TS
shamfar
Akidah Ahlus Sunah Wal jamaah (Aswaja)
A'udzubillahis sami'il 'alim minasy syaithonir rojiim
Bismillahirrahamanirrahiim
Bismillahirrahamanirrahiim
Assalamu'alaikum warohmatulllahi wabarokatuh
Sebelumnya permisi buat momod tuk membuat trit ini.
permisi juga buat agan-agan penguhuni forspri.
nubie membuat trit ini bukan berarti dah mahir, tapi sama-sama belajar.
Isi trit ini sebagian besar di ambil dari buku karangan habib munzir yang berjudul kenali akidahmu.
Jika ada yang pertanyaan, kritikan atau tambahan mari kita diskusikan dengan akhlak yang baik
semoga bermanfaat,
salam
----------------------------------------------------------------------------------
1. Dimana Allah ?(Mengenai ayat Tasybih)
2. Mengenal Allah bag. 1
3. Mengenal Allah bag. 2
4. Mengenal Allah bag. 3
5. Keindahan Allah Subhanahu wa Ta'ala
6. Keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam
7. Tentang memajang foto para ulama
8. Tabarruk
9. Pribadi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alih wa sallam
10. Mimpi bertemu rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam (1)
11.Mimpi bertemu rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam (2)
12. Ruh Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam hadir saat maulid
13. Bagaimana kita terus shalat dan maksiat terus berjalan?
14. Pernikahan dengan dzurriyah rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam.
15. Akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam 1
16. Akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam 2
17. Akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam 3
18. Akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam 4
19. Akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam 5
20. Iman naik dan turun
21. 3 sifat yg merasakan lezatnya iman
22. Cinta Allah saja
23. nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai perantara cinta
24. Tawassul
25. AQIDATUL AWWAM ( Asy-Syeikh Ahmad Al Marzuqi Al Maliki ) (1) (2)
(bersambung)
Kisah-kisah:
1. Perindu Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam
2. Pendidikan salah satu dzurriyah rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam
3. Kekuatan Maaf Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Diubah oleh shamfar 04-06-2016 05:53
nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
350.4K
4K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.2KThread•2.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
shamfar
#291
Pendapat Imam Muhaddistin tentang Bid'ah
1. Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah (Imam Syafii)Berkata Imam Syafii bahwa bidah terbagi 2, yaitu Bidah Mahmudah (terpuji) dan Bidah Madzmumah (tercela), maka yang sejalan dengan sunnah maka ia terpuji, dan yang tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : inilah sebaik baik bidah. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)
2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yang berbunyi : seburuk - buruk permasalahan adalah hal yang baru, dan semua bidah adalah dhalalah (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bidatin dhalaalah), yang dimaksud adalah hal hal yang tidak sejalan dengan Alquran dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang
mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya (Shahih Muslim hadits No.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bidah yang baik dan bidah yang sesat. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)
3. Hujjatul Islam Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi)
Penjelasan mengenai hadits : Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya. Hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan - kebiasaan yang baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yang buruk, dan pada
hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : semua yang baru adalah Bidah, dan semua yang bidah adalah sesat, sungguh yang dimaksudkan adalah hal baru yang buruk dan bidah yang tercela. (Syarh Annawawi ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)
Dan berkata pula Imam Nawawi : Bahwa Ulama membagi bidah menjadi 5, yaitu bidah yang wajib, bidah yang mandub, bidah yang mubah, bidah yang makruh dan bidah yang haram.
Bidah yang wajib contohnya adalah mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan yang menentang kemungkaran. Contoh bidah yang mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku - buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren. Dan Bidah yang mubah adalah bermacam macam dari jenis makanan, dan Bidah makruh dan haram sudah jelas diketahui. Demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yang umum,
sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik - sebaiknya bidah. (Syarh Imam Nawawi ala Shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)
4. Al Hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah
Mengenai hadits Bidah Dhalalah ini bermakna Aammun Makhsush, (sesuatu yang umum yang ada pengecualiannya), seperti firman Allah : yang Menghancurkan segala sesuatu (QS. Al-Ahqaf : 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat: Sungguh telah Ku-pastikan ketentuan-Ku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya (QS. Assajdah : 13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh
musyrikin dan orang dhalim) atau hadits : aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).
2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yang berbunyi : seburuk - buruk permasalahan adalah hal yang baru, dan semua bidah adalah dhalalah (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bidatin dhalaalah), yang dimaksud adalah hal hal yang tidak sejalan dengan Alquran dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang
mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya (Shahih Muslim hadits No.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bidah yang baik dan bidah yang sesat. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)
3. Hujjatul Islam Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi)
Penjelasan mengenai hadits : Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya. Hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan - kebiasaan yang baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yang buruk, dan pada
hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : semua yang baru adalah Bidah, dan semua yang bidah adalah sesat, sungguh yang dimaksudkan adalah hal baru yang buruk dan bidah yang tercela. (Syarh Annawawi ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)
Dan berkata pula Imam Nawawi : Bahwa Ulama membagi bidah menjadi 5, yaitu bidah yang wajib, bidah yang mandub, bidah yang mubah, bidah yang makruh dan bidah yang haram.
Bidah yang wajib contohnya adalah mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan yang menentang kemungkaran. Contoh bidah yang mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku - buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren. Dan Bidah yang mubah adalah bermacam macam dari jenis makanan, dan Bidah makruh dan haram sudah jelas diketahui. Demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yang umum,
sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik - sebaiknya bidah. (Syarh Imam Nawawi ala Shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)
4. Al Hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah
Mengenai hadits Bidah Dhalalah ini bermakna Aammun Makhsush, (sesuatu yang umum yang ada pengecualiannya), seperti firman Allah : yang Menghancurkan segala sesuatu (QS. Al-Ahqaf : 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat: Sungguh telah Ku-pastikan ketentuan-Ku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya (QS. Assajdah : 13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh
musyrikin dan orang dhalim) atau hadits : aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).
0