“Heeiii…” Sapa dia singkat sambil tersenyum.

“Hei, Ren…” balas gue juga sambil tersenyum.

“……....”

Hening.

“libur kuliah dirumah aja nih?,” Tanya gue mencoba memecahkan keheningan. Tapi yang ada malah membuat gue tampak bego. Emang yang mau pergi jalan, ke mall misalnya, pagi-pagi kaya gini siapa yang mau coba? . Dia Cuma tersenyum sambil menggeleng.

"........."

“Eh, kita ini belom kenalan loh, tii”. Kata dia tersenyum. “Reini!” Lanjutnya sambil menjulurkan tangannya.

“Oh, iyaa. Haha,” gue Cuma bisa ketawa sambil membatin, "Bego lo, tii!".. “Sakti!” Bales gue sambil menyambut uluran tangan Reini yang setelah salaman dengannya tanda sadar gue menggenggam tangannya dia layaknya salaman sama ’anak motor’. Si Reini cuma bisa ngikutin gue aja waktu tangan gue bergerak ngajak ‘salaman ala anak motor’.

Lo emang begok bener dah, tii! Segala cewek diajak kenalan kek anak motor.

Genggaman tangan terlepas. Gue bersandar setengah duduk di portal, Reini masih berdiri.

“Si Om ternyata jenggotan yah”. Kata Reini membuka percakapan.

“Hehe, iya nih. Lagi pengen”. Jawab gue singkat. Tadinya pengen gue jawab “sunnah”, tapi gue batalin. Gue takut dia balik ngambil mukena kerumahnya buat ngobrol bareng gue.

“kaya kambing! Papah juga jenggotan dikit. Haha” kata dia lagi sambil tertawa.

“Hahaha… Yaa samaan lah kalo gitu”.

“Kalo gitu.. sekarang gue panggil lo ‘mbe’ aja ya, tii?”. Kata dia sambil sedikit mengangkat alisnya. Lalu senyum-senyum jahil.

“Waah… masa ‘mbe’ sih!” kata gue sambil sedikit protes.

“biarin yee. Hahaha” balesnya. Dia tertawa.

“oke! Kalo gitu gue bakal manggil lo ‘pipi’ !” Kata gue lagi.

“Pipi?” tanyanya sedikit keheranan.

“iya! Soalnya muka lo pipi semua. Haha” kata gue. “Itu pipi lo chubby banget sih abisnya. Lo kalo akan larinya ke pipi ya, bukan ke perut? hehe”. Lanjut gue sambil nyengir.

“iiiih.. mainannya fisik! Hahaha,” protes dia sambil tertawa.

“Biarin! Hehehe”. Kata gue sambil membuka tas, mencari Novel ‘5cm’ yang bakal gue kasih Reini.

“mau langsung kuliah?” Tanyanya

“Iya nih,” Jawab gue singkat. “Nih! Novel ‘5cm’-nya. Diabaca ya. Seru deh!,” Lanjut gue sambil menyerahkan novel ‘5cm’-nya. Dia mengambilnya dengan perlahan.

“Heeemm”. Gumamnya sambil membolak balik Novel yang ada ditangannya. “Thanks yaaa” Lanjutnya dengan memberikan sebuah senyuman.

“Siip”. Kata gue singkat lalu balik kanan, menaiki motor gue. “Eh, gue cabut sekarang yaa?” Lanjut gue minta pamit tanpa menyebut ‘nama’ di ujung kata-kata gue.

Gue bingung, harus manggil ‘Rein’ atau ‘Pi’. Gue gak mau sembarangan manggil. Kalo gue manggil ‘Rein’, takut ntar ‘panggilan sayang’ dia buat gue tadi itu ternyata beneran, dan ketika gue manggil 'Rein' lagi jadinya dibatalin deh . Kalo gue panggil ‘pii’, gue takut gue-nya yang ke geer-an. Siapa tau tadi dia cuma becanda manggil gue pake ‘panggilan sayang’. Serba salah.

“Okee!! Makasih ya Novelnya. Next Time kerumah yah?” balasnya dengan pertanyaan yang cukup membuat gue senang.

“Insya Allah yaa. Yaudah.. Gue pamit yaaa”. Kata gue sambil menganggukkan kepala menunjukan gesture 'pamit’.

“iyaaaa~ hati-hati yah dijalan, mbee..!! Daaaaah.” Balasnya dengan melambaikan tangan sebatas pundak.


Jreeeeeeng!! *backsound gitar*


Mbee?


Tarak-dung-cess!! *backsound drum*




Bersambung….




@SetyaningWulan: Kaskuser pemilik Thread '[REAL STORY] even a sweetest love, always have the bitter part ', 'i don't know what's right or wrong, anymore'. Penikmat Novel juga. Biang Galau (kayanya sih). haha . STATUS: Belom Menikah. Modusin aja, Gan! KAMIS, HARGA NAIK! PESAN SEKARANG JUGA!!