulisan Banthe Uttamo
- Cara berpikir seorang praktisi dan non praktisi, tulisan Bikkhu Buddhadasa
- Perenungan Brahmavihara1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
- Pulau Sumatra dan Banten
- DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta
- Jawa Timur dan Bali
- Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan
- Pulau Sulawesi
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Diubah oleh joeraygaul 22-11-2012 14:10
emineminna dan nona212 memberi reputasi
2
110.1K
747
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
joeraygaul
#174
Maha Satipatthanasutta
III.PERENUNGAN TERHADAP PIKIRAN
(CITTANUPASSANA)
12. "Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan
tekun melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran ?"
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu bila pikirannya
disertai hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran disertai hawa nafsu".
Jika pikirannya bebas dari hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran
bebas dari hawa nafsu".
Atau pikirannya disertai kebencian, ia menyadari: "pikiran disertai
kebencian".
Jika pikirannya bebas dari kebencian, ia menyadari: "pikiran bebas
dari kebencian".
Jika pikirannya disertai kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran
disertai kegelapan batin".
Jika pikirannya bebas dari kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran
bebas dari kegelapan batin".
Atau jika pikirannya teguh, ia menyadari: "pikiran teguh".
Atau jika pikiran disertai keragu-raguan, ia menyadari: "pikiran
disertai keragu-raguan".
Jika pikirannya berkembang, ia menyadari: "pikiran berkembang";
Atau pikirannya tidak berkembang, ia menyadari: "pikiran tidak
berkembang".
Atau jika pikirannya luhur, ia menyadari: "pikiran luhur".
Atau pikirannya rendah, ia menyadari: "pikiran rendah".
Atau jika pikirannya terpusat, ia menyadari: "pikiran terpusat".
Atau jika pikirannya bebas, ia menyadari: "pikiran bebas".
Atau jika pikirannya tidak bebas, ia menyadari: "pikiran tidak
bebas".
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap pikiran di
dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap pikiran di luar
dirinya, ia melakukan perenungan pikiran di dalam dan di luar
dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya pikiran, ia
melakukan perenungan proses padamnya pikiran, ia melakukan perenungan
proses timbulnya dan padamnya pikiran, atau bila ia sadar
"ada pikiran", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan
perhatian murni.Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun
di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran.
IV.PERENUNGAN TERHADAP OBYEK PIKIRAN
(DHAMMANUPASSANA)
13. "Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan
tekun melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran ?"
Lima Rintangan Kemajuan Batin (Pan~ca-nivarana)
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus
menerus melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran
dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu jika dalam dirinya
terdapat (1) keinginan pada kesenangan indera (kama-chanda), ia
menyadari, ia merenungkan: "ada keinginan pada kesenangan indera";
atau jika dalam dirinya tidak ada keinginan pada kesenangan
indera, ia menyadari, ia merenungkan: "tidak terdapat keinginan
pada kesenangan indera"; dan ia mengetahui bagaimana timbulnya
keinginan pada kesenangan indera yang tidak ada sebelumnya; ia
mengetahui juga bagaimana padamnya keinginan pada kesenangan
indera yang telah timbul, ia juga mengetahui untuk waktu yang akan
datang tidak munculnya keinginan pada kesenangan indera yang telah
padam.
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (2) itikad jahat (vyapada) ..............................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (3) kemalasan dan kelambanan batin (thina middha) .......
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (4) kegelisahan dan kekuatiran (uddhacca-kukkucca) ......
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (5) keragu-raguan (vicikiccha), ia menyadarinya, merenungkan:
"ada keragu-raguan"; atau dalam dirinya tidak ada
keragu-raguan, ia menyadari, merenungkan: "tidak ada keragu-raguan";
dan ia mengetahui bagaimana timbulnya keragu-raguan yang
tidak ada sebelumnya; ia mengetahui juga bagaimana padamnya keragu-
raguan yang telah timbul; ia mengetahui juga untuk waktu yang
akan datang tidak munculnya keragu-raguan yang telah padam.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin.
Lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan
(pancupadanakkhandha)
14. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Kelompok Perpaduan Yang Menjadi Obyek Kemelekatan.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, ia melakukan perenungan terhadap
lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan: dekianlah
jasmani (rupa), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya;
demikianlah perasaan (vedana), demikianlah timbulnya,
demikianlah padamnya; demikianlah pencerapan (san~n~a), demikianlah
timbulnya, demikianlah padamnya; demikianlah faktor pikiran (sankhara),
demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya; demikianlah
kesadaran (vin~n~ana), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan.
Enam landasan indera dalam dan luar (Ayatana)
15. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai pikiran dalam aspek Enam Landasan
Indria dalam dan luar.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan terhadap Enam Landasan Indria dalam dan luar ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (1) landasan
indria penglihatan, ia menyadari obyek penglihatan, dan juga
menyadari setiap belenggu yang timbul dari kedua hal tersebut; dan
juga ia menyadari timbulnya belenggu yang belum ada sebelumnya;
dan juga ia menyadari padamnya belenggu yang telah timbul; dan ia
menyadari pada waktu yang akan datang tidak akan timbul lagi belenggu
yang telah padam.
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (2) landasan
indria pendengaran, ia menyadari suara .....................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (3) landasan
indria pembauan, ia menyadari bau-bauan .......................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari(4) landasan
indria pengecapan, ia menyadari kecapan ..........................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (5) landasan
indria sentuhan, ia menyadari sesuatu sentuhan badan ..........
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (6) landasan
indria pikiran, ia menyadari obyek pikiran, dan menyadari
setiap belenggu yang timbul dari kedua hal tersebut; dan juga ia
menyadari timbulnya belenggu yang belum ada sebelumnya; dan juga
ia menyadari padamnya belenggu yang telah timbul; dan ia menyadari
pada waktu yang akan datang tidak akan timbul lagi belenggu yang
telah padam.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek
pikiran di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di
dalam dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran",
sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Enam Landasan Indria dalam dan luar.
Tujuh Faktor Penerangan Sempurna (Satta Bojjhanga)
16. Dan selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek
(CITTANUPASSANA)
12. "Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan
tekun melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran ?"
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu bila pikirannya
disertai hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran disertai hawa nafsu".
Jika pikirannya bebas dari hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran
bebas dari hawa nafsu".
Atau pikirannya disertai kebencian, ia menyadari: "pikiran disertai
kebencian".
Jika pikirannya bebas dari kebencian, ia menyadari: "pikiran bebas
dari kebencian".
Jika pikirannya disertai kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran
disertai kegelapan batin".
Jika pikirannya bebas dari kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran
bebas dari kegelapan batin".
Atau jika pikirannya teguh, ia menyadari: "pikiran teguh".
Atau jika pikiran disertai keragu-raguan, ia menyadari: "pikiran
disertai keragu-raguan".
Jika pikirannya berkembang, ia menyadari: "pikiran berkembang";
Atau pikirannya tidak berkembang, ia menyadari: "pikiran tidak
berkembang".
Atau jika pikirannya luhur, ia menyadari: "pikiran luhur".
Atau pikirannya rendah, ia menyadari: "pikiran rendah".
Atau jika pikirannya terpusat, ia menyadari: "pikiran terpusat".
Atau jika pikirannya bebas, ia menyadari: "pikiran bebas".
Atau jika pikirannya tidak bebas, ia menyadari: "pikiran tidak
bebas".
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap pikiran di
dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap pikiran di luar
dirinya, ia melakukan perenungan pikiran di dalam dan di luar
dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya pikiran, ia
melakukan perenungan proses padamnya pikiran, ia melakukan perenungan
proses timbulnya dan padamnya pikiran, atau bila ia sadar
"ada pikiran", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan
perhatian murni.Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun
di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran.
IV.PERENUNGAN TERHADAP OBYEK PIKIRAN
(DHAMMANUPASSANA)
13. "Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan
tekun melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran ?"
Lima Rintangan Kemajuan Batin (Pan~ca-nivarana)
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus
menerus melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran
dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu jika dalam dirinya
terdapat (1) keinginan pada kesenangan indera (kama-chanda), ia
menyadari, ia merenungkan: "ada keinginan pada kesenangan indera";
atau jika dalam dirinya tidak ada keinginan pada kesenangan
indera, ia menyadari, ia merenungkan: "tidak terdapat keinginan
pada kesenangan indera"; dan ia mengetahui bagaimana timbulnya
keinginan pada kesenangan indera yang tidak ada sebelumnya; ia
mengetahui juga bagaimana padamnya keinginan pada kesenangan
indera yang telah timbul, ia juga mengetahui untuk waktu yang akan
datang tidak munculnya keinginan pada kesenangan indera yang telah
padam.
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (2) itikad jahat (vyapada) ..............................
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (3) kemalasan dan kelambanan batin (thina middha) .......
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (4) kegelisahan dan kekuatiran (uddhacca-kukkucca) ......
Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya
terdapat (5) keragu-raguan (vicikiccha), ia menyadarinya, merenungkan:
"ada keragu-raguan"; atau dalam dirinya tidak ada
keragu-raguan, ia menyadari, merenungkan: "tidak ada keragu-raguan";
dan ia mengetahui bagaimana timbulnya keragu-raguan yang
tidak ada sebelumnya; ia mengetahui juga bagaimana padamnya keragu-
raguan yang telah timbul; ia mengetahui juga untuk waktu yang
akan datang tidak munculnya keragu-raguan yang telah padam.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin.
Lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan
(pancupadanakkhandha)
14. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima Kelompok Perpaduan Yang Menjadi Obyek Kemelekatan.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, ia melakukan perenungan terhadap
lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan: dekianlah
jasmani (rupa), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya;
demikianlah perasaan (vedana), demikianlah timbulnya,
demikianlah padamnya; demikianlah pencerapan (san~n~a), demikianlah
timbulnya, demikianlah padamnya; demikianlah faktor pikiran (sankhara),
demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya; demikianlah
kesadaran (vin~n~ana), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam
dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek
pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan.
Enam landasan indera dalam dan luar (Ayatana)
15. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai pikiran dalam aspek Enam Landasan
Indria dalam dan luar.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan terhadap Enam Landasan Indria dalam dan luar ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (1) landasan
indria penglihatan, ia menyadari obyek penglihatan, dan juga
menyadari setiap belenggu yang timbul dari kedua hal tersebut; dan
juga ia menyadari timbulnya belenggu yang belum ada sebelumnya;
dan juga ia menyadari padamnya belenggu yang telah timbul; dan ia
menyadari pada waktu yang akan datang tidak akan timbul lagi belenggu
yang telah padam.
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (2) landasan
indria pendengaran, ia menyadari suara .....................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (3) landasan
indria pembauan, ia menyadari bau-bauan .......................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari(4) landasan
indria pengecapan, ia menyadari kecapan ..........................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (5) landasan
indria sentuhan, ia menyadari sesuatu sentuhan badan ..........
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (6) landasan
indria pikiran, ia menyadari obyek pikiran, dan menyadari
setiap belenggu yang timbul dari kedua hal tersebut; dan juga ia
menyadari timbulnya belenggu yang belum ada sebelumnya; dan juga
ia menyadari padamnya belenggu yang telah timbul; dan ia menyadari
pada waktu yang akan datang tidak akan timbul lagi belenggu yang
telah padam.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek
pikiran di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran
di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di
dalam dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran",
sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Enam Landasan Indria dalam dan luar.
Tujuh Faktor Penerangan Sempurna (Satta Bojjhanga)
16. Dan selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek
0