TS
joeraygaul
Buddha Theravada Indonesia
Namo Buddhaya
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_




Sejarah
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
Bahan untuk perenungan
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_
Bagi para rekan kaskuser sangat dimohon agar tidak ngejunk, flame, atau trolling. Harapan TS agar trit ini dapat menjadi wadah komunikasi dan berbagi pemahaman dan wawasan agar praktik dan latihan kita semua semakin berkembang dan maju.
Annumodanna _/|\_
Annumodanna _/|\_



Sejarah
- Sejarah Singkat Buddhisme Theravada
- Kronologi Singkat Part 1
- Kronologi Singkat Part 2 dan Sejarah Singkat Sangha Theravada Indonesia (STI)
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
- Saduran bebas Kalama Sutta, sumbangan artikel dari bro Minibalanar
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Ehipassiko, posted by Minibalanar
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
- Pengantar dari TS
- Dari sumber lain yang saya copas
- Tulisan salah seorang member kaskus di forum lain yang saya copas
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
- Parajika dan Sanghadisesa
- Aniyata dan Nissagiya Pacittiya
- Pacittiya 1
- Pacittiya 2(Acelaka Vagga, Surapana Vagga, Sapana Vagga, Sahadhammika Vagga
- Pacittiya 3(Ratana Vagga) dan Patidesaniya
- Sekhiya
- Adhikarana Samatha
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Pancasila Buddhist, by Minibalanar
- [URL="http://www.kaskus.co.id/showpost.php?[*]p=698709246&postcount=66"]Pancasila Buddhist, by Minibalanar[/URL]
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Pharabava Sutta
Bahan untuk perenungan
- Bebas dari kesalahan, tulisan Banthe Saddhaviro Mahathera
- Apakah agama Buddha itu kuno? Tulisan Banthe Uttamo
- Cara berpikir seorang praktisi dan non praktisi, tulisan Bikkhu Buddhadasa
- Perenungan Brahmavihara1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
- Pulau Sumatra dan Banten
- DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta
- Jawa Timur dan Bali
- Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan
- Pulau Sulawesi
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Diubah oleh joeraygaul 22-11-2012 14:10
emineminna dan nona212 memberi reputasi
2
110.1K
747
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
joeraygaul
#173
Maha Satipatthanasutta
Perenungan unsur (dhatu)
6. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,
yang diletakkan dan diuraikan, sehubungan dengan unsur-unsurnya,
demikian: "Terdapat empat unsur dalam jasmani ini:
unsur tanah, unsur cair, unsur panas dan unsur udara."
Seperti seorang penjagal sapi atau pembantunya setelah menyembelih
seekor sapi, dan kemudian duduk di perempatan jalan, lalu meletakkan
potongan-potongan daging di setiap jalan. Demikian pula, seorang
bhikkhu merenungkan jasmani ini, yang diletakkan dan diuraikan,
sehubungan dengan unsur-unsurnya, demikian: "Terdapat empat
unsur dalam jasmani ini:
unsur tanah, unsur cair, unsur panas dan unsur udara."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Perenungan pada sembilan jenis mayat (sivathika)
7. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (1) sudah menjadi mayat satu
hari, dua hari atau tiga hari, membengkak, membiru dan membusuk;
maka ia merenungkan mayat tersebut terhadap tubuhnya sendiri, demikian:
"Jasmaniku ini juga mempunyai sifat alami yang sama, tidak akan
luput dari keadaan demikian."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya,ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia
melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (2) sudah dikoyak-koyak oleh
burung gagak, alap-alap atau burung nasar, oleh anjing atau anjing
hutan, atau oleh berbagai macam binatang-binatang kecil; maka ia
merenungkan .......................................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (3) sudah merupakan kerangka
tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya masih ada
dan berlumuran darah; maka ia merenungkan .........................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (4) sudah merupakan kerangka
tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya sudah
tidak ada, masih berlumuran darah; maka ia merenungkan ............
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (5) sudah merupakan belulang
terangkai oleh otot-otot, tidak berdaging dan tidak dilumuri darah
lagi; maka ia merenungkan .........................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (6) sudah merupakan tulang
belulang, yang tidak bersambungan, bercerai berai dan berserakan ke
semua arah; di sini tulang tangan, di sana tulang kaki, di sini
tulang kering, di sana tulang paha, di sini tulang panggul, di sana
tulang punggung, di sini tulang tengkorak; maka ia merenungkan ....
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (7) sudah merupakan tulang
belulang yang sudah memutih menyerupai kulit kerang, maka ia merenungkan
...........................................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, ( sudah merupakan tumpukan
tulang yang sudah bertumpuk selama beberapa tahun; maka ia merenungkan
...........................................................
Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu melihat sesosok tubuh
yang dilemparkan ke pembuangan mayat, (9) sudah merupakan tulang
belulang yang oleh karena hujan dan panas telah berubah menjadi
tumpukan tulang lapuk dan menjadi debu; maka ia merenungkan mayat
tersebut pada dirinya sendiri; ia merenungkan:
"Jasmaniku ini mempunyai sifat alamiah yang sama; tidak akan luput
dari keadaan demikian."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenung
an jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia melakukan
perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala sesuatu
di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu jauh
hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
II.PERENUNGAN TERHADAP PERASAAN
(VEDANANUPASSANA)
11. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus
menerus melakukan perenungan perasaan sebagai perasaan ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengalami perasaan
yang menyenangkan, ia menyadari "mengalami perasaan yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, ia menyadari:
"mengalami perasaan yang tidak menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan yang bukan menyenangkan dan juga bukan
tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami perasaan bukan menyenangkan
dan juga bukan tidak menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan".
Atau jika ia mengalami perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan
dan juga bukan tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami
perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan dan juga bukan tidak
menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang tidak menyenangkan,
ia menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang
tidak menyenangkan".
Atau jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang bukan
menyenangkan dan juga bukan tidak menyenangkan, ia menyadari:
"mengalami perasaan bukan keduniawian yang bukan menyenangkan dan
juga bukan tidak menyenangkan".
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap perasaan
di dalam dirinya, ia melakukan perenungan terhadap perasaan di
luar dirinya, ia melakukan perenungan perasaan di dalam dan di
luar dirinya. Ia melakukan perenungan proses timbulnya perasaan,
ia melakukan perenungan proses padamnya perasaan, ia melakukan
perenungan proses timbul dan padamnya perasaan, atau bila ia sadar
"ada perasaan", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan
perhatian murni. Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun
di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan perasaan sebagai perasaan.
6. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,
yang diletakkan dan diuraikan, sehubungan dengan unsur-unsurnya,
demikian: "Terdapat empat unsur dalam jasmani ini:
unsur tanah, unsur cair, unsur panas dan unsur udara."
Seperti seorang penjagal sapi atau pembantunya setelah menyembelih
seekor sapi, dan kemudian duduk di perempatan jalan, lalu meletakkan
potongan-potongan daging di setiap jalan. Demikian pula, seorang
bhikkhu merenungkan jasmani ini, yang diletakkan dan diuraikan,
sehubungan dengan unsur-unsurnya, demikian: "Terdapat empat
unsur dalam jasmani ini:
unsur tanah, unsur cair, unsur panas dan unsur udara."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Perenungan pada sembilan jenis mayat (sivathika)
7. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (1) sudah menjadi mayat satu
hari, dua hari atau tiga hari, membengkak, membiru dan membusuk;
maka ia merenungkan mayat tersebut terhadap tubuhnya sendiri, demikian:
"Jasmaniku ini juga mempunyai sifat alami yang sama, tidak akan
luput dari keadaan demikian."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya,ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia
melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (2) sudah dikoyak-koyak oleh
burung gagak, alap-alap atau burung nasar, oleh anjing atau anjing
hutan, atau oleh berbagai macam binatang-binatang kecil; maka ia
merenungkan .......................................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (3) sudah merupakan kerangka
tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya masih ada
dan berlumuran darah; maka ia merenungkan .........................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (4) sudah merupakan kerangka
tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya sudah
tidak ada, masih berlumuran darah; maka ia merenungkan ............
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (5) sudah merupakan belulang
terangkai oleh otot-otot, tidak berdaging dan tidak dilumuri darah
lagi; maka ia merenungkan .........................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (6) sudah merupakan tulang
belulang, yang tidak bersambungan, bercerai berai dan berserakan ke
semua arah; di sini tulang tangan, di sana tulang kaki, di sini
tulang kering, di sana tulang paha, di sini tulang panggul, di sana
tulang punggung, di sini tulang tengkorak; maka ia merenungkan ....
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, (7) sudah merupakan tulang
belulang yang sudah memutih menyerupai kulit kerang, maka ia merenungkan
...........................................................
Selain itu, para bhikhu, seorang bhikkhu jika melihat sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat, ( sudah merupakan tumpukan
tulang yang sudah bertumpuk selama beberapa tahun; maka ia merenungkan
...........................................................
Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu melihat sesosok tubuh
yang dilemparkan ke pembuangan mayat, (9) sudah merupakan tulang
belulang yang oleh karena hujan dan panas telah berubah menjadi
tumpukan tulang lapuk dan menjadi debu; maka ia merenungkan mayat
tersebut pada dirinya sendiri; ia merenungkan:
"Jasmaniku ini mempunyai sifat alamiah yang sama; tidak akan luput
dari keadaan demikian."
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenung
an jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia melakukan
perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala sesuatu
di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu jauh
hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
II.PERENUNGAN TERHADAP PERASAAN
(VEDANANUPASSANA)
11. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus
menerus melakukan perenungan perasaan sebagai perasaan ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengalami perasaan
yang menyenangkan, ia menyadari "mengalami perasaan yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, ia menyadari:
"mengalami perasaan yang tidak menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan yang bukan menyenangkan dan juga bukan
tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami perasaan bukan menyenangkan
dan juga bukan tidak menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan".
Atau jika ia mengalami perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan
dan juga bukan tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami
perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan dan juga bukan tidak
menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan".
Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang tidak menyenangkan,
ia menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang
tidak menyenangkan".
Atau jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang bukan
menyenangkan dan juga bukan tidak menyenangkan, ia menyadari:
"mengalami perasaan bukan keduniawian yang bukan menyenangkan dan
juga bukan tidak menyenangkan".
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap perasaan
di dalam dirinya, ia melakukan perenungan terhadap perasaan di
luar dirinya, ia melakukan perenungan perasaan di dalam dan di
luar dirinya. Ia melakukan perenungan proses timbulnya perasaan,
ia melakukan perenungan proses padamnya perasaan, ia melakukan
perenungan proses timbul dan padamnya perasaan, atau bila ia sadar
"ada perasaan", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan
perhatian murni. Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun
di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan perasaan sebagai perasaan.
0