TS
joeraygaul
Buddha Theravada Indonesia
Namo Buddhaya
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_




Sejarah
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
Bahan untuk perenungan
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_
Bagi para rekan kaskuser sangat dimohon agar tidak ngejunk, flame, atau trolling. Harapan TS agar trit ini dapat menjadi wadah komunikasi dan berbagi pemahaman dan wawasan agar praktik dan latihan kita semua semakin berkembang dan maju.
Annumodanna _/|\_
Annumodanna _/|\_



Sejarah
- Sejarah Singkat Buddhisme Theravada
- Kronologi Singkat Part 1
- Kronologi Singkat Part 2 dan Sejarah Singkat Sangha Theravada Indonesia (STI)
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
- Saduran bebas Kalama Sutta, sumbangan artikel dari bro Minibalanar
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Ehipassiko, posted by Minibalanar
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
- Pengantar dari TS
- Dari sumber lain yang saya copas
- Tulisan salah seorang member kaskus di forum lain yang saya copas
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
- Parajika dan Sanghadisesa
- Aniyata dan Nissagiya Pacittiya
- Pacittiya 1
- Pacittiya 2(Acelaka Vagga, Surapana Vagga, Sapana Vagga, Sahadhammika Vagga
- Pacittiya 3(Ratana Vagga) dan Patidesaniya
- Sekhiya
- Adhikarana Samatha
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Pancasila Buddhist, by Minibalanar
- [URL="http://www.kaskus.co.id/showpost.php?[*]p=698709246&postcount=66"]Pancasila Buddhist, by Minibalanar[/URL]
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Pharabava Sutta
Bahan untuk perenungan
- Bebas dari kesalahan, tulisan Banthe Saddhaviro Mahathera
- Apakah agama Buddha itu kuno? Tulisan Banthe Uttamo
- Cara berpikir seorang praktisi dan non praktisi, tulisan Bikkhu Buddhadasa
- Perenungan Brahmavihara1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
- Pulau Sumatra dan Banten
- DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta
- Jawa Timur dan Bali
- Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan
- Pulau Sulawesi
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Diubah oleh joeraygaul 22-11-2012 14:10
emineminna dan nona212 memberi reputasi
2
110.1K
747
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
Minibalanar
#110
Bangkitnya Kerajaan Bactria
Setelah Asoka mangkat pada tahun 227 SM, kekaisaran Maurya mulai terpecah-pecah. Pada tahun 250 SM meletus pemberontakan di dalam kekaisaran yang didirikan oleh Seleukos, di bawah pimpinan gubernurnya, Diodotus I. Kekaisaran itu terus berkembang di bawah penggantinya, Diodotus II dan Euthydemus. Pada permulaan abad 2 SM, para penguasa Yunani dari kerajaan baru Bactria menyeberangi Hindu Kush dan mulai menyerbu India dari barat laut. Di antara raja-raja Yunani yang berkuasa sampai di sebelah selatan Kush, kelihatannya Apollodotus-lah raja yang pertama. Dua kali dia disebutkan berhubungan dengan Menander. Kekuasaan mereka berkembang ke barat daya sampai Ariana (Afganistan selatan) dan ke selatan sampai lembah Indus.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, Menander pasti telah berkuasa di lembah Kabul dan Swat dan pada suatu saat dia juga menguasai lembah Indus. Sagala, kota yang disebutkan di dalam Miln. sebagai tempat di mana percakapan itu terjadi, adalah kota kuno orang-orang Madras yang datang di daerah itu kira-kira pada abad 6 SM. Sekarang kota itu disebut Sialkot, yang terletak di antara sungai Chenab dan Ravi, dekat perbatasan Kashmir. Di buku Miln. halaman 53, disebutkan bahwa Kashmir berjarak 12 yojana (84 mil) dan bahwa Milinda lahir di pulau Alasanda, yang jaraknya kurang 200 yojana dari situ. Ada banyak kota yang didirikan oleh Alexander selama penaklukannya, beberapa di antaranya mungkin merupakan tempat kelahiran Menander. A.K. Narain menduga bahwa kota kelahiran Menander adalah kota yang didirikan di Charikar, tetapi jaraknya kurang dari 200 yojana (1400 mil) dengan perhitungan biasa. Ataukah mungkin itu kota Alexandra yang terletak di Leninabad atau salah satu dari kota-kota Alexandra yang terletak lebih jauh ke barat?
Namun, dari bukti-bukti yang ada dapat kita perkirakan bahwa Menander lahir di Bactria tetapi dibesarkan di Ariana (lembah Kabul), dan bahwa di tahun-tahun pertama pemerintahannya dia mengembangkan kerajaan ayahnya sampai ke lembah Indus dan lebih jauh lagi, dan kemudian mungkin mendirikan ibu kota di Sagala. Tidak seperti Bactria yang banyak sekali dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani, daerah-daerah baru ini sudah Buddhis. Pada waktu itu, Menander telah banyak dididik di dalam tradisi Yunani tetapi telah mengenal Buddhisme secara langsung dan tak pelak lagi dia pasti sering menjumpai para bhikkhu yang hidup di kerajaannya. Walaupun demikian, kelihatannya agak tidak mungkin kalau pengetahuannya tentang ajaran Buddhisme cukup untuk dapat mengadakan dialog seperti yang di tulis di dalam Miln. karena Milinda tampaknya memiliki pengetahuan yang luas tentang teks yang ada. Saya berpendapat bahwa pengarang paling tidak telah bertemu sebentar dengan Menander, dan kemungkinan besar dia mendasarkan karyanya ini pada tradisi lisan percakapan itu. Kemudian dia menggunakan pengetahuannya sendiri yang luas untuk mengembangkan dialog itu menjadi karya yang panjang, yang kita miliki sekarang ini. Mungkin dia menggunakan dialog sebagai alat untuk menambah daya tarik pada risalatnya. Dan untuk menyenangkan hati raja Yunani itu, dia membuatnya sebagai salah satu tokoh utama.
Hipotesa ini mendapat dukungan dari terjemahan bahasa China yang hanya terdiri dari tiga bagian pertama yang hampir identik dengan teks Pali mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, tetapi cerita pendahuluannya berbeda. Dalam hal ini, kedua-duanya tidak tampak otentik.
Perbandingan dengan Teks China7
Sebagaimana telah ditunjukkan oleh V. Trenchner ketika dia menyalin teks Pali di tahun 1860-an, dapat kita pastikan bahwa Milinda Pañha yang asli ditulis di dalam bahasa Sanskerta karena permulaannya adalah kata-kata “Tam yatha nusuyata” (demikianlah yang telah diturunkan), dan bukannya rumusan Pali “Evam me sutam” (demikianlah yang telah saya dengar). Dan hal ini dipertegas oleh adanya terjemahan teks China yang menunjukkan beberapa perbedaan yang patut dicatat walaupun jelas sumbernya sama.
Walaupun ada banyak perbedaan kecil di antara dua teks itu, ada hubungan yang erat antara perumpamaan-perumpamaan yang digunakan untuk menerangkan istilah yang didefinisikan serta urutan pertanyaannya. Hal itu membuat kita yakin bahwa keduanya adalah terjemahan karya yang lebih tua (mungkin di dalam bahasa Sanskerta). Tetapi kita harus hati-hati menyimpulkan; yang mana yang lebih otentik. Bhikkhu Thich Mihn Chau, yang berusaha membuktikan keantikan karya asli yang mendasari terjemahan China, menyatakan bahwa karya itu ditulis segera setelah Sang Buddha mangkat. Beliau menunjukkan tidak adanya klasifikasi teks ke dalam Vinaya, Sutta, Abhidhamma dan Nikaya, yang didefinisikan dengan baik baru pada Konsili ketiga, sementara Menander baru lahir lebih dari 100 tahun setelah konsili ini. Jadi, jelas bahwa ‘yang asli’ tidak dibuat lebih awal dari abad pertama SM. Kesenjangan panjang sebelum terjemahan-terjemahan itu muncul pada sekitar tahun 400 M, merupakan waktu yang cukup lama untuk melakukan berbagai penambahan dan amandemen, atau penghilangan dan pengosongan.
Melihat alasan-alasan yang telah disebutkan di atas dan fakta bahwa percakapan di dalam Miln. dikatakan terjadi kira-kira 500 tahun setelah Sang Buddha mangkat, sementara Menander hidup paling tidak 100 tahun lebih awal, maka kemungkinan besar Miln. dikarang beberapa waktu setelah kematian Menander. Mungkin saja karya itu berdasar pada tradisi lisan dari percakapan yang benar-benar terjadi antara Menander dengan satu atau beberapa bhikkhu.
Penerus Menander, Ratu Agathocleia dan Strato I Soter, melanjutkan tahta kerajaan setidak-tidaknya 40 tahun setelah kematian Menander. Tetapi mereka menyaksikan dinasti baru di India Barat, yaitu dinasti Saka (Scythia) dan Yueh-Chih dari Asia Tengah. Lalu era Bactria Yunani pun berakhir.
Penyusunan Kitab Pali
Epilog mengatakan bahwa kitab itu dibagi menjadi enam bagian dan 22 bab yang berisi 262 pertanyaan, sementara 42 dari pertanyaan itu belum diturunkan, jadi sebenarnya semua berjumlah 304. Tetapi sungguh sulit melihat bagaimana ini dihitung. Ada ketidakcocokan hitungan di dalam berbagai teks yang ada, walaupun hal ini mungkin sudah dapat diduga karena karya itu sudah sangat tua.
Sekarang ini hanya ada 237 pertanyaan. Untuk menomori bab-bab saya mengikuti urutan teks Palinya. Hanya saja saya telah memasukkan 7 bab terakhir ke dalam Bab 17.
Di dalam edisi Milinda Pañha ini, walaupun saya telah mengikuti susunan teks Pali, banyak perumpamaan yang saya hilangkan. Dan perumpamaan yang panjang (walaupun indah) saya singkat, namun saya harap hal ini tidak merusak keindahan karya aslinya. Tujuannya adalah agar buku ini cukup padat dan menarik bagi pembaca dari negara-negara barat yang sibuk. Buku ini adalah suatu ringkasan, bukan terjemahan, dan karena itu di sana-sini saya menggabungkan beberapa alinea menjadi satu agar ringkas. Walaupun demikian saya tetap berusaha menyesuaikan dengan maksud pengarang aslinya, yang merupakan penjelasan tentang ajaran Sang Buddha dan uraian tentang beberapa konsep salah yang mungkin menyesatkan.
Referensi yang diberikan di catatan kaki adalah nomor halaman teks Pali dari Pali Text Society. Dalam terjemahannya nomor-nomor halaman ini diberikan dengan tanda kurung di bagian kiri atas, atau di dalam tubuh teks pada buku Vinaya dan Jataka.
Untuk membantu mereka yang ingin mengetahui kata Pali yang diterjemahkan (yang kadang-kadang berbeda dengan terjemahan Rhys Davids atau Miss Horner), saya sertakan kata-kata Pali di bagian Apendiks bersama dengan terjemahan bahasa Inggrisnya. Saya juga telah menyusun daftar kutipan kitab suci yang diberikan pengarang Miln. dan beberapa bacaan lain yang hanya terdapat di Miln., yang mungkin menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
Bagi mereka yang belum terbiasa dengan terminologi Buddhis, saya telah menyertakan Apendiks istilah-istilah Pali dengan penjelasan singkat mengenai maknanya.
Catatan:
Setelah Asoka mangkat pada tahun 227 SM, kekaisaran Maurya mulai terpecah-pecah. Pada tahun 250 SM meletus pemberontakan di dalam kekaisaran yang didirikan oleh Seleukos, di bawah pimpinan gubernurnya, Diodotus I. Kekaisaran itu terus berkembang di bawah penggantinya, Diodotus II dan Euthydemus. Pada permulaan abad 2 SM, para penguasa Yunani dari kerajaan baru Bactria menyeberangi Hindu Kush dan mulai menyerbu India dari barat laut. Di antara raja-raja Yunani yang berkuasa sampai di sebelah selatan Kush, kelihatannya Apollodotus-lah raja yang pertama. Dua kali dia disebutkan berhubungan dengan Menander. Kekuasaan mereka berkembang ke barat daya sampai Ariana (Afganistan selatan) dan ke selatan sampai lembah Indus.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, Menander pasti telah berkuasa di lembah Kabul dan Swat dan pada suatu saat dia juga menguasai lembah Indus. Sagala, kota yang disebutkan di dalam Miln. sebagai tempat di mana percakapan itu terjadi, adalah kota kuno orang-orang Madras yang datang di daerah itu kira-kira pada abad 6 SM. Sekarang kota itu disebut Sialkot, yang terletak di antara sungai Chenab dan Ravi, dekat perbatasan Kashmir. Di buku Miln. halaman 53, disebutkan bahwa Kashmir berjarak 12 yojana (84 mil) dan bahwa Milinda lahir di pulau Alasanda, yang jaraknya kurang 200 yojana dari situ. Ada banyak kota yang didirikan oleh Alexander selama penaklukannya, beberapa di antaranya mungkin merupakan tempat kelahiran Menander. A.K. Narain menduga bahwa kota kelahiran Menander adalah kota yang didirikan di Charikar, tetapi jaraknya kurang dari 200 yojana (1400 mil) dengan perhitungan biasa. Ataukah mungkin itu kota Alexandra yang terletak di Leninabad atau salah satu dari kota-kota Alexandra yang terletak lebih jauh ke barat?
Namun, dari bukti-bukti yang ada dapat kita perkirakan bahwa Menander lahir di Bactria tetapi dibesarkan di Ariana (lembah Kabul), dan bahwa di tahun-tahun pertama pemerintahannya dia mengembangkan kerajaan ayahnya sampai ke lembah Indus dan lebih jauh lagi, dan kemudian mungkin mendirikan ibu kota di Sagala. Tidak seperti Bactria yang banyak sekali dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani, daerah-daerah baru ini sudah Buddhis. Pada waktu itu, Menander telah banyak dididik di dalam tradisi Yunani tetapi telah mengenal Buddhisme secara langsung dan tak pelak lagi dia pasti sering menjumpai para bhikkhu yang hidup di kerajaannya. Walaupun demikian, kelihatannya agak tidak mungkin kalau pengetahuannya tentang ajaran Buddhisme cukup untuk dapat mengadakan dialog seperti yang di tulis di dalam Miln. karena Milinda tampaknya memiliki pengetahuan yang luas tentang teks yang ada. Saya berpendapat bahwa pengarang paling tidak telah bertemu sebentar dengan Menander, dan kemungkinan besar dia mendasarkan karyanya ini pada tradisi lisan percakapan itu. Kemudian dia menggunakan pengetahuannya sendiri yang luas untuk mengembangkan dialog itu menjadi karya yang panjang, yang kita miliki sekarang ini. Mungkin dia menggunakan dialog sebagai alat untuk menambah daya tarik pada risalatnya. Dan untuk menyenangkan hati raja Yunani itu, dia membuatnya sebagai salah satu tokoh utama.
Hipotesa ini mendapat dukungan dari terjemahan bahasa China yang hanya terdiri dari tiga bagian pertama yang hampir identik dengan teks Pali mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, tetapi cerita pendahuluannya berbeda. Dalam hal ini, kedua-duanya tidak tampak otentik.
Perbandingan dengan Teks China7
Sebagaimana telah ditunjukkan oleh V. Trenchner ketika dia menyalin teks Pali di tahun 1860-an, dapat kita pastikan bahwa Milinda Pañha yang asli ditulis di dalam bahasa Sanskerta karena permulaannya adalah kata-kata “Tam yatha nusuyata” (demikianlah yang telah diturunkan), dan bukannya rumusan Pali “Evam me sutam” (demikianlah yang telah saya dengar). Dan hal ini dipertegas oleh adanya terjemahan teks China yang menunjukkan beberapa perbedaan yang patut dicatat walaupun jelas sumbernya sama.
- Di dalam tiga bagian pertama, versi China sama dengan versi Pali, dan ini menunjukkan bahwa empat bagian lain (Dilema, Pertanyaan yang Diselesaikan dengan Kesimpulan, Praktek Petapa dan Perumpamaan) merupakan tambahan kemudian.
- Karya bahasa China, Nagasena-Bhikshusutra, mengambil nama sang bhikkhu; sementara karya bahasa Pali, Milinda Pañha, mengambil nama sang raja.
- Karya bahasa Pali mempunyai dua belas pertanyaan ekstra.
- Cerita-cerita kehidupan lampau Nagasena dan Milinda tidak sama.
- Versi China tidak menyebutkan Abhidhamma; sementara hal itu sering disebutkan dalam versi Pali.
- Pada klasifikasi Bodhipakkhiya Dhamma yang sangat terkenal, penterjemah China melenceng di dalam beberapa istilah, dan ini menunjukkan bahwa dia tidak terbiasa dengan teks Pali.
- Versi Pali mengatakan bahwa binatang mempunyai penalaran tetapi tidak mempunyai kebijaksanaan; versi China mengatakan bahwa binatang mempunyai kebijaksanaan tetapi hatinya berbeda.
Walaupun ada banyak perbedaan kecil di antara dua teks itu, ada hubungan yang erat antara perumpamaan-perumpamaan yang digunakan untuk menerangkan istilah yang didefinisikan serta urutan pertanyaannya. Hal itu membuat kita yakin bahwa keduanya adalah terjemahan karya yang lebih tua (mungkin di dalam bahasa Sanskerta). Tetapi kita harus hati-hati menyimpulkan; yang mana yang lebih otentik. Bhikkhu Thich Mihn Chau, yang berusaha membuktikan keantikan karya asli yang mendasari terjemahan China, menyatakan bahwa karya itu ditulis segera setelah Sang Buddha mangkat. Beliau menunjukkan tidak adanya klasifikasi teks ke dalam Vinaya, Sutta, Abhidhamma dan Nikaya, yang didefinisikan dengan baik baru pada Konsili ketiga, sementara Menander baru lahir lebih dari 100 tahun setelah konsili ini. Jadi, jelas bahwa ‘yang asli’ tidak dibuat lebih awal dari abad pertama SM. Kesenjangan panjang sebelum terjemahan-terjemahan itu muncul pada sekitar tahun 400 M, merupakan waktu yang cukup lama untuk melakukan berbagai penambahan dan amandemen, atau penghilangan dan pengosongan.
Melihat alasan-alasan yang telah disebutkan di atas dan fakta bahwa percakapan di dalam Miln. dikatakan terjadi kira-kira 500 tahun setelah Sang Buddha mangkat, sementara Menander hidup paling tidak 100 tahun lebih awal, maka kemungkinan besar Miln. dikarang beberapa waktu setelah kematian Menander. Mungkin saja karya itu berdasar pada tradisi lisan dari percakapan yang benar-benar terjadi antara Menander dengan satu atau beberapa bhikkhu.
Penerus Menander, Ratu Agathocleia dan Strato I Soter, melanjutkan tahta kerajaan setidak-tidaknya 40 tahun setelah kematian Menander. Tetapi mereka menyaksikan dinasti baru di India Barat, yaitu dinasti Saka (Scythia) dan Yueh-Chih dari Asia Tengah. Lalu era Bactria Yunani pun berakhir.
Penyusunan Kitab Pali
Epilog mengatakan bahwa kitab itu dibagi menjadi enam bagian dan 22 bab yang berisi 262 pertanyaan, sementara 42 dari pertanyaan itu belum diturunkan, jadi sebenarnya semua berjumlah 304. Tetapi sungguh sulit melihat bagaimana ini dihitung. Ada ketidakcocokan hitungan di dalam berbagai teks yang ada, walaupun hal ini mungkin sudah dapat diduga karena karya itu sudah sangat tua.
Sekarang ini hanya ada 237 pertanyaan. Untuk menomori bab-bab saya mengikuti urutan teks Palinya. Hanya saja saya telah memasukkan 7 bab terakhir ke dalam Bab 17.
Di dalam edisi Milinda Pañha ini, walaupun saya telah mengikuti susunan teks Pali, banyak perumpamaan yang saya hilangkan. Dan perumpamaan yang panjang (walaupun indah) saya singkat, namun saya harap hal ini tidak merusak keindahan karya aslinya. Tujuannya adalah agar buku ini cukup padat dan menarik bagi pembaca dari negara-negara barat yang sibuk. Buku ini adalah suatu ringkasan, bukan terjemahan, dan karena itu di sana-sini saya menggabungkan beberapa alinea menjadi satu agar ringkas. Walaupun demikian saya tetap berusaha menyesuaikan dengan maksud pengarang aslinya, yang merupakan penjelasan tentang ajaran Sang Buddha dan uraian tentang beberapa konsep salah yang mungkin menyesatkan.
Referensi yang diberikan di catatan kaki adalah nomor halaman teks Pali dari Pali Text Society. Dalam terjemahannya nomor-nomor halaman ini diberikan dengan tanda kurung di bagian kiri atas, atau di dalam tubuh teks pada buku Vinaya dan Jataka.
Untuk membantu mereka yang ingin mengetahui kata Pali yang diterjemahkan (yang kadang-kadang berbeda dengan terjemahan Rhys Davids atau Miss Horner), saya sertakan kata-kata Pali di bagian Apendiks bersama dengan terjemahan bahasa Inggrisnya. Saya juga telah menyusun daftar kutipan kitab suci yang diberikan pengarang Miln. dan beberapa bacaan lain yang hanya terdapat di Miln., yang mungkin menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
Bagi mereka yang belum terbiasa dengan terminologi Buddhis, saya telah menyertakan Apendiks istilah-istilah Pali dengan penjelasan singkat mengenai maknanya.
Catatan:
- T.W. Rhys Davids, pendahuluan QKM.
- A.K. Narain, The Indo-Greeks.
- Cambridge History of India, Vol. I. Hal 446.
- V.A. Smith. The Early History of India.
- D. i. 50.
- D. ii. 87, 88
- Untuk perbandingan lebih detail dan menyeluruh, lihat Milinda Pañha and Nagasenabhikshusutra (A Comparitive Study) Bhikkhu Thich Mihn Chau.
0