TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
3.3K
Kutip
44
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•262Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#42
Quote:
Original Posted By mk6903►itu pas di perempatan kirain udah berhasil keluar, eh ternyata masih didalem gedung toh
anyway, idenya bagus menurut ane, penceritaannya lumayan enak, cuma ada beberapa typo sih
terus ane request detailnya lebih dijelasin, biar enak bayanginnya
sama kalo bisa kosakatanya ditambah, soalnya rasanya ada kata-kata yang diulang2
nice fanfic gan, lanjutkan!
anyway, idenya bagus menurut ane, penceritaannya lumayan enak, cuma ada beberapa typo sih
terus ane request detailnya lebih dijelasin, biar enak bayanginnya
sama kalo bisa kosakatanya ditambah, soalnya rasanya ada kata-kata yang diulang2
nice fanfic gan, lanjutkan!
Hmm, mohon maaf soal typonya, saya harap bisa saya bereskan dengan segera... (Dogeza)^^"
Untuk detilnya, dari sini kesananya akan di tambah deh... Wait, what?
Okay, forget it...
Btw, thx comennya gan...
Dan (akhirnya) to the next chapter!
Spoiler for Life : Game Not Real:
Hanya di dalam mimpimu saja kau dapat membunuhku manusia! kata wanita itu seraya mengeluarkan spellcard dari sakunya.
Fire Sign Hells Fire Storm! teriak wanita itu sambil mengacungkan spellcardnya.
Tiba-tiba langit menjadi berawan. Namun awan itu terlihat merah dan suasana terasa menjadi lebih panas.
Dia ternyata memiliki spellcard juga. Aku yakin ini piker Sanae, namun beberapa saat kemudian gemuruh dari atas awan membuyarkan pikirannya.
Dari atas awan tiba-tiba keluar bola-bola api yang jatuh kearah yang acak. Ada yang mengarah ke gedung sebelah universitas itu, ada yang ke jalan, dan banyak juga yang jatuh mengarah kearah Sanae.
Baiklah kalau begitu. Miracle Miracle of Fafrotskies! kata Sanae sambil mengambil beberapa omikuji dan melemparkannya ke langit.
Saat omikuji itu bersentuhan dengan bola-bola api itu, bola-bola api itu meledak menjadi butiran-butiran air yang menghujani mereka. Beberapa yang jatuh di atap dari universitas itu berubah menjadi katak yang terbuat dari air dan banyak sekali.
Kau adalah naga api yang banyak di temukan di banyak game RPG yang dulu pernah aku mainkan! Dan sepanjang yang aku temui, kelemahanmu adalah air, jadi kekuatan air ini pasti akan melemahkanmu! kata Sanae dengan semangat.
Heh, ternyata. Kau kira air ini akan membunuhku? katanya menantang.
Ingatlah ini kau manusia keras kepala! Aku ini adalah Rexa! Jelamaan dari naga yang terpendam selama tiga ribu tahun di bawah bumi ini! Aku pernah melawan banyak orang, penyihir, dan youkai lain dengan kekuatanku sendiri, namun, aku tersegel oleh karena youkai tua itu. Namun sekarang, aku telah di bebaskan! Aku akan menuntut balas dari apa yang seharusnya sudah aku dapat dari dulu kala! lanjutnya dengan suara yang keras.
Sanae hanya diam melihat Rexa. Hanya melihatnya dari ujung sepatu kets yang berwarna merah, celana jeans biru yang panjang, baju merah dengan garis biru horizontal, sampai ke rambutnya yang di cukur pendek seperti Aya dan berwarna merah tua.
Kenapa? Kau takut? kata Rexa menantang.
Sanae hanya menunjuk kearah bawah sepatunya Rexa. Lalu saat Rexa melihat kearah sepatunya, sudah berdiri seekor katak yang terbuat dari air itu. Katak itu melihat Rexa dan Saat melihat Sanae lagi, dia sedang melambaikan tangannya seperti ingin mengucapkan selamat tinggal dengan muka yang datar.
Cih kata Rexa dan katak yang terbuat dari air itu pun meledak.
Lalu banyak katak yang melompat kearah ledakan air itu dan ikut meledak menjadi rintik air yang kecil-kecil. Namun, belum sampai habis semua katak itu melompat kearah Rexa, dia tertawa terbahak-bahak dari dalam ledakan itu.
Hahahaha!!! Hanya ini?! Aku harap aku dapat membunuhmu sekarang juga, namun aku kira, sekarang bukan saat yang tepat. Hahaha, aku harus cepat ke prosesi itu sebelum terlambat. Ingatlah hal ini kau manusia keras kepala! Rexa akan membunuhmu! Hahaha!!! katanya sambil melompat dari pusat ledakan itu.
Sepasang sayap naga berwarna hitam muncul dari belakang punggungnya lalu Rexa melempar pisau yang dia pengang di tangan kirinya ke arah Sanae. Pisau itu semakin lama semakin di selubungi oleh api yang berbentuk ular raksasa yang hendak menelan Sanae. Namun beberapa katak yang terbuat dari air yang masih tersisa melompat kearah ular itu dan menyusutkannya hingga tiada dan tinggal pisau saja yang tersisa. Lalu Sanae menangkap pisau itu dengan tangan kanannya sambil di lihatnya Rexa yang berubah kembali menjadi seekor naga raksasa berwarna merah. Menjauh dari pandangannya hingga tiada.
Aku kata Sanae sambil menatap lantai.
Katanya terputus di damping oleh hujan yang turun rintik-rintik. Api yang membakar banyak gedung, rumah, dan jalan pun reda secara perlahan.
Aku masih kurang kata Sanae lagi.
Dia pun rebah ke lantai atap itu dan mulai menangis.
Huaa Aku masih kurang level!!! Huaaaa!!! teriaknya sambil kembali menangis.
Semua orang di universitas itu pun hanya dapat menyaksikan kesedihan Sanae dari depan pintu menuju atap di universitas itu tanpa mengetahui apa maksud dari perkataan Sanae itu. Sungguh tragis...
Fire Sign Hells Fire Storm! teriak wanita itu sambil mengacungkan spellcardnya.
Tiba-tiba langit menjadi berawan. Namun awan itu terlihat merah dan suasana terasa menjadi lebih panas.
Dia ternyata memiliki spellcard juga. Aku yakin ini piker Sanae, namun beberapa saat kemudian gemuruh dari atas awan membuyarkan pikirannya.
Dari atas awan tiba-tiba keluar bola-bola api yang jatuh kearah yang acak. Ada yang mengarah ke gedung sebelah universitas itu, ada yang ke jalan, dan banyak juga yang jatuh mengarah kearah Sanae.
Baiklah kalau begitu. Miracle Miracle of Fafrotskies! kata Sanae sambil mengambil beberapa omikuji dan melemparkannya ke langit.
Saat omikuji itu bersentuhan dengan bola-bola api itu, bola-bola api itu meledak menjadi butiran-butiran air yang menghujani mereka. Beberapa yang jatuh di atap dari universitas itu berubah menjadi katak yang terbuat dari air dan banyak sekali.
Kau adalah naga api yang banyak di temukan di banyak game RPG yang dulu pernah aku mainkan! Dan sepanjang yang aku temui, kelemahanmu adalah air, jadi kekuatan air ini pasti akan melemahkanmu! kata Sanae dengan semangat.
Heh, ternyata. Kau kira air ini akan membunuhku? katanya menantang.
Ingatlah ini kau manusia keras kepala! Aku ini adalah Rexa! Jelamaan dari naga yang terpendam selama tiga ribu tahun di bawah bumi ini! Aku pernah melawan banyak orang, penyihir, dan youkai lain dengan kekuatanku sendiri, namun, aku tersegel oleh karena youkai tua itu. Namun sekarang, aku telah di bebaskan! Aku akan menuntut balas dari apa yang seharusnya sudah aku dapat dari dulu kala! lanjutnya dengan suara yang keras.
Sanae hanya diam melihat Rexa. Hanya melihatnya dari ujung sepatu kets yang berwarna merah, celana jeans biru yang panjang, baju merah dengan garis biru horizontal, sampai ke rambutnya yang di cukur pendek seperti Aya dan berwarna merah tua.
Kenapa? Kau takut? kata Rexa menantang.
Sanae hanya menunjuk kearah bawah sepatunya Rexa. Lalu saat Rexa melihat kearah sepatunya, sudah berdiri seekor katak yang terbuat dari air itu. Katak itu melihat Rexa dan Saat melihat Sanae lagi, dia sedang melambaikan tangannya seperti ingin mengucapkan selamat tinggal dengan muka yang datar.
Cih kata Rexa dan katak yang terbuat dari air itu pun meledak.
Lalu banyak katak yang melompat kearah ledakan air itu dan ikut meledak menjadi rintik air yang kecil-kecil. Namun, belum sampai habis semua katak itu melompat kearah Rexa, dia tertawa terbahak-bahak dari dalam ledakan itu.
Hahahaha!!! Hanya ini?! Aku harap aku dapat membunuhmu sekarang juga, namun aku kira, sekarang bukan saat yang tepat. Hahaha, aku harus cepat ke prosesi itu sebelum terlambat. Ingatlah hal ini kau manusia keras kepala! Rexa akan membunuhmu! Hahaha!!! katanya sambil melompat dari pusat ledakan itu.
Sepasang sayap naga berwarna hitam muncul dari belakang punggungnya lalu Rexa melempar pisau yang dia pengang di tangan kirinya ke arah Sanae. Pisau itu semakin lama semakin di selubungi oleh api yang berbentuk ular raksasa yang hendak menelan Sanae. Namun beberapa katak yang terbuat dari air yang masih tersisa melompat kearah ular itu dan menyusutkannya hingga tiada dan tinggal pisau saja yang tersisa. Lalu Sanae menangkap pisau itu dengan tangan kanannya sambil di lihatnya Rexa yang berubah kembali menjadi seekor naga raksasa berwarna merah. Menjauh dari pandangannya hingga tiada.
Aku kata Sanae sambil menatap lantai.
Katanya terputus di damping oleh hujan yang turun rintik-rintik. Api yang membakar banyak gedung, rumah, dan jalan pun reda secara perlahan.
Aku masih kurang kata Sanae lagi.
Dia pun rebah ke lantai atap itu dan mulai menangis.
Huaa Aku masih kurang level!!! Huaaaa!!! teriaknya sambil kembali menangis.
Semua orang di universitas itu pun hanya dapat menyaksikan kesedihan Sanae dari depan pintu menuju atap di universitas itu tanpa mengetahui apa maksud dari perkataan Sanae itu. Sungguh tragis...
0
Kutip
Balas