TS
joeraygaul
Buddha Theravada Indonesia
Namo Buddhaya
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_




Sejarah
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
Bahan untuk perenungan
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Namo Dhammaya
Namo Sanghaya
Kalena Dhammasavanam, kalena dhammasakkhacca, ettammangalamuttamam'ti
_/|\_
Salam bagi semua kaskuser warga forspi sekalian, semoga semua dalam kondisi baik dan berbahagia semua.
Melalui trid ini TS berniat untuk menjalin komunikasi dengan semua warga kaskus yang menganut Buddhisme aliran Theravada atau yang sedang belajar mendalami Buddhisme dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari Buddhisme Theravada.
Buddhisme Theravada atau sering juga disebut Buddhisme aliran selatan adalah Buddhisme yang sebagian besar sumber ajarannya berasal dari Pali Tipitaka, yaitu Tipitaka berbahasa Pali. Berbagai doktrin dan ajaran mendasar yang menjiwai ajaran Buddhisme Theravada adalah berbagai kitab yang kanonik yang penukisannya menggunakan bahasa Pali, yaitu suatu bahasa rumpun IndoArya yang digunakan sebagai bahasa text/tulisan (bukan bahasa lisan/ucapan) yang berkembang di India Tengah dahulu pada masa Sang Buddha Gotama masih hidup dan berkarya.
Ajaran dasar Buddhisme Theravada tidak berbeda terlalu jauh dengan aliran Buddhisme lainnya (Mahayana, Tantrayana, Vajrayana), yaitu sama2 bercorakkan Tilakkhana (3 corak), Cattariariyasaccana (4 kebenaran ariya), dan praktek pengembangan Buddhisme Theravada pun sama-sama mengembang suatu metode pelatihan diri yang disebut Ariyaattanghikkamagga (jalan mulia beruas delapan) yang sering dibagi menjadi tiga aspek yaitu latihan kebijaksanaan (panna), moralitas (sila), dan pelatihan pikiran dan konsentrasi (sammaddhi). Dan khusus untuk Theravada, yang berarti jalan/tradisi para tua2, pelatihan praktik dan pengembangan lebih difokuskan kepada pencapaian dalam kehidupan saat ini juga, yaitu jalan savakaboddhi.
So demikian penghantar singkat dari TS, saya sangat memohon agar para rekan warga Forspi dan forum kaskus ini mau ikut berbagi, dan membagi pengetahuannya mengenai Buddhisme Theravada di trit ini. Dan juga para senior agar sudi mau membagi pengetahuan dan pengalamannya di trit ini.
Namo Buddhaya,
Sabbhe sattha bhavantu sukkhitattha,
semoga semua mahluk berbahagia
_/|\_
Bagi para rekan kaskuser sangat dimohon agar tidak ngejunk, flame, atau trolling. Harapan TS agar trit ini dapat menjadi wadah komunikasi dan berbagi pemahaman dan wawasan agar praktik dan latihan kita semua semakin berkembang dan maju.
Annumodanna _/|\_
Annumodanna _/|\_



Sejarah
- Sejarah Singkat Buddhisme Theravada
- Kronologi Singkat Part 1
- Kronologi Singkat Part 2 dan Sejarah Singkat Sangha Theravada Indonesia (STI)
Bagan dan Skema dari Pali Tipitaka
Ulasan Singkat Pali Tipitaka dan Skema Pali Tipitaka
Pencarian Kebenaran :
- Saduran bebas Kalama Sutta, sumbangan artikel dari bro Minibalanar
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Kalama Sutta
- Ehipassiko, posted by Minibalanar
Empat Kebenaran Mulia/Cattari ariyasaccana :
- Pengantar dari TS
- Dari sumber lain yang saya copas
- Tulisan salah seorang member kaskus di forum lain yang saya copas
Tiga corak ( Tilakkhana)
Patthimokkha Sila, Vinaya dan aturan bagi para Bikkhu/Petapa
- Parajika dan Sanghadisesa
- Aniyata dan Nissagiya Pacittiya
- Pacittiya 1
- Pacittiya 2(Acelaka Vagga, Surapana Vagga, Sapana Vagga, Sahadhammika Vagga
- Pacittiya 3(Ratana Vagga) dan Patidesaniya
- Sekhiya
- Adhikarana Samatha
Panduan bagi perumah tangga/umat awam :
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Sigalovada Sutta
- Pancasila Buddhist, by Minibalanar
- [URL="http://www.kaskus.co.id/showpost.php?[*]p=698709246&postcount=66"]Pancasila Buddhist, by Minibalanar[/URL]
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Sila dan Vinaya by Minibalanar
- Pharabava Sutta
Bahan untuk perenungan
- Bebas dari kesalahan, tulisan Banthe Saddhaviro Mahathera
- Apakah agama Buddha itu kuno? Tulisan Banthe Uttamo
- Cara berpikir seorang praktisi dan non praktisi, tulisan Bikkhu Buddhadasa
- Perenungan Brahmavihara1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
Daftar Alamat Vihara Sangha Theravada Indonesia
- Pulau Sumatra dan Banten
- DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta
- Jawa Timur dan Bali
- Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan
- Pulau Sulawesi
Indeks Sutta, Tuntunan Puja Bakti, Tulisan2 bagian dari Tipittaka lainnya, Meditasi dan lain sebagainya
Indeks
Diasuh oleh :
Minibalanar
Info kegiatan dan acara Buddhist :
Info kegiatan dan acara Buddhist
Approved by Moderator :
Approved
Diubah oleh joeraygaul 22-11-2012 14:10
emineminna dan nona212 memberi reputasi
2
110.1K
747
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.4KThread•2.7KAnggota
Tampilkan semua post
Minibalanar
#54
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, bagi orang yang
gemar berjudi:
1. Jika menang, ia memperoleh kebencian;
2. Jika kalah, ia tangisi harta bendanya yang telah hilang;
3. Hartanya yang nyata dihamburkan;
4. Di pengadilan kata-katanya tidak berharga;
5. Dipandang rendah oleh sabahat-sahabat dan pejabat-pejabat
Pemerintah.
6. Ia tidak disukai oleh orang-orang yang mencari menantu laki-laki,
karena mereka akan berkata: 'Seorang penjudi tidak akan sanggup memelihara
isterinya'.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari pergaulan
buruk:
1. Setiap penjudi merupakan sahabat dan kawannya;
2. Setiap pemogok merupakan sahabat dan kawannya;
3. Setiap pemabuk merupakan sahabat dan kawannya;
4. Setiap penipu merupakan sahabat dan kawannya;
5. Setiap tukang memperdayai merupakan sahabat dan kawannya;
6. Setiap tukang berkelahi merupakan sahabat dan kawannya.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari kebiasaan
menganggur:
1. Ia berkata: 'Terlalu dingin' dan ia tidak bekerja;
2. Ia berkata: 'Terlalu panas' dan ia tidak bekerja;
3. Ia berkata: 'Terlalu pagi' dan ia tidak bekerja;
4. Ia berkata: 'Terlalu siang' dan ia tidak bekerja;
5. Ia berkata: 'Aku terlalu lapar' dan ia tidak bekerja;
6. Ia berkata: 'Terlalu kenyang' dan ia tidak bekerja;
Sedangkan apa yang harus dilakukan tetap tidak dikerjakan, harta baru tidak
ia dapatkan, dan hartanya yang ada menjadi habis."
Demikian Sabda Sang Bhagava.
Setelah Sang Bhagava bersabda demikian, kemudian Sang Buddha bersabda pula:
"Beberapa sahabat memuji kawan minum. Beberapa orang mengatakan sahabat
baik, sahabat baik. Akan tetapi, yang membuktikan dirinya sebagai kawanmu
pada waktu bahaya, dialah yang benar-benar boleh dikatakan seorang sahabat."
"Tidur sewaktu matahari telah terbit dan perzinaan.
Terlibat dalam percekcokan-percekcokan dan berbuat jahat.
Bersahabat dengan orang-orang jahat dan berhati telengas.
Inilah enam sebab yang menjadikan orang tergelincir.
Jika ia bersahabat dnegan berkawan dengan orang-orang jahat
Mengatur hidupnya dengan cara jahat.
Baik di alam ini maupun d alam sana.
Orang itu akan terperosok dengan menyedihkan
Berjudi dan wanita, minuman keras, tarian dan nyanyian.
Tidur di waktu siang, berkeluyuran di waktu malam.
Bersahabat dengan orang jahat, berhati telengas.
Inilah enam sebab orang terjerumus (ke dalam penderitaan)
Berjudi dengan dadu, minum-minuman keras, ia pergi kepada wanita-wanita yang
dicintai bagaikan diri sendiri oleh laki-laki lain.
Mengikuti mereka yang berpikiran gelap, bukan yang berpikiran sadar. Ia
menjadi suram bagai bulan terbit dalam purnama tilam.
Peminum-peminum keras, pemiskin, melarat.
Haus sewaktu minum, pengejar kedai minuman.
Bagaikan batu ia tenggelam ke dalam hutang-hutang.
Cepat sekali ia membawa nista pada keluarganya.
Barang siapa mempunyai kebiasaan untuk tidur di waktu siang, memandang malam
sebagai waktu untuk bangun. Orang yang selalu tidak bertanggung-jawab dan
ada di isi dengan anggur. Tidak cakap untuk menjadi kepala keluarga. Terlalu
dingin, terlalu panas, terlalu siang, demikian keluhan (yang diucapkan).
Demikian orang yang meloloskan dari pekerjaan yang menunggu.
Kesempatan-kesempatan lewat untuk selama-lamannya. Akan tetapi, orang yang
menganggap dingin, atau panas sebagai hal yang kecil. Ia tidak akan
kehilangan kebahagiaannya dengan cara apapun juga.
Terdapat empat macam manusia, duhai kepala keluarga yang muda belia, yang
harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
1. Orang yang sangat tamak;
2. Orang yang banyak bicara, tetapi tidak berbuat sesuatu;
3. Penjilat;
4. Pemboros.
Dari mereka ini, orang yang pertama disebutkan diatas, ada empat dasar untuk
menganggap mereka sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
1. Sangat tamak;
2. Memberi sedikit meminta banyak;
3. Melakukan kewajibannya karena takut;
4. Hanya ingat pada kepentingannya sendiri.
Terhadap orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu atas empat
alasan untuk dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat,
yaitu:
1. Ia menyebutkan persahabatan di masa lampau;
2. Ia menyebutkan persahabatan untuk masa yang akan datang;
3. Ia berusaha mendapatkan kesayangan seseorang dengan kata-kata
kosong;
4. Jika ada kesempatan untuk memberikan jasa kepada seseorang, ia
menyatakan tidak sanggup.
Terhadap orang penjilat ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:
1. Ia menyetujui hal-hal yang salah dan
2. Menjauhkan diri dari hal-hal yang baik;
3. Ia memuji engkau dihadapan seseorang dan
4. Bicara buruk tentang diri seseorang dihadapan orang lain.
Terhadap orang pemboros ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:
1. Ia menjadi kawanmu, jika engkau menyerah pada minuman keras;
2. Ia menjadi kawanmu, jika engkau berkeluyuran di jalanan pada waktu
yang tidak tepat;
3. Ia menjadi kawanmu, jika engkau mencari pertunjukan pentas dan
tempat-tempat pelesiran;
4. Ia menjadi kawanmu, jika engkau gemar berjudi."
Demikianlah sabda Sang Buddha.
Setelah bersabda demikian, kemudian bersabda pula:
"Sabahat yang selalu mencari sesuatu untuk diambil, sahabat-sahabat yang
ucapannya berbeda dengan perbuatannya, sahabat yang menjilat dan membuat
kamu senang dengan yang demikian. Kawan yang riang gembira dan dijalan
sesat. Empat ini adalah musuh-musuh.
Demikianlah, setelah mengenal, biarlah orang bijaksana menghindar jauh dari
mereka bagaikan jalan yang berbahaya dan menakutkan.
Ada empat jenis, duhai kepala keluarga yang muda belia, sahabat-sahabat yang
harus dipandang sebagai sahabat dengan berhati tulus:
1. Penolong;
2. Sahabat di waktu senang dan susah;
3. Sahabat yang memberi nasihat yang baik;
4. Sahabat yang simpati.
Atas empat dasar sahabat yang menolong harus dipandang sebagai sahabat yang
berhati tulus, yaitu:
1. Ia menjaga dirimu sewaktu kamu tidak siap;
2. Ia menjaga milikmu sewaktu engkau lengah;
3. Ia menjadi pelindungmu sewaktu engkau sedang ketakutan;
4. Jika engkau melakukan tugas, ia memberikan bekal dua kali lipat
(dari yang kamu perlukan).
Atas empat dasar sahabat di waktu senang dan susah yang harus dipandang
sebagai sahabat yagn berhati tulus, yaitu:
1. ia menceritakan rahasia-rahasia kepadamu;
2. ia tidak menceritakan rahasia itu kepada orang lain
3. didalam kesusahan ia tidak akan meninggalkanmu;
4. untuk membela dirimu, ia bersedia mengorbankan nyawanya.
Atas empat dasar sahabat yang menasihatkan apa yang harus engkau lakukan
sebagai yang berhati tulus, yaitu:
1. ia mencegah engkau berbuat salah;
2. ia menganjurkan engkau berbuat yang benar
3. ia memberitahukan apa yang belum pernah engkau dengar
4. ia tunjukkan padamu jalan ke surga.
Atas empat dasar sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus:
1. Ia tidak merasa senang atas kesusahanmu;
2. Ia merasa senang akan kejayaanmu;
3. Ia cegah orang lain bicara jelek tentang dirimu;
4. Ia sanjung setiap orang yang memuji dirimu."
Demikian sabda Sang Bhagava.
Setelah Sang Bhagava bersabda demikian, kemudian Sang Bhagava bersabda pula:
"Sahabat yang menjadi kawan penolong, sahabat pada waktu senang dan susah,
sahabat yang memberikan apa yang engkau butuhkan dan ia yang menggetar
dengan simpati untuk dirimu. Empat jenis sahabat ini adalah orang bijaksana
yang harus dikenal sebagai sahabat dan kepada empat sahabat ini ia harus
menyediakan dirinya bagikan seorang ibu terhadap anak kandungnya sendiri.
Orang bijaksana dan cerdas bercahaya bagaikan api yang berkobar-kobar. Ia
yang mengumpulkan kekayaannya dengan cara tidak merugikan (makhluk lain),
bagaikan kumbang yang menjelajah mengumpulkan madu, kekayaannya akan
bertumpuk-tumpuk bagaikan sarang semut yang semakin tinggi.
Dengan kekayaan yang diperoleh dengan cara demikian, seorang upasaka pantas
untuk suatu kehidupan berumah tangga. Ia membagi kekayaannya atas empat
bagian. Dengan demikian ia akan mendapat persahabatan.
Satu bagian untuk keperluannya sendiri,
Dua bagian untuk menjalankan usahanya.
Bagian keempat disimpan sebagai cadangan.
Dan cara bagaimanakah, duhai kepala keluarga yag muda belia, siswa yang
Ariya melindungi enam arah itu?
Keenam arah itu harus dipandang sebagai berikut:
1. Ibu dan ayah sebagai arah timur;
2. Para guru sebagai arah selatan;
3. Isteri dan anak sebagai arah barat;
4. Sahabat dan kawan sebagai arah utara;
5. Pelayan dan buruh sebagai arah bawah;
6. Petapa dan brahmana sebagai arah atas.
Dalam lima cara seorang anak memperlakuklan orang tuannya sebagai arah
timur:
1. Dahulu aku ditunjang oleh mereka, sekarang aku kaan menjadi
penunjang mereka.
2. Aku akan menjalankan kewajibanku terhadap mereka;
3. Aku akan pertahankan kehormatan keluargaku;
4. Aku akan mengurus warisanku;
5. Aku akan mengatur pemberian sesaji kepada sanak keluargaku yang
telah meninggal.
Dalam lima cara orang tua yang diperlalukan demikian, sebagai arah timur
menunjukkan kecintaan mereka kepada anak-anaknya:
1. Mereka mencegah ia berbuat kejahatan;
2. Mereka mendorong supaya ia berbuat baik;
3. Mereka melatih ia dalam suatu pekerjaan;
4. Mereka melaksanakan perkimpoian yang pantas bagi anaknya;
5. Dan menyerahkan warisan pada waktunya.
gemar berjudi:
1. Jika menang, ia memperoleh kebencian;
2. Jika kalah, ia tangisi harta bendanya yang telah hilang;
3. Hartanya yang nyata dihamburkan;
4. Di pengadilan kata-katanya tidak berharga;
5. Dipandang rendah oleh sabahat-sahabat dan pejabat-pejabat
Pemerintah.
6. Ia tidak disukai oleh orang-orang yang mencari menantu laki-laki,
karena mereka akan berkata: 'Seorang penjudi tidak akan sanggup memelihara
isterinya'.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari pergaulan
buruk:
1. Setiap penjudi merupakan sahabat dan kawannya;
2. Setiap pemogok merupakan sahabat dan kawannya;
3. Setiap pemabuk merupakan sahabat dan kawannya;
4. Setiap penipu merupakan sahabat dan kawannya;
5. Setiap tukang memperdayai merupakan sahabat dan kawannya;
6. Setiap tukang berkelahi merupakan sahabat dan kawannya.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari kebiasaan
menganggur:
1. Ia berkata: 'Terlalu dingin' dan ia tidak bekerja;
2. Ia berkata: 'Terlalu panas' dan ia tidak bekerja;
3. Ia berkata: 'Terlalu pagi' dan ia tidak bekerja;
4. Ia berkata: 'Terlalu siang' dan ia tidak bekerja;
5. Ia berkata: 'Aku terlalu lapar' dan ia tidak bekerja;
6. Ia berkata: 'Terlalu kenyang' dan ia tidak bekerja;
Sedangkan apa yang harus dilakukan tetap tidak dikerjakan, harta baru tidak
ia dapatkan, dan hartanya yang ada menjadi habis."
Demikian Sabda Sang Bhagava.
Setelah Sang Bhagava bersabda demikian, kemudian Sang Buddha bersabda pula:
"Beberapa sahabat memuji kawan minum. Beberapa orang mengatakan sahabat
baik, sahabat baik. Akan tetapi, yang membuktikan dirinya sebagai kawanmu
pada waktu bahaya, dialah yang benar-benar boleh dikatakan seorang sahabat."
"Tidur sewaktu matahari telah terbit dan perzinaan.
Terlibat dalam percekcokan-percekcokan dan berbuat jahat.
Bersahabat dengan orang-orang jahat dan berhati telengas.
Inilah enam sebab yang menjadikan orang tergelincir.
Jika ia bersahabat dnegan berkawan dengan orang-orang jahat
Mengatur hidupnya dengan cara jahat.
Baik di alam ini maupun d alam sana.
Orang itu akan terperosok dengan menyedihkan
Berjudi dan wanita, minuman keras, tarian dan nyanyian.
Tidur di waktu siang, berkeluyuran di waktu malam.
Bersahabat dengan orang jahat, berhati telengas.
Inilah enam sebab orang terjerumus (ke dalam penderitaan)
Berjudi dengan dadu, minum-minuman keras, ia pergi kepada wanita-wanita yang
dicintai bagaikan diri sendiri oleh laki-laki lain.
Mengikuti mereka yang berpikiran gelap, bukan yang berpikiran sadar. Ia
menjadi suram bagai bulan terbit dalam purnama tilam.
Peminum-peminum keras, pemiskin, melarat.
Haus sewaktu minum, pengejar kedai minuman.
Bagaikan batu ia tenggelam ke dalam hutang-hutang.
Cepat sekali ia membawa nista pada keluarganya.
Barang siapa mempunyai kebiasaan untuk tidur di waktu siang, memandang malam
sebagai waktu untuk bangun. Orang yang selalu tidak bertanggung-jawab dan
ada di isi dengan anggur. Tidak cakap untuk menjadi kepala keluarga. Terlalu
dingin, terlalu panas, terlalu siang, demikian keluhan (yang diucapkan).
Demikian orang yang meloloskan dari pekerjaan yang menunggu.
Kesempatan-kesempatan lewat untuk selama-lamannya. Akan tetapi, orang yang
menganggap dingin, atau panas sebagai hal yang kecil. Ia tidak akan
kehilangan kebahagiaannya dengan cara apapun juga.
Terdapat empat macam manusia, duhai kepala keluarga yang muda belia, yang
harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
1. Orang yang sangat tamak;
2. Orang yang banyak bicara, tetapi tidak berbuat sesuatu;
3. Penjilat;
4. Pemboros.
Dari mereka ini, orang yang pertama disebutkan diatas, ada empat dasar untuk
menganggap mereka sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
1. Sangat tamak;
2. Memberi sedikit meminta banyak;
3. Melakukan kewajibannya karena takut;
4. Hanya ingat pada kepentingannya sendiri.
Terhadap orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu atas empat
alasan untuk dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat,
yaitu:
1. Ia menyebutkan persahabatan di masa lampau;
2. Ia menyebutkan persahabatan untuk masa yang akan datang;
3. Ia berusaha mendapatkan kesayangan seseorang dengan kata-kata
kosong;
4. Jika ada kesempatan untuk memberikan jasa kepada seseorang, ia
menyatakan tidak sanggup.
Terhadap orang penjilat ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:
1. Ia menyetujui hal-hal yang salah dan
2. Menjauhkan diri dari hal-hal yang baik;
3. Ia memuji engkau dihadapan seseorang dan
4. Bicara buruk tentang diri seseorang dihadapan orang lain.
Terhadap orang pemboros ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:
1. Ia menjadi kawanmu, jika engkau menyerah pada minuman keras;
2. Ia menjadi kawanmu, jika engkau berkeluyuran di jalanan pada waktu
yang tidak tepat;
3. Ia menjadi kawanmu, jika engkau mencari pertunjukan pentas dan
tempat-tempat pelesiran;
4. Ia menjadi kawanmu, jika engkau gemar berjudi."
Demikianlah sabda Sang Buddha.
Setelah bersabda demikian, kemudian bersabda pula:
"Sabahat yang selalu mencari sesuatu untuk diambil, sahabat-sahabat yang
ucapannya berbeda dengan perbuatannya, sahabat yang menjilat dan membuat
kamu senang dengan yang demikian. Kawan yang riang gembira dan dijalan
sesat. Empat ini adalah musuh-musuh.
Demikianlah, setelah mengenal, biarlah orang bijaksana menghindar jauh dari
mereka bagaikan jalan yang berbahaya dan menakutkan.
Ada empat jenis, duhai kepala keluarga yang muda belia, sahabat-sahabat yang
harus dipandang sebagai sahabat dengan berhati tulus:
1. Penolong;
2. Sahabat di waktu senang dan susah;
3. Sahabat yang memberi nasihat yang baik;
4. Sahabat yang simpati.
Atas empat dasar sahabat yang menolong harus dipandang sebagai sahabat yang
berhati tulus, yaitu:
1. Ia menjaga dirimu sewaktu kamu tidak siap;
2. Ia menjaga milikmu sewaktu engkau lengah;
3. Ia menjadi pelindungmu sewaktu engkau sedang ketakutan;
4. Jika engkau melakukan tugas, ia memberikan bekal dua kali lipat
(dari yang kamu perlukan).
Atas empat dasar sahabat di waktu senang dan susah yang harus dipandang
sebagai sahabat yagn berhati tulus, yaitu:
1. ia menceritakan rahasia-rahasia kepadamu;
2. ia tidak menceritakan rahasia itu kepada orang lain
3. didalam kesusahan ia tidak akan meninggalkanmu;
4. untuk membela dirimu, ia bersedia mengorbankan nyawanya.
Atas empat dasar sahabat yang menasihatkan apa yang harus engkau lakukan
sebagai yang berhati tulus, yaitu:
1. ia mencegah engkau berbuat salah;
2. ia menganjurkan engkau berbuat yang benar
3. ia memberitahukan apa yang belum pernah engkau dengar
4. ia tunjukkan padamu jalan ke surga.
Atas empat dasar sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus:
1. Ia tidak merasa senang atas kesusahanmu;
2. Ia merasa senang akan kejayaanmu;
3. Ia cegah orang lain bicara jelek tentang dirimu;
4. Ia sanjung setiap orang yang memuji dirimu."
Demikian sabda Sang Bhagava.
Setelah Sang Bhagava bersabda demikian, kemudian Sang Bhagava bersabda pula:
"Sahabat yang menjadi kawan penolong, sahabat pada waktu senang dan susah,
sahabat yang memberikan apa yang engkau butuhkan dan ia yang menggetar
dengan simpati untuk dirimu. Empat jenis sahabat ini adalah orang bijaksana
yang harus dikenal sebagai sahabat dan kepada empat sahabat ini ia harus
menyediakan dirinya bagikan seorang ibu terhadap anak kandungnya sendiri.
Orang bijaksana dan cerdas bercahaya bagaikan api yang berkobar-kobar. Ia
yang mengumpulkan kekayaannya dengan cara tidak merugikan (makhluk lain),
bagaikan kumbang yang menjelajah mengumpulkan madu, kekayaannya akan
bertumpuk-tumpuk bagaikan sarang semut yang semakin tinggi.
Dengan kekayaan yang diperoleh dengan cara demikian, seorang upasaka pantas
untuk suatu kehidupan berumah tangga. Ia membagi kekayaannya atas empat
bagian. Dengan demikian ia akan mendapat persahabatan.
Satu bagian untuk keperluannya sendiri,
Dua bagian untuk menjalankan usahanya.
Bagian keempat disimpan sebagai cadangan.
Dan cara bagaimanakah, duhai kepala keluarga yag muda belia, siswa yang
Ariya melindungi enam arah itu?
Keenam arah itu harus dipandang sebagai berikut:
1. Ibu dan ayah sebagai arah timur;
2. Para guru sebagai arah selatan;
3. Isteri dan anak sebagai arah barat;
4. Sahabat dan kawan sebagai arah utara;
5. Pelayan dan buruh sebagai arah bawah;
6. Petapa dan brahmana sebagai arah atas.
Dalam lima cara seorang anak memperlakuklan orang tuannya sebagai arah
timur:
1. Dahulu aku ditunjang oleh mereka, sekarang aku kaan menjadi
penunjang mereka.
2. Aku akan menjalankan kewajibanku terhadap mereka;
3. Aku akan pertahankan kehormatan keluargaku;
4. Aku akan mengurus warisanku;
5. Aku akan mengatur pemberian sesaji kepada sanak keluargaku yang
telah meninggal.
Dalam lima cara orang tua yang diperlalukan demikian, sebagai arah timur
menunjukkan kecintaan mereka kepada anak-anaknya:
1. Mereka mencegah ia berbuat kejahatan;
2. Mereka mendorong supaya ia berbuat baik;
3. Mereka melatih ia dalam suatu pekerjaan;
4. Mereka melaksanakan perkimpoian yang pantas bagi anaknya;
5. Dan menyerahkan warisan pada waktunya.
0