TS
joeraygaul
Buddha Theravada Indonesia
Namo Buddhaya
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_




Sejarah
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
Bahan untuk perenungan
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_
Bagi para rekan kaskuser sangat dimohon agar tidak ngejunk, flame, atau trolling. Harapan TS agar trit ini dapat menjadi wadah komunikasi dan berbagi pemahaman dan wawasan agar praktik dan latihan kita semua semakin berkembang dan maju.
Annumodanna _/|\_
Annumodanna _/|\_



Sejarah
- Sejarah Singkat Buddhisme Theravada
- Kronologi Singkat Part 1
- Kronologi Singkat Part 2 dan Sejarah Singkat Sangha Theravada Indonesia (STI)
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
- Saduran bebas Kalama Sutta, sumbangan artikel dari bro Minibalanar
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Ehipassiko, posted by Minibalanar
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
- Pengantar dari TS
- Dari sumber lain yang saya copas
- Tulisan salah seorang member kaskus di forum lain yang saya copas
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
- Parajika dan Sanghadisesa
- Aniyata dan Nissagiya Pacittiya
- Pacittiya 1
- Pacittiya 2(Acelaka Vagga, Surapana Vagga, Sapana Vagga, Sahadhammika Vagga
- Pacittiya 3(Ratana Vagga) dan Patidesaniya
- Sekhiya
- Adhikarana Samatha
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Pancasila Buddhist, by Minibalanar
- [URL="http://www.kaskus.co.id/showpost.php?[*]p=698709246&postcount=66"]Pancasila Buddhist, by Minibalanar[/URL]
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Pharabava Sutta
Bahan untuk perenungan
- Bebas dari kesalahan, tulisan Banthe Saddhaviro Mahathera
- Apakah agama Buddha itu kuno? Tulisan Banthe Uttamo
- Cara berpikir seorang praktisi dan non praktisi, tulisan Bikkhu Buddhadasa
- Perenungan Brahmavihara1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
- Pulau Sumatra dan Banten
- DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta
- Jawa Timur dan Bali
- Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan
- Pulau Sulawesi
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Diubah oleh joeraygaul 22-11-2012 14:10
emineminna dan nona212 memberi reputasi
2
110.1K
747
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
joeraygaul
#172
Maha Satipatthanasutta
MAHA SATIPATTHANA SUTTA
(KHOTBAH TENTANG LANDASAN PERHATIAN MURNI YANG AGUNG)
Demikianlah telah saya dengar:
1. Pada suatu waktu Sang Bhagava berada bersama suku Kuru, di Kammasadhamma,
sebuah kota niaga suku Kuru. Di sana Sang Bhagava bersabda
kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu !"
"Ya, bhante", jawab para bhikkhu. Sang Bhagava bersabda: "Inilah
satu jalan, para bhikkhu, untuk menuju kesucian makhluk-makhluk,
untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri
derita dan duka cita, untuk mencapai jalan benar (ñaya), untuk
merealisasi Nibbana, yaitu empat landasan perhatian murni.
Apakah empat landasan perhatian murni itu ?
Di sini (dalam ajaran ini), para bhikkhu, seorang bhikkhu melakukan
(I) perenungan jasmani sebagai jasmani (kayanupassana),
berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih dan penuh perhatian
murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (II) perenungan perasaan sebagai perasaan
(vedananupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan
jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan
di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (III) perenungan pikiran sebagai pikiran
(cittanupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih
dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di
dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (IV) perenungan obyek pikiran sebagai
obyek pikiran (dhammanupassana), berusaha dengan rajin, dengan
pengamatan jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan
dan kemurungan di dunia.
I. PERENUNGAN JASMANI (KAYANUPASSANA)
Perhatian murni terhadap nafas (anapanasati)
2. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan tekun melaku
kan perenungan jasmani sebagai jasmani ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu setelah pergi ke
hutan, atau pergi ke bawah sebuah pohon, atau ke satu tempat yang
sunyi; kemudian ia duduk bersila dengan badan yang tegak dan menetapkan
perhatian murni di hadapannya (artinya ia memperhatikan
dengan waspada obyek meditasinya, yaitu pernapasan). Ia memperhatikan
saat menarik nafas dan mengeluarkan nafas.
Saat menarik nafas yang panjang, ia menyadari: "menarik nafas panjang".
Saat mengeluarkan nafas panjang, ia menyadari: "mengeluarkan nafas
panjang".
Saat menarik nafas pendek, ia menyadari: "menarik nafas pendek".
Saat mengeluarkan nafas pendek, ia menyadari: "mengeluarkan nafas
pendek".
Setelah mengetahui seluruh tubuh, "saya akan menarik nafas", demikian
ia melatih diri.
Setelah mengetahui seluruh tubuh, "saya akan mengeluarkan nafas",
demikian ia melatih diri.
"Saya akan menarik nafas menenangkan unsur-unsur jasmani", demikian
ia melatih diri.
"Saya akan mengeluarkan nafas menenangkan unsur-unsur jasmani",
demikian ia melatih diri.
Bagaikan seorang pembuat kendi yang ahli atau muridnya, sewaktu
membuat putaran panjang, ia menyadari: "membuat putaran panjang",
membuat putaran pendek, ia menyadari: "membuat putaran pendek".
Demikian pula, para bhikkhu, seorang bhikkhu menarik nafas panjang,
ia menyadari: "menarik nafas panjang".
Mengeluarkan nafas panjang, ia menyadari: "mengeluarkan nafas panjang".
Menarik nafas pendek, ia menyadari: "menarik nafas pendek".
Mengeluarkan nafas pendek, ia menyadari: "mengeluarkan nafas pendek".
"Menyadari seluruh tubuh, saya akan menarik nafas", demikian ia melatih
diri.
"Menyadari seluruh tubuh, saya akan mengeluarkan nafas", demikian
ia melatih diri.
"Menenangkan unsur-unsur jasmani, saya akan menarik nafas", demikian
ia menarik nafas. "
"Menenangkan unsur-unsur jasmani, saya akan mengeluarkan nafas",
demikian ia melatih diri.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenung
an jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia melakukan
perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala sesuatu
di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu jauh
hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Empat posisi tubuh (iriyapatha)
3. Selanjutnya, para bhikkhu, saat seorang bhikkhu (1)berjalan, ia menyadari
"berjalan".
Saat (2) berdiri, ia menyadari: "berdiri".
Saat (3) duduk, ia menyadari: "duduk".
Saat (4) berbaring, ia menyadari: "berbaring".
Bagaimanapun posisi tubuhnya, ia menyadarinya.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Perhatian murni dengan kewaspadaan (sati sampajan~n~a)
4. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu sewaktu berangkat atau
kembali, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu ia melihat ke depan atau berpaling ke belakang, ia menerapkan
kewaspadaan.
Sewaktu ia membungkukkan badan atau meluruskan badan, ia menerapkan
kewaspadaan.
Sewaktu mengenakan jubah atau membawa mangkuk, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu makan, minum, mengunyah dan mengenyam, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu buang air besar atau buang air kecil, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu berjalan, berdiri, duduk, berbaring, terjaga, berbicara dan
berdiam diri, ia menerapkan kewaspadaan.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Perenungan terhadap jasmani yang penuh kekotoran (kayagatasati)
5. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,
dari telapak kaki ke atas sampai ke ujung kepala yang terselubung
kulit dan penuh kekotoran, ia merenungkan demikian:
" Di dalam jasmani ini terdapat rambut, bulu, kuku, gigi, kulit,
daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput otot,
limpa, paru-paru, perut, isi perut, usus halus, tinja, empedu,
getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak
kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan air kemih".
Laksana sebuah karung yang memiliki dua buah mulut dan penuh berisi
biji-bijian, yaitu: gabah, padi, bekatul, dedak, kulit padi; dan
seorang yang matanya telah terlatih, setelah membuka karung dan memeriksanya
demikian: "Ini gabah, ini padi, ini bekatul, ini
dedak, ini kulit padi. "Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu
merenungkan jasmani ini, dari telapak kaki ke atas sampai ke ujung
kepala yang terselubung kulit dan penuh kekotoran, ia merenungkan
demikian:
" Di dalam jasmani ini terdapat rambut, bulu, kuku, gigi, kulit,
daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput otot,
limpa, paru-paru, perut, isi perut, usus halus, tinja, empedu,
getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak
kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan air kemih".
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya,ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia
melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
(KHOTBAH TENTANG LANDASAN PERHATIAN MURNI YANG AGUNG)
Demikianlah telah saya dengar:
1. Pada suatu waktu Sang Bhagava berada bersama suku Kuru, di Kammasadhamma,
sebuah kota niaga suku Kuru. Di sana Sang Bhagava bersabda
kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu !"
"Ya, bhante", jawab para bhikkhu. Sang Bhagava bersabda: "Inilah
satu jalan, para bhikkhu, untuk menuju kesucian makhluk-makhluk,
untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri
derita dan duka cita, untuk mencapai jalan benar (ñaya), untuk
merealisasi Nibbana, yaitu empat landasan perhatian murni.
Apakah empat landasan perhatian murni itu ?
Di sini (dalam ajaran ini), para bhikkhu, seorang bhikkhu melakukan
(I) perenungan jasmani sebagai jasmani (kayanupassana),
berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih dan penuh perhatian
murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (II) perenungan perasaan sebagai perasaan
(vedananupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan
jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan
di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (III) perenungan pikiran sebagai pikiran
(cittanupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih
dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di
dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (IV) perenungan obyek pikiran sebagai
obyek pikiran (dhammanupassana), berusaha dengan rajin, dengan
pengamatan jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan
dan kemurungan di dunia.
I. PERENUNGAN JASMANI (KAYANUPASSANA)
Perhatian murni terhadap nafas (anapanasati)
2. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan tekun melaku
kan perenungan jasmani sebagai jasmani ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu setelah pergi ke
hutan, atau pergi ke bawah sebuah pohon, atau ke satu tempat yang
sunyi; kemudian ia duduk bersila dengan badan yang tegak dan menetapkan
perhatian murni di hadapannya (artinya ia memperhatikan
dengan waspada obyek meditasinya, yaitu pernapasan). Ia memperhatikan
saat menarik nafas dan mengeluarkan nafas.
Saat menarik nafas yang panjang, ia menyadari: "menarik nafas panjang".
Saat mengeluarkan nafas panjang, ia menyadari: "mengeluarkan nafas
panjang".
Saat menarik nafas pendek, ia menyadari: "menarik nafas pendek".
Saat mengeluarkan nafas pendek, ia menyadari: "mengeluarkan nafas
pendek".
Setelah mengetahui seluruh tubuh, "saya akan menarik nafas", demikian
ia melatih diri.
Setelah mengetahui seluruh tubuh, "saya akan mengeluarkan nafas",
demikian ia melatih diri.
"Saya akan menarik nafas menenangkan unsur-unsur jasmani", demikian
ia melatih diri.
"Saya akan mengeluarkan nafas menenangkan unsur-unsur jasmani",
demikian ia melatih diri.
Bagaikan seorang pembuat kendi yang ahli atau muridnya, sewaktu
membuat putaran panjang, ia menyadari: "membuat putaran panjang",
membuat putaran pendek, ia menyadari: "membuat putaran pendek".
Demikian pula, para bhikkhu, seorang bhikkhu menarik nafas panjang,
ia menyadari: "menarik nafas panjang".
Mengeluarkan nafas panjang, ia menyadari: "mengeluarkan nafas panjang".
Menarik nafas pendek, ia menyadari: "menarik nafas pendek".
Mengeluarkan nafas pendek, ia menyadari: "mengeluarkan nafas pendek".
"Menyadari seluruh tubuh, saya akan menarik nafas", demikian ia melatih
diri.
"Menyadari seluruh tubuh, saya akan mengeluarkan nafas", demikian
ia melatih diri.
"Menenangkan unsur-unsur jasmani, saya akan menarik nafas", demikian
ia menarik nafas. "
"Menenangkan unsur-unsur jasmani, saya akan mengeluarkan nafas",
demikian ia melatih diri.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenung
an jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia melakukan
perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala sesuatu
di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu jauh
hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Empat posisi tubuh (iriyapatha)
3. Selanjutnya, para bhikkhu, saat seorang bhikkhu (1)berjalan, ia menyadari
"berjalan".
Saat (2) berdiri, ia menyadari: "berdiri".
Saat (3) duduk, ia menyadari: "duduk".
Saat (4) berbaring, ia menyadari: "berbaring".
Bagaimanapun posisi tubuhnya, ia menyadarinya.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Perhatian murni dengan kewaspadaan (sati sampajan~n~a)
4. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu sewaktu berangkat atau
kembali, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu ia melihat ke depan atau berpaling ke belakang, ia menerapkan
kewaspadaan.
Sewaktu ia membungkukkan badan atau meluruskan badan, ia menerapkan
kewaspadaan.
Sewaktu mengenakan jubah atau membawa mangkuk, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu makan, minum, mengunyah dan mengenyam, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu buang air besar atau buang air kecil, ia menerapkan kewaspadaan.
Sewaktu berjalan, berdiri, duduk, berbaring, terjaga, berbicara dan
berdiam diri, ia menerapkan kewaspadaan.
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya, ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani,
ia melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam
jasmani. Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
Perenungan terhadap jasmani yang penuh kekotoran (kayagatasati)
5. Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,
dari telapak kaki ke atas sampai ke ujung kepala yang terselubung
kulit dan penuh kekotoran, ia merenungkan demikian:
" Di dalam jasmani ini terdapat rambut, bulu, kuku, gigi, kulit,
daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput otot,
limpa, paru-paru, perut, isi perut, usus halus, tinja, empedu,
getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak
kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan air kemih".
Laksana sebuah karung yang memiliki dua buah mulut dan penuh berisi
biji-bijian, yaitu: gabah, padi, bekatul, dedak, kulit padi; dan
seorang yang matanya telah terlatih, setelah membuka karung dan memeriksanya
demikian: "Ini gabah, ini padi, ini bekatul, ini
dedak, ini kulit padi. "Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu
merenungkan jasmani ini, dari telapak kaki ke atas sampai ke ujung
kepala yang terselubung kulit dan penuh kekotoran, ia merenungkan
demikian:
" Di dalam jasmani ini terdapat rambut, bulu, kuku, gigi, kulit,
daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput otot,
limpa, paru-paru, perut, isi perut, usus halus, tinja, empedu,
getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak
kulit, ludah, ingus, cairan sendi dan air kemih".
Demikianlah ia melakukan perenungan jasmani di dalam dirinya, ia
melakukan perenungan jasmani di luar dirinya,ia melakukan perenungan
jasmani di dalam dan di luar dirinya. Ia melakukan perenungan
terhadap proses timbulnya segala sesuatu di dalam jasmani, ia
melakukan perenungan proses padamnya segala sesuatu di dalam jasmani.
Ia melakukan perenungan proses timbul dan padamnya segala
sesuatu di dalam jasmani; atau bila ia sadar "ada jasmani", sebegitu
jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan untuk perhatian murni.
Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani.
0