TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#40
Spoiler for Naive : What a Close Call (2):
Lalu mereka pun melewati perempatkan itu denngan mengambil jalan yang lurus, namun saat mereka berada di tengah perempatan itu, seseorang menembakan pelurunya dari belakang. Marisa pun melihat ke belakang dan melihat penembak itu, sementara Nitori melihat ke depan dan ingin berteriak karena ada orang yang sedang mengarahkan Bazookanya ke arah mereka.
"Marisa! Kita tidak bisa la..." kata Nitori namun tiba-tiba saat ia berbicara demikian, peluru dari Bazooka itu di tembakan ke arah mereka.
"Sial! Mengeluarkan kartu di saat seperti ini tidak akan bisa berhasil karena waktunya sedikit!" pikir Marisa.
dan tepat saat itu juga, seseorang dari persimpangan sebelah kanan mengankan tangannya dan dinding besi keluar dari dalam tanah melingkupi mereka.
"Hah?! Kenapa gelap di sini? Apa kita sudah mati?!" tanya Nitori dengan khawatir.
"Kita sedang dilindungi. Tenang saja." sahut Marisa.
Tidka berapa lama besi yang melingkupi mereka pun merekah dan terlihatlah di depan mereka dua orang yang menolong mereka.
"Hah, kamu sangat sembrono saat pergi kemanapun." kata orang itu yang sedang memegang buku di tangannya.
"Hahaha, Memang begitulah aku, Patchy." kata Marisa.
Kedua orang itu pun berbalik dan melihat mereka. Ya, Patchouli dan Koakuma sedang berdiri di depan mereka.
"Kalau Patchouli-sama tidak datang tepat waktu, mungkin kalian sudah bercampur dengan tanah." kata Koakuma.
"Haha, baiklah. Tapi sekarang kita harus pergi dari tempat ini, segera!" kata Marisa.
"Kalau begitu kita keluar lewat sini!" kata Patchouli sambil menunjuk ke tembok di samping kanannya.
"Lewat...situ?" tanya Nitori bingung.
"Jika kamu tidak tahu apa maksudnya, maka sekarang mundur dan pelajari bagaimana cara untuk kabur paling mutakhir dan selalu berhasil." kata Marisa sambil mengarahkan mini-hakkeronya ke arah tembok itu sambil mengeluarkan spellcardnya dari kantungnya lagi.
"Mastaaaah SPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARK!!!!" teriaknya sambil menembakan laser super besar itu ke arah tembok itu.
Tembok itu pun langsung runtuh dan terciptalah lubang besar menuju cahaya putih di depan mereka.
"Itu pasti jalan keluarnya!" kata Nitori sambil berlari ke arah cahaya itu.
Semua pun mengikuti dan Patchouli merasa ada sesuatu yangg aneh.
"Jika ini jalan keluarnya...maka seharusnya cahaya itu semakin lama semakin pudar. Tapi... warna ini...merah... Oh tidak! Berhenti semua!" kata Patchouli yang akhirnya menyadari apa yang terjadi.
"Marisa! Apa kamu melihat benda aneh tadi? dan dari mana itu?" tanya Patchouli dengan khawatir.
"Oh! Iya! Benda besar yang sama seperti yang aku tumpangi waktu pergi ke bulan! Namun ini lebih ramping dan..." kata Marisa.
"Ramping? Ada tanda bahaya di pintu itu? Bulat berwarna kuningkah?" potong Patchouli katanya sambil merasa lebih khawatir.
s"Oh! Iya. Tanda kuning ituu! Lingkaran dan..."
"SEMUA KE ARAH YANG BERLAWANAN! CEPAT! ATAU KITA AKAN TERBAKAR DENGAN SEMUA BARANG-BARANG DI SINI!" kata Patchouli yang langsung berlari ke arah yang berlawanan.
Lalu Marisa melihat ke belakang dan dia teringat akan spellcard milik Okuu dan menyadari apa yang terjadi saat itu. Jadi dia pun segera naik ke atas sapunya dan menyuruh semua orang untuk segera ikut naik walaupun berdesakkan. Lalu Marisa pun mengeluarkan satu spellcardnya lagi.
"Aku tidak mengharapkan untuk mengeluarkan banyak spellcard hari ini, namun ini terpaksa jadi pengangan yang erat! Comet "Blazing Star"!!!" teriak Marisa sambil memegang erat sapu terbangnya.
Lalu Sapu itu bercahaya biru dan dari belakangnya mulai keluar cahaya biru terang dan bintang-bintang kecil.
"Ayooo..... MELUNCUUUUR!!!!!" teriak Marisa lagi.
Dan tiba-tiba mereka melaju dengan kecepatan yang luar biasa cepatnya menuju ke arah depan. Dan mereka pun menerobos semua tembok yang menghadang beserta semua di depan yang menghalangi. Bahkan ada orang yang menembak pun tidak bisa mengenai mereka karena kecepatan mereka yang luar biasa dan suatu barrier berwarna biru yang melingkupi mereka serta danmakku bintang yang keluar dari belakang sapu itu yang tersebar ke mana-mana.
"Ma...Marisa....san....apa...kamu.....yakin...ini aman....?!" kata Koakuma sambil ketakutan dan memegang erat batang sapu itu.
"Aku belum pernah spellbreak saat aku menggunakan spell ini jadi pegangan saja yang erat dan kita lihat apa yang akan terjadi!" teriak Marisa.
Yang bisa mereka lihat hanya garis-garis putih, bintang, barrier biru, dan pemandangan bllur yang ada di depan mereka. Sampai beberapa detik kemudian mereka pun melihat kotak berwarna cokelat di depan mereka.
"Itu pasti pintunya!" teriak Nitori.
Lalu mereka pun menabrak pintu itu dan terlihat garis vertikal berwarna hijau. Dan mereka pun menabrak benda itu lagi lalu kecepatan sapu mereka melambat dan semakin melambat sampai mereka mengapung di atas laut. Mereka pun menyadari bahwa mereka tadi berada di suatu pulau kecil dan tempat itu berada di ujung dari pulau itu.
"Akhirnya... Kita keluar juga..." ujar Patchouli lega.
"I...iya.....i...i....iya....." kata Koakuma tergagap-gagap karena ketakutan.
"Baiklah kalau begitu, sekarang kita berada di....." kata Nitori sambil mengeluarkan sesuatu yang mirip dengan buku dari ranselnya.
"Jauh dari Jepang..." lanjutnya sambil melihat kekejauhan.
"Tidak mengherankan. sepertinya terjadi malfungsi dari gap yang dibentuk oleh Reimu dan Yukari. Jadi kita semua berpisah ke tempat yang berbeda. Tapi sekarang lebih baik kita menjauh dari sini dahulu" jelas Patchouli.
Lalu mereka pun pergi dari situ dan beberapa detik kemudian, cahaya merah menyala keluar dari bangunan itu. Mereka pun melihat ke belakang dan melihat suatu ledakan maha dasyat yang membuat mereka semua terbelalak melihatnya kecuali Marisa.
"Ya, sama seperti saat itu." kata Marisa yang melihat ledakan itu.
Ledakan itu sangat besar dan beberapa detik kemudian angin yang besar dari ledakan itu pun mendatangi mereka.
"Aaaahh!!" kata Nitori.
Dan mereka pun terpental menjauhi gedung itu. Terbawa oleh anngin dari ledakan yang besar itu.
"Marisa! Kita tidak bisa la..." kata Nitori namun tiba-tiba saat ia berbicara demikian, peluru dari Bazooka itu di tembakan ke arah mereka.
"Sial! Mengeluarkan kartu di saat seperti ini tidak akan bisa berhasil karena waktunya sedikit!" pikir Marisa.
dan tepat saat itu juga, seseorang dari persimpangan sebelah kanan mengankan tangannya dan dinding besi keluar dari dalam tanah melingkupi mereka.
"Hah?! Kenapa gelap di sini? Apa kita sudah mati?!" tanya Nitori dengan khawatir.
"Kita sedang dilindungi. Tenang saja." sahut Marisa.
Tidka berapa lama besi yang melingkupi mereka pun merekah dan terlihatlah di depan mereka dua orang yang menolong mereka.
"Hah, kamu sangat sembrono saat pergi kemanapun." kata orang itu yang sedang memegang buku di tangannya.
"Hahaha, Memang begitulah aku, Patchy." kata Marisa.
Kedua orang itu pun berbalik dan melihat mereka. Ya, Patchouli dan Koakuma sedang berdiri di depan mereka.
"Kalau Patchouli-sama tidak datang tepat waktu, mungkin kalian sudah bercampur dengan tanah." kata Koakuma.
"Haha, baiklah. Tapi sekarang kita harus pergi dari tempat ini, segera!" kata Marisa.
"Kalau begitu kita keluar lewat sini!" kata Patchouli sambil menunjuk ke tembok di samping kanannya.
"Lewat...situ?" tanya Nitori bingung.
"Jika kamu tidak tahu apa maksudnya, maka sekarang mundur dan pelajari bagaimana cara untuk kabur paling mutakhir dan selalu berhasil." kata Marisa sambil mengarahkan mini-hakkeronya ke arah tembok itu sambil mengeluarkan spellcardnya dari kantungnya lagi.
"Mastaaaah SPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARK!!!!" teriaknya sambil menembakan laser super besar itu ke arah tembok itu.
Tembok itu pun langsung runtuh dan terciptalah lubang besar menuju cahaya putih di depan mereka.
"Itu pasti jalan keluarnya!" kata Nitori sambil berlari ke arah cahaya itu.
Semua pun mengikuti dan Patchouli merasa ada sesuatu yangg aneh.
"Jika ini jalan keluarnya...maka seharusnya cahaya itu semakin lama semakin pudar. Tapi... warna ini...merah... Oh tidak! Berhenti semua!" kata Patchouli yang akhirnya menyadari apa yang terjadi.
"Marisa! Apa kamu melihat benda aneh tadi? dan dari mana itu?" tanya Patchouli dengan khawatir.
"Oh! Iya! Benda besar yang sama seperti yang aku tumpangi waktu pergi ke bulan! Namun ini lebih ramping dan..." kata Marisa.
"Ramping? Ada tanda bahaya di pintu itu? Bulat berwarna kuningkah?" potong Patchouli katanya sambil merasa lebih khawatir.
s"Oh! Iya. Tanda kuning ituu! Lingkaran dan..."
"SEMUA KE ARAH YANG BERLAWANAN! CEPAT! ATAU KITA AKAN TERBAKAR DENGAN SEMUA BARANG-BARANG DI SINI!" kata Patchouli yang langsung berlari ke arah yang berlawanan.
Lalu Marisa melihat ke belakang dan dia teringat akan spellcard milik Okuu dan menyadari apa yang terjadi saat itu. Jadi dia pun segera naik ke atas sapunya dan menyuruh semua orang untuk segera ikut naik walaupun berdesakkan. Lalu Marisa pun mengeluarkan satu spellcardnya lagi.
"Aku tidak mengharapkan untuk mengeluarkan banyak spellcard hari ini, namun ini terpaksa jadi pengangan yang erat! Comet "Blazing Star"!!!" teriak Marisa sambil memegang erat sapu terbangnya.
Lalu Sapu itu bercahaya biru dan dari belakangnya mulai keluar cahaya biru terang dan bintang-bintang kecil.
"Ayooo..... MELUNCUUUUR!!!!!" teriak Marisa lagi.
Dan tiba-tiba mereka melaju dengan kecepatan yang luar biasa cepatnya menuju ke arah depan. Dan mereka pun menerobos semua tembok yang menghadang beserta semua di depan yang menghalangi. Bahkan ada orang yang menembak pun tidak bisa mengenai mereka karena kecepatan mereka yang luar biasa dan suatu barrier berwarna biru yang melingkupi mereka serta danmakku bintang yang keluar dari belakang sapu itu yang tersebar ke mana-mana.
"Ma...Marisa....san....apa...kamu.....yakin...ini aman....?!" kata Koakuma sambil ketakutan dan memegang erat batang sapu itu.
"Aku belum pernah spellbreak saat aku menggunakan spell ini jadi pegangan saja yang erat dan kita lihat apa yang akan terjadi!" teriak Marisa.
Yang bisa mereka lihat hanya garis-garis putih, bintang, barrier biru, dan pemandangan bllur yang ada di depan mereka. Sampai beberapa detik kemudian mereka pun melihat kotak berwarna cokelat di depan mereka.
"Itu pasti pintunya!" teriak Nitori.
Lalu mereka pun menabrak pintu itu dan terlihat garis vertikal berwarna hijau. Dan mereka pun menabrak benda itu lagi lalu kecepatan sapu mereka melambat dan semakin melambat sampai mereka mengapung di atas laut. Mereka pun menyadari bahwa mereka tadi berada di suatu pulau kecil dan tempat itu berada di ujung dari pulau itu.
"Akhirnya... Kita keluar juga..." ujar Patchouli lega.
"I...iya.....i...i....iya....." kata Koakuma tergagap-gagap karena ketakutan.
"Baiklah kalau begitu, sekarang kita berada di....." kata Nitori sambil mengeluarkan sesuatu yang mirip dengan buku dari ranselnya.
"Jauh dari Jepang..." lanjutnya sambil melihat kekejauhan.
"Tidak mengherankan. sepertinya terjadi malfungsi dari gap yang dibentuk oleh Reimu dan Yukari. Jadi kita semua berpisah ke tempat yang berbeda. Tapi sekarang lebih baik kita menjauh dari sini dahulu" jelas Patchouli.
Lalu mereka pun pergi dari situ dan beberapa detik kemudian, cahaya merah menyala keluar dari bangunan itu. Mereka pun melihat ke belakang dan melihat suatu ledakan maha dasyat yang membuat mereka semua terbelalak melihatnya kecuali Marisa.
"Ya, sama seperti saat itu." kata Marisa yang melihat ledakan itu.
Ledakan itu sangat besar dan beberapa detik kemudian angin yang besar dari ledakan itu pun mendatangi mereka.
"Aaaahh!!" kata Nitori.
Dan mereka pun terpental menjauhi gedung itu. Terbawa oleh anngin dari ledakan yang besar itu.
Umm, mungkin update selanjutnya agak lama, jadi bagi yang mau mereview di persilahkan...
Yang comment, saran, kritik juga di butuhkan oleh saya...

And thanks bagi yang sudah mau membaca fanfic ini sampai sepanjang ini...

0
Kutip
Balas