TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#39
Maaf bagi yang membaca ya atas keterlambatan terbitnya chapter baru fanfic ini...
Mungkin agak lama karena ane agak banyak ujian di sekolah... >.<"
Btw, selamat menikmati...
Mungkin agak lama karena ane agak banyak ujian di sekolah... >.<"
Btw, selamat menikmati...

Spoiler for Naive : What a Close Call (1):
Dan akhirnya Nitori pun menjelaskan metode yang ia pakai, bahan, cara kerja, dan hal lainnya kepada Dr.Fergushon dan Sir Edward. Keduanya pun mendengarkan dengan semangat, begitu juga Nitori yang menjelaskan dengan sangat bangga.
"Dan inilah yang akan terjadi jika kalian menekan tombol merah kecil di sini!" kata Nitori sambil menekan tombol merah kecil di samping bajunya.
Lalu Dia pun seketika itu juga menghilang dari pandangan ketiga orang itu. Sir Edward dan Dr.Fergushon terpana melihat hal itu dan Marisa tetap mencari barang yang bisa dia bawa pulang.
"Wah! Ini sungguh sangat luar biasa saudari Nitori! Sangat elegan!" kata Sir Edward dengan semangatnya.
"I....Ini adalah penemuan yang luar biasa! Anda patut di beri penghargaan atas ini!" kata Dr.Fergushon.
Dan selagi mereka semua berbincang-bincang dengan serunya, Marisa merasakan sesuatu akan terjadi di tempat itu. Perasaan itu sering ia rasakan jika ia mengunjungi suatu tempat. Sunyi. Dan dia pun berkata di dalam hatinya, "Ini... Sepertinya ada yang akan terjadi... Aku harus keluar untuk memeriksanya!"
Lalu Marisa pun pergi meninggalkan mereka yang sedang berbincang-bincang dengan serunya. Dia pun membuka pintu keluar denngan perlahan dan mengendap-endap ke luar. Dia pun sekarang berada di lorong panjang dan di kiri dan kanan hanya ada dinding putih saja. Dia pun pergi menyusuri jalan yang berlawanan dengan arah dia keluar dari gap. Semakin lama, perasaannya pun semakin aneh.
"Mengapa...aku menjadi agak... Ah, ini pasti imajinasiku saja." pikir Marisa.
Lalu dia pun sampai di sebuah pintu dengan tanda bahaya di depannya. Karena rasa penasaran yang berlebihan, dia pun langsung masuk melalui pintu itu menuju ruangan yang besar di dalamnya. Ruangan itu berisi suatu benda yang amat besar dan familiar olehnya. ruangan itu berbentuk lingkaran dan ada tangga untuk naik ke atas di sebelah kiri Marisa.
"Waaw. Ini benda yang sangat besar. Tapi aku sepertinya aku sudah pernah melihat benda seperti ini di Gensokyou. Tapi...di mana ya...?" katanya dalam hati.
Benda itu bertingkat-tingkat dan sangat panjang sampai menyentuh atap dari gedung itu. Benda itu berbentuk silinder yang besar namun ramping. Dia pun tiba-tiba teringat akan sesuatu.
"Ah! Iya! Saat perjalanan ke bulan aku dan beberapa temankku pergi menggunakan sesuatu yang disebut roket! Namun roket ini rata, tidak seperti buatan Patchy yang agak tidak beraturan..." kata Marisa.
dia pun menyadari itu dan tertawa sendiri. Tiba-tiba ada beberapa orang dari atas anak tangga yang melihat Marisa dan berteriak-teriak seperti memanggil temannya. Marisa pun menyadari bahwa dia seharusnya tidak ada di sini karena dia masuk dari gap. bukan masuk dari pintu. Jadi Marisa pun berlari keluar dan menelusuri jalan yang berlawanan dengan yang ia tempuh tadi. Lalu saat ia melihat ke belakang lagi, beberapa orang dengann seragam hijau seperti tentara dan bersenjata lengkap keluar dari pintu itu dan mengejar Marisa.
"Ini semakin merepotkan saja. Aku harus kabur dari sini!" kata Marisa.
lalu dia pun membalikan mukanya dan membaca mantra sihirnya.
===============================================
Di tempat lain, Nitori dan kedua orang itu akhirnya sudah puas dengan perbincangan mereka.
"Hahaha, sungguh luar biasa! Sebagai catatan, maukan anda bergabung dengan kami?" kata Sir Edward.
"Ya! Bergabunglah! Dan nanti anda akan mendapat bagian daerah yang akan kami kuasai!" kata Dr.Fergushon.
Nitori pun bingung akan apa yang dikatakan kedua orang itu.
"A....Ah? Maksudnya?" tanya Nitori dengan nada bingung.
"Hahaha, anda seharusnya sudah tahu bahwa dunia sedang kacau dengan adanya youkai-youkai yang berkeliaran. Dan kami akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menguasai dunia." kata Sir Edward sambil terkekeh licik.
"Ja...jadi....Kalian?!" ucap Nitori tergagap sambil mundur selangkah ke belakang.
"Tidak ada lagi yang bisa menghentikan kami jika kami sudah bergabung dengan kelompok itu dan kami akan mendapatkan bagian kami juga. Jadi anda seharusnya ikut dengan kami jika anda menginginkan kemenangan." kata Dr.Fergushon sambil tersenyum licik.
"A...Aku sudah mempunyai tu...tugasku....dan...." dan kalimat itu terputus seraya Nitori menundukkan kepala dan mengepalkan tangannya.
"AKU TIDAK AKAN PERNAH BERGABUNG DENGAN KALIAN!" teriak Nitori sambil berlari keluar pintu.
Tepat saat itu juga, sapu yang Marisa tinggalkan di ruangan itu bergerak dan tiba-tiba meluncur keluar. Sapu itu membuat Nitori kaget dan mengakat Nitori ke atas sapu itu dan keluar dengan kecepatan tinggi.
"Kuranng ajar! Cepat panggil bagian keamanan! Kita memiliki dua penyusup!" kata Dr.Fergushon kepada walkie talkienya.
"Siap pak!" jawab orang yang sedang berbicara dengannya.
Nitorii pun tidak tahu mau dibawa kemana dirinya oleh sapu itu jadi dia hanya berpegangan erat pada sapu itu. Lalu tidak berapa lama Marisa sudah terlihat oleh dirinya sedang terkepung oleh orang-orang berseragam tentara.
"MAAAAAAAAAAAARIIIIIIIIISAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" teriak Nitori.
Semua orang pun melihat Nitori dan segera mengerahkan moncong senjatanya kepada Nitori.
"DIAM DI SITU NITORI!!" teriak Marisa.
Lalu Marisa pun segera mengeluarkan spellcardnya dari sakunya sambil berlari ke arah Nitori.
"Ritual Sign "Orrerie Sun"!" teriaknya sambil melumpat ke atas sapunya yang melesat dengan kecepatan tinggi.
Lalu bola berwarna merah, biru, kuning, dan hijau tiba-tiba muncul mengelilinginya.
"A...apa itu?!" kata salah satu orang yang terkejut.
"Sudah! Tembak saja mereka!" kata orang yang lain.
Lalu mereka pun menembaki Marisa dan Nitori. Namun tembakan mereka berhasil dihindari oleh Marisa dan Nitori.
"Hah! Peluru kecil ini tidak akan bisa mengenaiku! Lebih baik persiapkan diri kalian untuk tembakan laser yang seperti ini!" katanya sambil menunjukan jari telunjuknya ke arah depan.
Lalu Dari bola-bola itu keluar laser-laser berwarna biru cerah. Laser itu menyerang mereka sehingga banyak di antara mereka yang rebah. Sementara sisanya ada yang kebur dan ada juga yang tetap menembaki Marisa.
"Kurang ajar! Cepat! Beritahu pasukan elit untuk memppersiapkan perisai dan..Aaargh...!!" kata orang yang sedang berusaha menghubungi temannya namun di tabrak oleh Marisa dengan sapunya.
"Ups, maaf! Jangan berbicara sendiri, orang gila! Hahaha!" kata Marisa sambil menungangi sapunya untuk mencari jalan keluar.
Lalu tidak berapa lama, mereka pun sudah tidak dikejar oleh orang-orang itu lagi. Mereka pun turun dari sapu itu di dekat persimpangan.
"Di depan ada persimpangan. Lurus, Ke kiri, atau ke kanan menurutmu?" tanya Marisa.
"Umm... Aku lebih baik memilih jalan lurus saja." kata Nitori.
"Oke, sekarang naik ke sapuku lagi!" kata Marisa dengan semangat.
"Dan inilah yang akan terjadi jika kalian menekan tombol merah kecil di sini!" kata Nitori sambil menekan tombol merah kecil di samping bajunya.
Lalu Dia pun seketika itu juga menghilang dari pandangan ketiga orang itu. Sir Edward dan Dr.Fergushon terpana melihat hal itu dan Marisa tetap mencari barang yang bisa dia bawa pulang.
"Wah! Ini sungguh sangat luar biasa saudari Nitori! Sangat elegan!" kata Sir Edward dengan semangatnya.
"I....Ini adalah penemuan yang luar biasa! Anda patut di beri penghargaan atas ini!" kata Dr.Fergushon.
Dan selagi mereka semua berbincang-bincang dengan serunya, Marisa merasakan sesuatu akan terjadi di tempat itu. Perasaan itu sering ia rasakan jika ia mengunjungi suatu tempat. Sunyi. Dan dia pun berkata di dalam hatinya, "Ini... Sepertinya ada yang akan terjadi... Aku harus keluar untuk memeriksanya!"
Lalu Marisa pun pergi meninggalkan mereka yang sedang berbincang-bincang dengan serunya. Dia pun membuka pintu keluar denngan perlahan dan mengendap-endap ke luar. Dia pun sekarang berada di lorong panjang dan di kiri dan kanan hanya ada dinding putih saja. Dia pun pergi menyusuri jalan yang berlawanan dengan arah dia keluar dari gap. Semakin lama, perasaannya pun semakin aneh.
"Mengapa...aku menjadi agak... Ah, ini pasti imajinasiku saja." pikir Marisa.
Lalu dia pun sampai di sebuah pintu dengan tanda bahaya di depannya. Karena rasa penasaran yang berlebihan, dia pun langsung masuk melalui pintu itu menuju ruangan yang besar di dalamnya. Ruangan itu berisi suatu benda yang amat besar dan familiar olehnya. ruangan itu berbentuk lingkaran dan ada tangga untuk naik ke atas di sebelah kiri Marisa.
"Waaw. Ini benda yang sangat besar. Tapi aku sepertinya aku sudah pernah melihat benda seperti ini di Gensokyou. Tapi...di mana ya...?" katanya dalam hati.
Benda itu bertingkat-tingkat dan sangat panjang sampai menyentuh atap dari gedung itu. Benda itu berbentuk silinder yang besar namun ramping. Dia pun tiba-tiba teringat akan sesuatu.
"Ah! Iya! Saat perjalanan ke bulan aku dan beberapa temankku pergi menggunakan sesuatu yang disebut roket! Namun roket ini rata, tidak seperti buatan Patchy yang agak tidak beraturan..." kata Marisa.
dia pun menyadari itu dan tertawa sendiri. Tiba-tiba ada beberapa orang dari atas anak tangga yang melihat Marisa dan berteriak-teriak seperti memanggil temannya. Marisa pun menyadari bahwa dia seharusnya tidak ada di sini karena dia masuk dari gap. bukan masuk dari pintu. Jadi Marisa pun berlari keluar dan menelusuri jalan yang berlawanan dengan yang ia tempuh tadi. Lalu saat ia melihat ke belakang lagi, beberapa orang dengann seragam hijau seperti tentara dan bersenjata lengkap keluar dari pintu itu dan mengejar Marisa.
"Ini semakin merepotkan saja. Aku harus kabur dari sini!" kata Marisa.
lalu dia pun membalikan mukanya dan membaca mantra sihirnya.
===============================================
Di tempat lain, Nitori dan kedua orang itu akhirnya sudah puas dengan perbincangan mereka.
"Hahaha, sungguh luar biasa! Sebagai catatan, maukan anda bergabung dengan kami?" kata Sir Edward.
"Ya! Bergabunglah! Dan nanti anda akan mendapat bagian daerah yang akan kami kuasai!" kata Dr.Fergushon.
Nitori pun bingung akan apa yang dikatakan kedua orang itu.
"A....Ah? Maksudnya?" tanya Nitori dengan nada bingung.
"Hahaha, anda seharusnya sudah tahu bahwa dunia sedang kacau dengan adanya youkai-youkai yang berkeliaran. Dan kami akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menguasai dunia." kata Sir Edward sambil terkekeh licik.
"Ja...jadi....Kalian?!" ucap Nitori tergagap sambil mundur selangkah ke belakang.
"Tidak ada lagi yang bisa menghentikan kami jika kami sudah bergabung dengan kelompok itu dan kami akan mendapatkan bagian kami juga. Jadi anda seharusnya ikut dengan kami jika anda menginginkan kemenangan." kata Dr.Fergushon sambil tersenyum licik.
"A...Aku sudah mempunyai tu...tugasku....dan...." dan kalimat itu terputus seraya Nitori menundukkan kepala dan mengepalkan tangannya.
"AKU TIDAK AKAN PERNAH BERGABUNG DENGAN KALIAN!" teriak Nitori sambil berlari keluar pintu.
Tepat saat itu juga, sapu yang Marisa tinggalkan di ruangan itu bergerak dan tiba-tiba meluncur keluar. Sapu itu membuat Nitori kaget dan mengakat Nitori ke atas sapu itu dan keluar dengan kecepatan tinggi.
"Kuranng ajar! Cepat panggil bagian keamanan! Kita memiliki dua penyusup!" kata Dr.Fergushon kepada walkie talkienya.
"Siap pak!" jawab orang yang sedang berbicara dengannya.
Nitorii pun tidak tahu mau dibawa kemana dirinya oleh sapu itu jadi dia hanya berpegangan erat pada sapu itu. Lalu tidak berapa lama Marisa sudah terlihat oleh dirinya sedang terkepung oleh orang-orang berseragam tentara.
"MAAAAAAAAAAAARIIIIIIIIISAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" teriak Nitori.
Semua orang pun melihat Nitori dan segera mengerahkan moncong senjatanya kepada Nitori.
"DIAM DI SITU NITORI!!" teriak Marisa.
Lalu Marisa pun segera mengeluarkan spellcardnya dari sakunya sambil berlari ke arah Nitori.
"Ritual Sign "Orrerie Sun"!" teriaknya sambil melumpat ke atas sapunya yang melesat dengan kecepatan tinggi.
Lalu bola berwarna merah, biru, kuning, dan hijau tiba-tiba muncul mengelilinginya.
"A...apa itu?!" kata salah satu orang yang terkejut.
"Sudah! Tembak saja mereka!" kata orang yang lain.
Lalu mereka pun menembaki Marisa dan Nitori. Namun tembakan mereka berhasil dihindari oleh Marisa dan Nitori.
"Hah! Peluru kecil ini tidak akan bisa mengenaiku! Lebih baik persiapkan diri kalian untuk tembakan laser yang seperti ini!" katanya sambil menunjukan jari telunjuknya ke arah depan.
Lalu Dari bola-bola itu keluar laser-laser berwarna biru cerah. Laser itu menyerang mereka sehingga banyak di antara mereka yang rebah. Sementara sisanya ada yang kebur dan ada juga yang tetap menembaki Marisa.
"Kurang ajar! Cepat! Beritahu pasukan elit untuk memppersiapkan perisai dan..Aaargh...!!" kata orang yang sedang berusaha menghubungi temannya namun di tabrak oleh Marisa dengan sapunya.
"Ups, maaf! Jangan berbicara sendiri, orang gila! Hahaha!" kata Marisa sambil menungangi sapunya untuk mencari jalan keluar.
Lalu tidak berapa lama, mereka pun sudah tidak dikejar oleh orang-orang itu lagi. Mereka pun turun dari sapu itu di dekat persimpangan.
"Di depan ada persimpangan. Lurus, Ke kiri, atau ke kanan menurutmu?" tanya Marisa.
"Umm... Aku lebih baik memilih jalan lurus saja." kata Nitori.
"Oke, sekarang naik ke sapuku lagi!" kata Marisa dengan semangat.
0
Kutip
Balas