TS
ucokberingas
[kumpulan cerita] Ucokberingas Present ...
Thread ini adalah thread kumpulan one-shot orific/fanfic karya Ucokberingas. silahkan dinikmati
#2[fanfic danshi koukousei no nichijou] high school student and lil sis' room
genre: comedy, family
#9[flashback fanfic nichibros dari lala4jach] Birthday Broken Tears
#13 #14[fantasy fiesta 2012] Hati Jeremy
genre: fantasy
#30 [short fic] Tengah Malam
genre: ? (gak tau masuk genre apa)
* # = nomor posting bukan nomor urutan
Spoiler for index:
#2[fanfic danshi koukousei no nichijou] high school student and lil sis' room
genre: comedy, family
#9[flashback fanfic nichibros dari lala4jach] Birthday Broken Tears
#13 #14[fantasy fiesta 2012] Hati Jeremy
genre: fantasy
#30 [short fic] Tengah Malam
genre: ? (gak tau masuk genre apa)
* # = nomor posting bukan nomor urutan
Quote:
0
3K
Kutip
51
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•261Anggota
Tampilkan semua post
TS
ucokberingas
#1
[fanfic-nichibros] High school students and lil'sis' room
Hidenori menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Seperti biasa sepulang sekolah, dia, Yoshitake dan Tadakuni nongkrong di rumah Tadakuni.
Hidenori lalu membalikan badan "Hey Tadakuni bagaimana kalau kita kekamar adikmu?"
"Lu gila apa? lu mau dipanggang hidup-hidup HAH?!" Jawab Tadakuni ketakutan.
"Weis santai, bro. Lu tau gak kenapa kita gak pernah dapet cewek??" balas Hidenori.
"YOSHITAKE!!" Lanjut Hidenori sambil menunjuk teman berambut pirangnya.
"Karena kita homo?" Jawab Yoshitake.
Pukulan combo Hidenori tadakuni melayang keras ke arah wajah Yoshitake.
"Ngomong dijaga, jing.. lu apa ga muak liat fan-art kita mayoritas berbau Yaoi semua?!" Kata Hidenori geram.
Hidenori menghela nafas dan memperbaiki letak kacamatanya "kembali ke topik".
"Kenapa... kita tidak pernah mendapat cewek.." Lanjutnya.
"KARENA KITA TIDAK TAHU ISI PIKIRAN WANITA!!!"
Jawaban membara Hidenori spontan membuat kedua temannya terdiam tanpa kata. Kata kata Hidenori menggaung untuk beberapa saat.
"Oleh sebab itu.. Kita bisa mengerti wanita jika kita mengetahui isi kamar mereka." Lanjut Hidenori sambil memandang Tadakuni.
Tadakuni yang mengerti maksud Hidenori langsung menimpali "Yah tapi.. sebagai kakaknya sendiri saya gak pernah masuk ke kam..."
"Yak sudah diputuskan kalo kita akan 'mengerayangi' kamar si adik!!!" Potong Yoshitake yang sudah memimpin keluar ruangan diikuti oleh Hidenori.
"Apa kita rekam sekalian??" Tanya Hidenori.
"KALIAN!!!!" Kata Tadakuni mengejar kedua temannya.
Ketiga anak SMA itu telah sampai di depan kamar adiknya Tadakuni. Mereka memandangi pintu coklat dihadapan mereka. Mereka tidak bisa melepas pandangan mereka dari stiker 'KEEP OUT' berukuran besar yang tertempel di pintu. Mereka lalu melihat tulisan kecil di bawah tanda 'KEEP OUT', 'terutama kalian mahluk bodoh!!'. Hidenori dan Yoshitake saling pandang untuk beberapa saat lalu mereka berduapun mengangguk pelan, sedangkan Tadakuni hanya diam melihat kelakuan kedua temannya.
Hidenori memegang knop pintu lalu menelan ludah. Di hatinya muncul benih keraguan yang membuat otot-otot tangannya sulit untuk memutar engsel pintu metalik yang telah digenggamnya. Ia tahu hal apa yang akan terjadi jika dirinya tertangkap basah membuka pintu terlarang ini. Tapi.. Rasa keingin tahuan di bagian terdalam otaknya memberikan dorongan untuk melanjutkan misi suci yang diembat dirinya.
"Inilah saatnya... tuan-tuan.. salah satu rahasia dunia... akan terungkap"
Sedikit demi sedikit pintu kamar adik tadakuni terbuka. dan sebuah sinar memancar terang dari dalam.
Kamar adik tadakuni terlihat seperti kamar anak SMA pada umumnya. Tembok berwarna putih dengan sebuah jendela di depan meja belajar, beberapa buku berserakan di lantai dan selimut yang belum dilipat. Sisanya hanya tempat tidur, meja belajar, lemari pakaian, dan satu lemari kayu besar di ujung kamar. Hidenori, Yoshitake, dan Tadakuni tampak sedikit kecewa dengan kamar adiknya Tadakuni.
Hidenori lalu memberikan sinyal kepada teman-temannya untuk berpencar. Hidenori akan menggledah meja belajar, Yoshitake menggledah lemari pakaian, dan Tadakuni lemari kayu besar. Dengan tenang merekapun berpencar.
Hidenori memeriksa kolong meja belajar adik tadakuni, Yoshitake membuka lemari pakaian adik tadakuni, dan Tadakuni sendiri hanya duduk di tempat tidur sambil melihat sekeliling. Tadakuni tersenyum kecil melihat sebuah boneka kelinci hitam di atas lemari pakaian adiknya. Ia ingat boneka itu. Boneka yang pernah ia berikan kepada adiknya saat adiknya dirawat di rumah sakit.
"Hey Tadakuni.. Yoshitake" Hidenori memanggil kedua temannya.
"Apa?" balas Tadakuni sambil mendekati Hidenori disusul dengan Yoshitake.
Hidenori berbalik dan memperlihatkan sesuatu kepada Tadakuni.
"H..... H.... Handgun??!!! Bagaimana bisa adikmu memiliki handgun??!!!" Teriak Yoshitake gemetar.
Hidenori gemetaran memegang handgun itu. "A.... Apakah a.. adikmu seorang assasin??" Tanya Hidenori.
"Gak mungkin lah!!! punya background apa dia bisa jadi assasin" Timpal Tadakuni.
"agen rahasia berarti" Yoshitake berpikir.
Tadakuni menggeleng.
"Cuma airsoftgun" kata Tadakuni datar.
"BILANG DARI TADI!!!!!"
Hidenori lalu meletakan kembali handgun tersebut. Sebenarnya dia sedikit heran dengan handgun itu tapi dia enggan untuk bertanya lebih lanjut.
"Yak.. Yoshitake apa yang kau temukan?" Tanya Hidenori.
"Pantsu... a lot of pantsu" jawabnya mantap sambil mengacungkan jempol.
Mereka bertiga diam untuk beberapa saat. Ketiga siswa SMA itu diam untuk beberapa saat. Sebagian dari diri mereka ingin bermain dengan benda tersebut tapi sebagian dari diri mereka masih ingin melanjutkan misi mereka.
Hidenori lalu memecahkan suasana hening tersebut dengan bertanya kepada Tadakuni "Jadi apa yang temukan??"
Tadakuni menggeleng tanda tak ada.
"Apa maksudnya tak ada?? kau belum membuka lemarinya kan??" Kata Hidenori kesal sambil berjalan ke arah lemari kayu besar "Biar aku yang membuka" Hidenori memandang lemari kayu tersebut. Ukuran lemari itu lebih besar dan tampak lebih tua dari Hidenori.
Hidenori lalu membuka pintu lemari besar tersebut. Yoshitake dan Tadakuni ikut mengintip apa yang ada di dalam lemari tersebut. Mereka bertiga terkejut melihat apa yang ada di dalam lemari tersebut.
Pintu kamar adik Tadakuni tertutup pelan. Tadakuni dan teman-temannya melihat ke arah pintu kamar dan terkejut dengan siapa yang menutup kamar. Seorang gadis berambut coklat twintail yang mereka kenal. Gadis itu diam menatap mereka.
"loh.. kalian ada dikamarku ya??" Kata gadis itu.
"ADIKNYA TADAKUNI!!!!" Kata Hidenori.
Pintu melarikan diri mereka sekarang dihadang oleh gadis-yang-tidak-boleh-disebut-namanya dan mereka sadar kalau gadis di depan mereka itu sudah siap untuk membunuh mereka secara harfiyah. Mereka juga tahu cara diplomatis tidak akan mengurangi hukuman yang akan mereka terima.
Ketiga cowok SMA itu diam di tempat. Keringat mengalir di wajah mereka. Aura dingin menyesakkan memenuhi kamar tersebut. Sang pemilik kamar terlihat santai namun terlihat mematikan bagi ketiga siswa SMA itu.
Hidenori memandang Yoshitake. Mereka memandang untuk beberapa detik lalu mereka berdua mengangguk. Secepat kilat, Hidenori dan Yoshitake berlari dan melompat menerobos keluar melalui jendela. Meninggalkan tadakuni sendirian dengan adiknya.
"Brengsek!!" Tadakuni mengutuk kedua temanya.
Adik tadakuni menjatuhkan tasnya lalu berjalan perlahan ke arah Tadakuni. Tadakuni mundur ketakutan. Bulir-bulir keringat berjatuhan dari dahinya.
"Sebentar.. i.. ini tidak seperti yang kau kira kok" Kata tadakuni membela diri.
Adik Tadakuni semakin mendekat. Tadakuni mundur selangkah dan dia dapat merasakan punggungnya bersentuhan dengan tembok. Tidak bisa mundur lagi.
Adik Tadakuni makin mendekat.
Tadakuni dapat merasakan kematiannya semakin dekat. Bulir-bulir keringat jatuh satu persatu dari dahinya.
Adik Tadakuni mendekat.
Lalu ia menutup lemari besar yang tadi di buka Hidenori. Adik tadakuni diam sambil menunduk menghadap ke lemari besar sedangkan Tadakuni masih diam di dekat tembok.
Mereka berdua diam untuk beberapa waktu. Tadakuni menjadi sedikit heran.
"......"
"Apa?" tanya Tadakuni ketika merasa mendengar adiknya mengatakan sesuatu.
"K... kau Harus bertanggung jawab!!" Kata Adiknya masih menundukan kepala sambil menghadap ke lemari besar.
Tadakuni bingung mendengarkan perkataan adiknya.
"K... kau sudah melihat isi lemari itu kan?" Tanya sang adik.
Sang kakak mengangguk.
Lemari besar tersebut berisi tumpukan buku komik, berkotak-kotak box figure, DVD/BD, dan beberapa poster anime bertema imouto.
post pertamax di trit ini silahkan dinikmati
Quote:
petualangan Hidenori, Tadakuni dan Yoshitake dalam mengungkap rahasia kamar adiknya Tadakuni
Spoiler for high school student and lil'sis' room:
Hidenori menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Seperti biasa sepulang sekolah, dia, Yoshitake dan Tadakuni nongkrong di rumah Tadakuni.
Hidenori lalu membalikan badan "Hey Tadakuni bagaimana kalau kita kekamar adikmu?"
"Lu gila apa? lu mau dipanggang hidup-hidup HAH?!" Jawab Tadakuni ketakutan.
"Weis santai, bro. Lu tau gak kenapa kita gak pernah dapet cewek??" balas Hidenori.
"YOSHITAKE!!" Lanjut Hidenori sambil menunjuk teman berambut pirangnya.
"Karena kita homo?" Jawab Yoshitake.
Pukulan combo Hidenori tadakuni melayang keras ke arah wajah Yoshitake.
"Ngomong dijaga, jing.. lu apa ga muak liat fan-art kita mayoritas berbau Yaoi semua?!" Kata Hidenori geram.
Hidenori menghela nafas dan memperbaiki letak kacamatanya "kembali ke topik".
"Kenapa... kita tidak pernah mendapat cewek.." Lanjutnya.
"KARENA KITA TIDAK TAHU ISI PIKIRAN WANITA!!!"
Jawaban membara Hidenori spontan membuat kedua temannya terdiam tanpa kata. Kata kata Hidenori menggaung untuk beberapa saat.
"Oleh sebab itu.. Kita bisa mengerti wanita jika kita mengetahui isi kamar mereka." Lanjut Hidenori sambil memandang Tadakuni.
Tadakuni yang mengerti maksud Hidenori langsung menimpali "Yah tapi.. sebagai kakaknya sendiri saya gak pernah masuk ke kam..."
"Yak sudah diputuskan kalo kita akan 'mengerayangi' kamar si adik!!!" Potong Yoshitake yang sudah memimpin keluar ruangan diikuti oleh Hidenori.
"Apa kita rekam sekalian??" Tanya Hidenori.
"KALIAN!!!!" Kata Tadakuni mengejar kedua temannya.
Ketiga anak SMA itu telah sampai di depan kamar adiknya Tadakuni. Mereka memandangi pintu coklat dihadapan mereka. Mereka tidak bisa melepas pandangan mereka dari stiker 'KEEP OUT' berukuran besar yang tertempel di pintu. Mereka lalu melihat tulisan kecil di bawah tanda 'KEEP OUT', 'terutama kalian mahluk bodoh!!'. Hidenori dan Yoshitake saling pandang untuk beberapa saat lalu mereka berduapun mengangguk pelan, sedangkan Tadakuni hanya diam melihat kelakuan kedua temannya.
Hidenori memegang knop pintu lalu menelan ludah. Di hatinya muncul benih keraguan yang membuat otot-otot tangannya sulit untuk memutar engsel pintu metalik yang telah digenggamnya. Ia tahu hal apa yang akan terjadi jika dirinya tertangkap basah membuka pintu terlarang ini. Tapi.. Rasa keingin tahuan di bagian terdalam otaknya memberikan dorongan untuk melanjutkan misi suci yang diembat dirinya.
"Inilah saatnya... tuan-tuan.. salah satu rahasia dunia... akan terungkap"
Sedikit demi sedikit pintu kamar adik tadakuni terbuka. dan sebuah sinar memancar terang dari dalam.
Kamar adik tadakuni terlihat seperti kamar anak SMA pada umumnya. Tembok berwarna putih dengan sebuah jendela di depan meja belajar, beberapa buku berserakan di lantai dan selimut yang belum dilipat. Sisanya hanya tempat tidur, meja belajar, lemari pakaian, dan satu lemari kayu besar di ujung kamar. Hidenori, Yoshitake, dan Tadakuni tampak sedikit kecewa dengan kamar adiknya Tadakuni.
Hidenori lalu memberikan sinyal kepada teman-temannya untuk berpencar. Hidenori akan menggledah meja belajar, Yoshitake menggledah lemari pakaian, dan Tadakuni lemari kayu besar. Dengan tenang merekapun berpencar.
Hidenori memeriksa kolong meja belajar adik tadakuni, Yoshitake membuka lemari pakaian adik tadakuni, dan Tadakuni sendiri hanya duduk di tempat tidur sambil melihat sekeliling. Tadakuni tersenyum kecil melihat sebuah boneka kelinci hitam di atas lemari pakaian adiknya. Ia ingat boneka itu. Boneka yang pernah ia berikan kepada adiknya saat adiknya dirawat di rumah sakit.
"Hey Tadakuni.. Yoshitake" Hidenori memanggil kedua temannya.
"Apa?" balas Tadakuni sambil mendekati Hidenori disusul dengan Yoshitake.
Hidenori berbalik dan memperlihatkan sesuatu kepada Tadakuni.
"H..... H.... Handgun??!!! Bagaimana bisa adikmu memiliki handgun??!!!" Teriak Yoshitake gemetar.
Hidenori gemetaran memegang handgun itu. "A.... Apakah a.. adikmu seorang assasin??" Tanya Hidenori.
"Gak mungkin lah!!! punya background apa dia bisa jadi assasin" Timpal Tadakuni.
"agen rahasia berarti" Yoshitake berpikir.
Tadakuni menggeleng.
"Cuma airsoftgun" kata Tadakuni datar.
"BILANG DARI TADI!!!!!"
Hidenori lalu meletakan kembali handgun tersebut. Sebenarnya dia sedikit heran dengan handgun itu tapi dia enggan untuk bertanya lebih lanjut.
"Yak.. Yoshitake apa yang kau temukan?" Tanya Hidenori.
"Pantsu... a lot of pantsu" jawabnya mantap sambil mengacungkan jempol.
Mereka bertiga diam untuk beberapa saat. Ketiga siswa SMA itu diam untuk beberapa saat. Sebagian dari diri mereka ingin bermain dengan benda tersebut tapi sebagian dari diri mereka masih ingin melanjutkan misi mereka.
Hidenori lalu memecahkan suasana hening tersebut dengan bertanya kepada Tadakuni "Jadi apa yang temukan??"
Tadakuni menggeleng tanda tak ada.
"Apa maksudnya tak ada?? kau belum membuka lemarinya kan??" Kata Hidenori kesal sambil berjalan ke arah lemari kayu besar "Biar aku yang membuka" Hidenori memandang lemari kayu tersebut. Ukuran lemari itu lebih besar dan tampak lebih tua dari Hidenori.
Hidenori lalu membuka pintu lemari besar tersebut. Yoshitake dan Tadakuni ikut mengintip apa yang ada di dalam lemari tersebut. Mereka bertiga terkejut melihat apa yang ada di dalam lemari tersebut.
Pintu kamar adik Tadakuni tertutup pelan. Tadakuni dan teman-temannya melihat ke arah pintu kamar dan terkejut dengan siapa yang menutup kamar. Seorang gadis berambut coklat twintail yang mereka kenal. Gadis itu diam menatap mereka.
"loh.. kalian ada dikamarku ya??" Kata gadis itu.
"ADIKNYA TADAKUNI!!!!" Kata Hidenori.
Pintu melarikan diri mereka sekarang dihadang oleh gadis-yang-tidak-boleh-disebut-namanya dan mereka sadar kalau gadis di depan mereka itu sudah siap untuk membunuh mereka secara harfiyah. Mereka juga tahu cara diplomatis tidak akan mengurangi hukuman yang akan mereka terima.
Ketiga cowok SMA itu diam di tempat. Keringat mengalir di wajah mereka. Aura dingin menyesakkan memenuhi kamar tersebut. Sang pemilik kamar terlihat santai namun terlihat mematikan bagi ketiga siswa SMA itu.
Hidenori memandang Yoshitake. Mereka memandang untuk beberapa detik lalu mereka berdua mengangguk. Secepat kilat, Hidenori dan Yoshitake berlari dan melompat menerobos keluar melalui jendela. Meninggalkan tadakuni sendirian dengan adiknya.
"Brengsek!!" Tadakuni mengutuk kedua temanya.
Adik tadakuni menjatuhkan tasnya lalu berjalan perlahan ke arah Tadakuni. Tadakuni mundur ketakutan. Bulir-bulir keringat berjatuhan dari dahinya.
"Sebentar.. i.. ini tidak seperti yang kau kira kok" Kata tadakuni membela diri.
Adik Tadakuni semakin mendekat. Tadakuni mundur selangkah dan dia dapat merasakan punggungnya bersentuhan dengan tembok. Tidak bisa mundur lagi.
Adik Tadakuni makin mendekat.
Tadakuni dapat merasakan kematiannya semakin dekat. Bulir-bulir keringat jatuh satu persatu dari dahinya.
Adik Tadakuni mendekat.
Lalu ia menutup lemari besar yang tadi di buka Hidenori. Adik tadakuni diam sambil menunduk menghadap ke lemari besar sedangkan Tadakuni masih diam di dekat tembok.
Mereka berdua diam untuk beberapa waktu. Tadakuni menjadi sedikit heran.
"......"
"Apa?" tanya Tadakuni ketika merasa mendengar adiknya mengatakan sesuatu.
"K... kau Harus bertanggung jawab!!" Kata Adiknya masih menundukan kepala sambil menghadap ke lemari besar.
Tadakuni bingung mendengarkan perkataan adiknya.
"K... kau sudah melihat isi lemari itu kan?" Tanya sang adik.
Sang kakak mengangguk.
Lemari besar tersebut berisi tumpukan buku komik, berkotak-kotak box figure, DVD/BD, dan beberapa poster anime bertema imouto.
post pertamax di trit ini silahkan dinikmati
0
Kutip
Balas