TS
joeraygaul
Buddha Theravada Indonesia
Namo Buddhaya
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_




Sejarah
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
Bahan untuk perenungan
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_
Bagi para rekan kaskuser sangat dimohon agar tidak ngejunk, flame, atau trolling. Harapan TS agar trit ini dapat menjadi wadah komunikasi dan berbagi pemahaman dan wawasan agar praktik dan latihan kita semua semakin berkembang dan maju.
Annumodanna _/|\_
Annumodanna _/|\_



Sejarah
- Sejarah Singkat Buddhisme Theravada
- Kronologi Singkat Part 1
- Kronologi Singkat Part 2 dan Sejarah Singkat Sangha Theravada Indonesia (STI)
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
- Saduran bebas Kalama Sutta, sumbangan artikel dari bro Minibalanar
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Ehipassiko, posted by Minibalanar
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
- Pengantar dari TS
- Dari sumber lain yang saya copas
- Tulisan salah seorang member kaskus di forum lain yang saya copas
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
- Parajika dan Sanghadisesa
- Aniyata dan Nissagiya Pacittiya
- Pacittiya 1
- Pacittiya 2(Acelaka Vagga, Surapana Vagga, Sapana Vagga, Sahadhammika Vagga
- Pacittiya 3(Ratana Vagga) dan Patidesaniya
- Sekhiya
- Adhikarana Samatha
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Pancasila Buddhist, by Minibalanar
- [URL="http://www.kaskus.co.id/showpost.php?[*]p=698709246&postcount=66"]Pancasila Buddhist, by Minibalanar[/URL]
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Pharabava Sutta
Bahan untuk perenungan
- Bebas dari kesalahan, tulisan Banthe Saddhaviro Mahathera
- Apakah agama Buddha itu kuno? Tulisan Banthe Uttamo
- Cara berpikir seorang praktisi dan non praktisi, tulisan Bikkhu Buddhadasa
- Perenungan Brahmavihara1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
- Pulau Sumatra dan Banten
- DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta
- Jawa Timur dan Bali
- Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan
- Pulau Sulawesi
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Diubah oleh joeraygaul 22-11-2012 14:10
emineminna dan nona212 memberi reputasi
2
110.1K
747
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
Minibalanar
#131
BAB SEBELAS
31. Terbunuhnya Yang Ariya Moggallana
“Telah dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Di antara Para siswaku yang mempunyai kekuatan kesaktian, Moggallana adalah yang paling hebat.’1 Akan tetapi beliau dipukuli sampai mati dengan tongkat.2 Mengapa kesaktian beliau tidak berfungsi?”
“Hal itu, O baginda, disebabkan karena pada waktu itu beliau dikuasai kekuatan karma yang lebih hebat. Bahkan di antara hal-hal yang tidak dapat dibayangkan pun, ada satu yang mungkin lebih kuat daripada yang lain. Dan di antara yang tidak dapat dibayangkan itu, karmalah yang terkuat. Tepatnya, akibat karmalah yang mengalahkan dan mengatur hal-hal lainnya. Tidak ada pengaruh lain pada manusia yang dapat menghalangi karma yang telah saatnya berbuah. Ini tidak dapat dihindari. Sama halnya seperti orang yang telah terbukti bersalah karena melakukan tindakan kriminal akan dihukum. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh sanak-saudaranya untuk mencegahnya.”
32. Kerahasiaan Vinaya
“Telah dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Dhamma dan Vinaya yang telah dinyatakan oleh Sang Tathagata bersinar terang kalau ditunjukkan, dan tidak akan bersinar kalau tidak diungkap.’3 Nah, mengapa pembacaan Patimokkha dilakukan hanya di hadapan para bhikkhu,4 dan mengapa Vinaya Pitaka tertutup dan hanya khusus untuk para bhikkhu saja?”5
“O baginda, alasan pertama mengapa Patimokkha hanya terbuka bagi para bhikkhu adalah karena memang demikianlah kebiasaan semua Buddha. Alasan kedua adalah untuk menghormati Vinaya, dan alasan ketiga adalah untuk menghormati para bhikkhu. Seperti halnya, O baginda, tradisi prajurit diajarkan turun-temurun hanya di antara para prajurit, demikian juga tradisi Tathagata adalah bahwa pembacaan Patimokkha harus berada di antara para bhikkhu saja. Vinaya itu patut dihormati dan bersifat sangat mendalam. Mereka yang telah mencapai penguasaan Vinaya mungkin berpesan dengan sungguh-sungguh demikian ini, ‘Jangan biarkan Ajaran yang sangat mendalam itu jatuh ke tangan mereka yang tidak bijaksana yang kemudian mungkin akan menghina dan mengutuknya, memperlakukannya dengan tidak tahu malu, mencemoohkannya dan mencari-cari kesalahan di dalamnya.’6 Sama halnya seperti kekayaan raja yang sangat berharga tidak boleh digunakan oleh sembarang orang, demikian juga latihan dan tradisi Sang Buddha adalah kekayaan yang tak ternilai harganya bagi.para bhikkhu. Itulah sebabnya mengapa pembacaan Patimokkha hanya dilakukan di antara para bhikkhu.”
33. Kebohongan yang Disengaja
“Telah dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Kebohongan yang disengaja adalah suatu pelanggaran yang berakibat bhikkhu dikeluarkan secara paksa.7 Tetapi Beliau juga berkata, ‘Kebohongan yang disengaja adalah pelanggaran ringan yang harus diakui di hadapan bhikkhu lain.’8 Bagaimana kedua pernyataan ini dapat benar?”
“Jika ada orang yang memukul orang lain dengan tangannya, hukuman apa yang akan baginda berikan padanya?”
“Jika si korban menolak berdamai dalam masalah ini, maka kami akan mendenda si penyerang.”
“Tetapi jika ada orang yang memukul baginda, hukuman apa yang akan baginda berikan padanya?”
“Kami akan memotong tangan dan kakinya, membesit kulit kepalanya, menyita seluruh kekayaannya dan menghukum keluarganya sampai tujuh turunan.”
“Demikianlah juga, O baginda, pelanggaran bisa ringan atau berat tergantung dari pokok masalahnya. Kebohongan dengan sengaja tentang pencapaian keadaan di luar kamampuan manusia biasa, seperti misalnya pencapaian jhana, kekuatan supra-normal atau pencapaian Sang Jalan, adalah pelanggaran yang berakibat si bhikkhu dikeluarkan dengan paksa. Tetapi kebohongan dengan sengaja tentang masalah-masalah lainnya hanya merupakan pelanggaran yang berakibat harus mengakuinya.”
34. Penyelidikan Bodhisatta
“Dikatakan oleh Sang Buddha di dalam khotbah-Nya tentang hukum alam, ‘Semenjak dahulu kala, orang tua Bodhisatta, para siswa utama Sang Bodhisatta dan sebagainya, telah ditentukan terlebih dahulu untuk Sang Bodhisatta.’9 Tetapi dikatakan juga, ‘Ketika masih di surga Tusita, Sang Bodhisatta melakukan delapan penyelidikan: apakah sudah tiba waktu yang tepat baginya untuk dilahirkan kembali, tentang benuanya, negaranya, keluarganya, ibunya, waktu di dalam rahim, bulan kelahirannya, dan waktu untuk meninggalkan kehidupan duniawi.’10 Jika orang tuanya telah ditentukan sebelumnya, mengapa Beliau perlu mempertimbangkan hal-hal tesebut?”
“Kedua pernyataan itu, O baginda, benar adanya. Berkenaan dengan delapan hal itu, masa mendatang harus diselidiki terlebih dahulu sebelum masa itu datang untuk berlalu. Seorang pedagang harus memeriksa barang sebelum membelinya, seekor gajah harus menjajagi jalan dengan belalainya sebelum melewati jalan itu, seorang sais kereta harus menyelidiki arungan sebelum menyeberanginya, seorang pemandu harus mempelajari daratan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, seorang tabib harus menafsirkan sisa usia pasiennya sebelum mulai merawatnya, seorang pengembara harus memeriksa jembatan sebelum berjalan melaluinya, seorang bhikkhu harus tahu waktu sebelum mulai makan, dan seorang Bodhisatta harus menyelidiki keluarganya sebelum dilahirkan.”
35. Bunuh Diri
“Telah dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Seorang bhikkhu. tidak boleh mencoba untuk bunuh diri [terjun dari ngarai]; siapa pun yang melakukan hal seperti itu akan ditindak sesuai dengan aturan yang ada.’11 Tetapi sebaliknya Anda mengatakan bahwa apa pun topik yang dipilih Sang Buddha untuk berbicara kepada para bhikkhu, Beliau selalu menggunakan berbagai perumpamaan untuk mendorong mereka mengusahakan lenyapnya kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian. Dan kepada siapa pun yang melakukan hal itu, Beliau memberikan pujian yang tinggi.”
“O baginda, karena seorang Arahat mempunyai banyak manfaat bagi makhluk hidup, maka Beliau menentukan larangan itu. Orang yang telah mencapai tujuan adalah bagaikan perahu yang dapat membawa penumpang melampaui banjir nafsu indera, bebas dari keinginan untuk dilahirkan kembali, bebas dari kepercayaan adanya diri, dan bebas dari kebodohan batin. Bagaikan awan hujan yang luar biasa, seorang Arahat mengisi pikiran mereka dengan rasa puas, dan dia membimbing orang yang tersesat. Karena kasih sayang terhadap makhluk hiduplah maka Sang Buddha berkata, ‘Seorang bhikkhu tidak boleh bunuh diri.’ Dan apa alasan Sang Buddha mendorong kita untuk mengakhiri kelahiran, usia tua dan kematian? Karena tidak terbatasnya sifat alami penderitaan yang disebabkan oleh lingkaran tumimbal lahir, maka Sang Buddha -yang begitu besar welas asihnya terhadap makhluk hidup- mendorong mereka, dengan banyak cara dan banyak perumpamaan, agar membebaskan diri dari lingkaran tumimbal lahir.”
31. Terbunuhnya Yang Ariya Moggallana
“Telah dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Di antara Para siswaku yang mempunyai kekuatan kesaktian, Moggallana adalah yang paling hebat.’1 Akan tetapi beliau dipukuli sampai mati dengan tongkat.2 Mengapa kesaktian beliau tidak berfungsi?”
“Hal itu, O baginda, disebabkan karena pada waktu itu beliau dikuasai kekuatan karma yang lebih hebat. Bahkan di antara hal-hal yang tidak dapat dibayangkan pun, ada satu yang mungkin lebih kuat daripada yang lain. Dan di antara yang tidak dapat dibayangkan itu, karmalah yang terkuat. Tepatnya, akibat karmalah yang mengalahkan dan mengatur hal-hal lainnya. Tidak ada pengaruh lain pada manusia yang dapat menghalangi karma yang telah saatnya berbuah. Ini tidak dapat dihindari. Sama halnya seperti orang yang telah terbukti bersalah karena melakukan tindakan kriminal akan dihukum. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh sanak-saudaranya untuk mencegahnya.”
32. Kerahasiaan Vinaya
“Telah dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Dhamma dan Vinaya yang telah dinyatakan oleh Sang Tathagata bersinar terang kalau ditunjukkan, dan tidak akan bersinar kalau tidak diungkap.’3 Nah, mengapa pembacaan Patimokkha dilakukan hanya di hadapan para bhikkhu,4 dan mengapa Vinaya Pitaka tertutup dan hanya khusus untuk para bhikkhu saja?”5
“O baginda, alasan pertama mengapa Patimokkha hanya terbuka bagi para bhikkhu adalah karena memang demikianlah kebiasaan semua Buddha. Alasan kedua adalah untuk menghormati Vinaya, dan alasan ketiga adalah untuk menghormati para bhikkhu. Seperti halnya, O baginda, tradisi prajurit diajarkan turun-temurun hanya di antara para prajurit, demikian juga tradisi Tathagata adalah bahwa pembacaan Patimokkha harus berada di antara para bhikkhu saja. Vinaya itu patut dihormati dan bersifat sangat mendalam. Mereka yang telah mencapai penguasaan Vinaya mungkin berpesan dengan sungguh-sungguh demikian ini, ‘Jangan biarkan Ajaran yang sangat mendalam itu jatuh ke tangan mereka yang tidak bijaksana yang kemudian mungkin akan menghina dan mengutuknya, memperlakukannya dengan tidak tahu malu, mencemoohkannya dan mencari-cari kesalahan di dalamnya.’6 Sama halnya seperti kekayaan raja yang sangat berharga tidak boleh digunakan oleh sembarang orang, demikian juga latihan dan tradisi Sang Buddha adalah kekayaan yang tak ternilai harganya bagi.para bhikkhu. Itulah sebabnya mengapa pembacaan Patimokkha hanya dilakukan di antara para bhikkhu.”
33. Kebohongan yang Disengaja
“Telah dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Kebohongan yang disengaja adalah suatu pelanggaran yang berakibat bhikkhu dikeluarkan secara paksa.7 Tetapi Beliau juga berkata, ‘Kebohongan yang disengaja adalah pelanggaran ringan yang harus diakui di hadapan bhikkhu lain.’8 Bagaimana kedua pernyataan ini dapat benar?”
“Jika ada orang yang memukul orang lain dengan tangannya, hukuman apa yang akan baginda berikan padanya?”
“Jika si korban menolak berdamai dalam masalah ini, maka kami akan mendenda si penyerang.”
“Tetapi jika ada orang yang memukul baginda, hukuman apa yang akan baginda berikan padanya?”
“Kami akan memotong tangan dan kakinya, membesit kulit kepalanya, menyita seluruh kekayaannya dan menghukum keluarganya sampai tujuh turunan.”
“Demikianlah juga, O baginda, pelanggaran bisa ringan atau berat tergantung dari pokok masalahnya. Kebohongan dengan sengaja tentang pencapaian keadaan di luar kamampuan manusia biasa, seperti misalnya pencapaian jhana, kekuatan supra-normal atau pencapaian Sang Jalan, adalah pelanggaran yang berakibat si bhikkhu dikeluarkan dengan paksa. Tetapi kebohongan dengan sengaja tentang masalah-masalah lainnya hanya merupakan pelanggaran yang berakibat harus mengakuinya.”
34. Penyelidikan Bodhisatta
“Dikatakan oleh Sang Buddha di dalam khotbah-Nya tentang hukum alam, ‘Semenjak dahulu kala, orang tua Bodhisatta, para siswa utama Sang Bodhisatta dan sebagainya, telah ditentukan terlebih dahulu untuk Sang Bodhisatta.’9 Tetapi dikatakan juga, ‘Ketika masih di surga Tusita, Sang Bodhisatta melakukan delapan penyelidikan: apakah sudah tiba waktu yang tepat baginya untuk dilahirkan kembali, tentang benuanya, negaranya, keluarganya, ibunya, waktu di dalam rahim, bulan kelahirannya, dan waktu untuk meninggalkan kehidupan duniawi.’10 Jika orang tuanya telah ditentukan sebelumnya, mengapa Beliau perlu mempertimbangkan hal-hal tesebut?”
“Kedua pernyataan itu, O baginda, benar adanya. Berkenaan dengan delapan hal itu, masa mendatang harus diselidiki terlebih dahulu sebelum masa itu datang untuk berlalu. Seorang pedagang harus memeriksa barang sebelum membelinya, seekor gajah harus menjajagi jalan dengan belalainya sebelum melewati jalan itu, seorang sais kereta harus menyelidiki arungan sebelum menyeberanginya, seorang pemandu harus mempelajari daratan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, seorang tabib harus menafsirkan sisa usia pasiennya sebelum mulai merawatnya, seorang pengembara harus memeriksa jembatan sebelum berjalan melaluinya, seorang bhikkhu harus tahu waktu sebelum mulai makan, dan seorang Bodhisatta harus menyelidiki keluarganya sebelum dilahirkan.”
35. Bunuh Diri
“Telah dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Seorang bhikkhu. tidak boleh mencoba untuk bunuh diri [terjun dari ngarai]; siapa pun yang melakukan hal seperti itu akan ditindak sesuai dengan aturan yang ada.’11 Tetapi sebaliknya Anda mengatakan bahwa apa pun topik yang dipilih Sang Buddha untuk berbicara kepada para bhikkhu, Beliau selalu menggunakan berbagai perumpamaan untuk mendorong mereka mengusahakan lenyapnya kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian. Dan kepada siapa pun yang melakukan hal itu, Beliau memberikan pujian yang tinggi.”
“O baginda, karena seorang Arahat mempunyai banyak manfaat bagi makhluk hidup, maka Beliau menentukan larangan itu. Orang yang telah mencapai tujuan adalah bagaikan perahu yang dapat membawa penumpang melampaui banjir nafsu indera, bebas dari keinginan untuk dilahirkan kembali, bebas dari kepercayaan adanya diri, dan bebas dari kebodohan batin. Bagaikan awan hujan yang luar biasa, seorang Arahat mengisi pikiran mereka dengan rasa puas, dan dia membimbing orang yang tersesat. Karena kasih sayang terhadap makhluk hiduplah maka Sang Buddha berkata, ‘Seorang bhikkhu tidak boleh bunuh diri.’ Dan apa alasan Sang Buddha mendorong kita untuk mengakhiri kelahiran, usia tua dan kematian? Karena tidak terbatasnya sifat alami penderitaan yang disebabkan oleh lingkaran tumimbal lahir, maka Sang Buddha -yang begitu besar welas asihnya terhadap makhluk hidup- mendorong mereka, dengan banyak cara dan banyak perumpamaan, agar membebaskan diri dari lingkaran tumimbal lahir.”
0