- Beranda
- The Lounge
Kapal Layar Unik Pinisi
...
TS
AleRiqwan
Kapal Layar Unik Pinisi

Allhamdullilah HT Ke-19
Spoiler for HT Ke 19 / 21 February 2012:

Quote:
Quote:
Quote:
Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di dunia
Quote:
Spoiler for Pinisi:

Spoiler for Pinisi:
Quote:
Kapal kayu Pinisi telah digunakan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, diperkirakan[3] kapal pinisi sudah ada sebelum tahun 1500an. Menurut[4] naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada abad ke 14, Pinisi pertama sekali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.
Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi.
Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi.
Quote:
Spoiler for Pinisi:

Spoiler for Pinisi:

Spoiler for Pinisi:

Spoiler for Pinisi:

Quote:
Ritual pembangunan Pinisi
Pembuatan Perahu Pinisi cukup unik, karena proses pembuatannya memadukan keterampilan teknis dengan kekuatan magis. Tahap pertama dimulai dengan penentuan hari baik untuk mencari kayu (bahan baku). Hari baik untuk mencari kayu biasanya jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 pada bulan yang sedang berjalan. Angka 5 menyimbolkan naparilimai dallena, yang berarti rezeki sudah di tangan, sedangkan angka 7 menyimbolkan natujuangngi dallena, yang berarti selalu mendapat rezeki. Tahap selanjutnya adalah menebang, mengeringkan dan memotong kayu. Kemudian kayu atau bahan baku tersebut dirakit menjadi sebuah perahu dengan memasang lunas, papan, mendempulnya, dan memasang tiang layar. Tahap terakhir adalah peluncuran perahu ke laut.
Tiap-tiap tahap tersebut selalu diadakan upacara-upacara adat tertentu. Sebelum perahu Pinisi diluncurkan ke laut, terlebih dahulu dilaksanakan upacara maccera lopi (mensucikan perahu) yang ditandai dengan pemyembelihan binatang. Jika Perahu Pinisi itu berbobot kurang dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah seekor kambing, dan jika bobotnya lebih dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah seekor sapi.
Pada saat peletakan lunas, juga harus disertai prosesi khusus. Saat dilakukan pemotongan, lunas diletakkan menghadap Timur Laut. Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita. Usai dimantrai, bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti. Itu sebabnya untuk melakukan pemotongan harus dikerjakan oleh orang yang bertenaga kuat. Demikian selanjutnya setiap tahapan selalu melalui ritual tertentu.
Pembuatan Perahu Pinisi cukup unik, karena proses pembuatannya memadukan keterampilan teknis dengan kekuatan magis. Tahap pertama dimulai dengan penentuan hari baik untuk mencari kayu (bahan baku). Hari baik untuk mencari kayu biasanya jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 pada bulan yang sedang berjalan. Angka 5 menyimbolkan naparilimai dallena, yang berarti rezeki sudah di tangan, sedangkan angka 7 menyimbolkan natujuangngi dallena, yang berarti selalu mendapat rezeki. Tahap selanjutnya adalah menebang, mengeringkan dan memotong kayu. Kemudian kayu atau bahan baku tersebut dirakit menjadi sebuah perahu dengan memasang lunas, papan, mendempulnya, dan memasang tiang layar. Tahap terakhir adalah peluncuran perahu ke laut.
Tiap-tiap tahap tersebut selalu diadakan upacara-upacara adat tertentu. Sebelum perahu Pinisi diluncurkan ke laut, terlebih dahulu dilaksanakan upacara maccera lopi (mensucikan perahu) yang ditandai dengan pemyembelihan binatang. Jika Perahu Pinisi itu berbobot kurang dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah seekor kambing, dan jika bobotnya lebih dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah seekor sapi.
Pada saat peletakan lunas, juga harus disertai prosesi khusus. Saat dilakukan pemotongan, lunas diletakkan menghadap Timur Laut. Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita. Usai dimantrai, bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti. Itu sebabnya untuk melakukan pemotongan harus dikerjakan oleh orang yang bertenaga kuat. Demikian selanjutnya setiap tahapan selalu melalui ritual tertentu.
Quote:
Pelabuhan Pinisi di Bulukumba
Quote:

Quote:
DI ujung selatan semenanjung Sulawesi Selatan, sekitar 153 kilometer dari Kota Makassar, terletak sebuah kabupaten bernama Bulukumba, yang menyimpan keindahan tersembunyi di pantainya yang masih asli dengan taman laut bawah air dan juga budaya maritim yang unik. Kabupaten ini dikenal penduduk lokal dengan nama Butta Panrita Lopi atau Tanah dari Kapal Layar Pinisi.
Bulukumba mendapat julukan tersebut karena tempat ini merupakan tempat lahirnya kapal pinisi yang terkenal. kapal layar Pinisi telah dibangun di sini sejak abad ke 14. Kapal ini sebagian besar dibuat di daerah yang disebut Tanah Beru, 176 kilometer dari Kota Makassar.
Bulukumba mendapat julukan tersebut karena tempat ini merupakan tempat lahirnya kapal pinisi yang terkenal. kapal layar Pinisi telah dibangun di sini sejak abad ke 14. Kapal ini sebagian besar dibuat di daerah yang disebut Tanah Beru, 176 kilometer dari Kota Makassar.
Quote:
Di Tanah Beru, Anda akan melihat puluhan dermaga kering di mana Kapal Layar Pinisi berada dalam berbagai tahap konstruksi. Kerajinan tangan khas Bugis yang terbentuk dalam Kapal Pinisi ini menjadi ikon pelaut Indonesia.
Setelah melihat bagaimana cara membuat Kapal Pinisi, manjakan diri Anda dengan beristirahat di bagian selatan Bulukumba, tepatnya di Tanjung Bira. Tanjung Bira merupakan pantai berpasir putih yang indah dan luas, tempat yang pas untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam. Tanjung Bira juga tempat yang cocok untuk snorkeling, karena terumbu karang dan ramainya ikan-ikan tropis yang indah di bawah lautnya.
Bulukumba didiami etnis khusus yang disebut Kajang. Etnis ini selama berabad-abad tinggal d daerah pedalaman yang disebut Tana Toa, yang masih mempraktekkan ajaran dan tradisi kuno dalam kesehariannya. Mereka hidup dalam kesederhanaan, di rumah tanpa furnitur, listrik maupun peralatan modern lainnya. Untuk mencapai Bulukumba, dapat menggunakan bis dari terminal Malengkeri di Makassar selama kurang lebih dua hingga tiga jam.
Setelah melihat bagaimana cara membuat Kapal Pinisi, manjakan diri Anda dengan beristirahat di bagian selatan Bulukumba, tepatnya di Tanjung Bira. Tanjung Bira merupakan pantai berpasir putih yang indah dan luas, tempat yang pas untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam. Tanjung Bira juga tempat yang cocok untuk snorkeling, karena terumbu karang dan ramainya ikan-ikan tropis yang indah di bawah lautnya.
Bulukumba didiami etnis khusus yang disebut Kajang. Etnis ini selama berabad-abad tinggal d daerah pedalaman yang disebut Tana Toa, yang masih mempraktekkan ajaran dan tradisi kuno dalam kesehariannya. Mereka hidup dalam kesederhanaan, di rumah tanpa furnitur, listrik maupun peralatan modern lainnya. Untuk mencapai Bulukumba, dapat menggunakan bis dari terminal Malengkeri di Makassar selama kurang lebih dua hingga tiga jam.
Quote:
Quote:
Original Posted By caesarleo►wahhh dari kampung saya nih gan:
saya tambahin yahh:

Ilustrasi saat menghadapai kapal perang portugis
Selengkapnya KLIK
saya tambahin yahh:
Spoiler for Tambahan:

Spoiler for Tambahan:

Spoiler for Tambahan:

Ilustrasi saat menghadapai kapal perang portugis
Quote:
BERWISATA KE NEGERI PINISI
Sulawesi Selatan terkenal akan berbagai jenis wisata yang menawan hati para pelancong. Pembuatan perahu pinisi di Desa Tana Beru, Bulukumba diantaranya.
Hampir tak dapat dipercaya bahwa sebuah perahu kayu tradisional mampu menaklukkan ombak Samudra Hindia yang terkenal garang. Adalah nelayan suku Bugis Makassar, yang sejak ratusan tahun lalu terkenal sebagai pelaut ulung, yang melakukan hal tersebut dengan menggunakan kapal pinisi.
Istilah Pinisi diduga kuat berasal dari plesetan kata Pinnace yang dalam Bahasa Inggris menunjukkan kata sebuah kapal layar. Diyakini bahwa ketika orang-orang Eropa sekitar 400 tahun lalu menjelajahi Nusantara telah melakukan transformasi teknologi kemaritiman dengan pelaut Bugis Makassar.
Puncak acara pada peluncuran perahu ini adalah ritual Ammossi sebagai simbol kelahiran bayi dalam wujud perahu. Punggawa atau Panrita yang bertindak sebagai pemimpin upacara mengawali dengan memahat dalam lambung perahu. Pertengahan lunas dibor sampai tembus, selanjutnya Panrita mencuci muka diatas lubang lunas tersebut. Dengan berakhirnya ritual ini berarti bahwa perahu telahy siap untuk digunakan dalam pelayaran.
Wisata pembuatan kapal pinisi ini paling diminati dilakukan oleh pelancong pada saat awal pembuatan perahu dan pada saat perahu siap dilayarkan di laut. Tetapi, pertengahan pembuatan kapal pun tetap menarik minat para pelancong walaupun tidak sebanyak di kedua momen awal dan akhir tersebut.
Sulawesi Selatan terkenal akan berbagai jenis wisata yang menawan hati para pelancong. Pembuatan perahu pinisi di Desa Tana Beru, Bulukumba diantaranya.
Hampir tak dapat dipercaya bahwa sebuah perahu kayu tradisional mampu menaklukkan ombak Samudra Hindia yang terkenal garang. Adalah nelayan suku Bugis Makassar, yang sejak ratusan tahun lalu terkenal sebagai pelaut ulung, yang melakukan hal tersebut dengan menggunakan kapal pinisi.
Istilah Pinisi diduga kuat berasal dari plesetan kata Pinnace yang dalam Bahasa Inggris menunjukkan kata sebuah kapal layar. Diyakini bahwa ketika orang-orang Eropa sekitar 400 tahun lalu menjelajahi Nusantara telah melakukan transformasi teknologi kemaritiman dengan pelaut Bugis Makassar.
Puncak acara pada peluncuran perahu ini adalah ritual Ammossi sebagai simbol kelahiran bayi dalam wujud perahu. Punggawa atau Panrita yang bertindak sebagai pemimpin upacara mengawali dengan memahat dalam lambung perahu. Pertengahan lunas dibor sampai tembus, selanjutnya Panrita mencuci muka diatas lubang lunas tersebut. Dengan berakhirnya ritual ini berarti bahwa perahu telahy siap untuk digunakan dalam pelayaran.
Wisata pembuatan kapal pinisi ini paling diminati dilakukan oleh pelancong pada saat awal pembuatan perahu dan pada saat perahu siap dilayarkan di laut. Tetapi, pertengahan pembuatan kapal pun tetap menarik minat para pelancong walaupun tidak sebanyak di kedua momen awal dan akhir tersebut.
Selengkapnya KLIK
Quote:
Quote:
slametgentho memberi reputasi
1
60.9K
Kutip
2.6K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.8KAnggota
Tampilkan semua post
caesarleo
#66
wahhh dari kampung saya nih gan:
saya tambahin yahh:
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
Ilustrasi saat menghadapai kapal perang portugis
![kaskus-image]()
MEME AFIQA vs RHOMA
Memperkenalkan LOGO BARU WINDOWS 8
saya tambahin yahh:


Ilustrasi saat menghadapai kapal perang portugis

Quote:
BERWISATA KE NEGERI PINISI
Sulawesi Selatan terkenal akan berbagai jenis wisata yang menawan hati para pelancong. Pembuatan perahu pinisi di Desa Tana Beru, Bulukumba diantaranya.
Hampir tak dapat dipercaya bahwa sebuah perahu kayu tradisional mampu menaklukkan ombak Samudra Hindia yang terkenal garang. Adalah nelayan suku Bugis Makassar, yang sejak ratusan tahun lalu terkenal sebagai pelaut ulung, yang melakukan hal tersebut dengan menggunakan kapal pinisi.
Istilah Pinisi diduga kuat berasal dari plesetan kata Pinnace yang dalam Bahasa Inggris menunjukkan kata sebuah kapal layar. Diyakini bahwa ketika orang-orang Eropa sekitar 400 tahun lalu menjelajahi Nusantara telah melakukan transformasi teknologi kemaritiman dengan pelaut Bugis Makassar.
Dewasa ini proses pembuatan kapal pinisi di Desa Tana Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Bulukumba telah menjadi agenda dalam wisata lokal. Tur operator lokal menjual paket wisata yang khusus melayani kebutuhan wisatawan yang ingin melihat dari dekat para pengrajin tadi. Dengan menempuh jarak sekitar 153 km dari ibukota Sulawesi Selatan, Anda akan tiba di ibukota Bulukumba. Tidak cukup sampai disitu, Anda perlu menempuh lagi perjalanan sekitar 24 km untuk sampai ke Desa Tana Beru. Jauhnya jarak ini tentu akan sebanding dengan wisata yang akan Anda nikmati.
Mengapa proses pembuatan dan peluncuran kapal pinisi ini begitu menarik ? Sebab proses pembuatan ini merupakan sesuatu yang unik dan mungkin tidak akan Anda dapatkan di belahan bumi manapun. Upacara ritual yang spesifik yang bertujuan bagi keselamatan kapal dan awaknya menandai pembuatan setiap perahu. Setiap bagian kapal sarat akan falsafah yang memadukan antara keterampilan teknis dan kekuatan magis.
Proses pembuatan perahu diawali dengan membentuk semacam organisasi kecil. Dipilihlah seorang Punggawa (Kepala tukang) yang akan mengkoordinir para tukang atau Sawi. Sawi inipun dibantu oleh beberapa orang yang disebut dengan calon sawi. Disamping itu, terdapat Sombala atau pemilik yang akan mengawasi langsung proses pembuatan hingga selesai.
Setelah organisasi ini terbentuk dan berbagai jenis kayu untuk pembuatan kapal telah terkumpul di Bantilang (tempat pembuatan perahu), barulah prosesi upacara dimulai. Berbagai macam kue, seperti onde-onde, songkolo, cucuru, baje dan pisang diletakkan diatas lunas tulang punggung perahu yang menyentuh air. Panrita kemudian mengoleskan darah ayam pada kedua ujung lunas sebelum dilakukan pemahatan pertama, setelah itu Panrita memantrai yang kemudian kedua ujung lunas tersebut digergaji. Gergaji ini hanya dilakukan oleh satu orang hingga lunas terputus tanpa terhenti. Lalu potongan ini diceburkan ke dalam air (Nipassiama Tamparang). Setelah itu pembuatan fisik kapal pun dilakukan setahap demi setahap.
Apabila seluruh pekerjaan fisik perahu telah selesai, kembali dilakukan upacara peluncuran perahu. Malam sebelum hari peluncuran diadakan acara syukuran untuk menolak bala, yaitu Appasili. Pada acara ini, seorang dukun akan membacakan mantra-mantra sambil menghadap ke panci berisi air yang dilengkapi dengan seikat daun-daunan tertentu yang kemudian dikibas-kibaskan ke sekeliling perahu.
Puncak acara pada peluncuran perahu ini adalah ritual Ammossi sebagai simbol kelahiran bayi dalam wujud perahu. Punggawa atau Panrita yang bertindak sebagai pemimpin upacara mengawali dengan memahat dalam lambung perahu. Pertengahan lunas dibor sampai tembus, selanjutnya Panrita mencuci muka diatas lubang lunas tersebut. Dengan berakhirnya ritual ini berarti bahwa perahu telahy siap untuk digunakan dalam pelayaran.
Wisata pembuatan kapal pinisi ini paling diminati dilakukan oleh pelancong pada saat awal pembuatan perahu dan pada saat perahu siap dilayarkan di laut. Tetapi, pertengahan pembuatan kapal pun tetap menarik minat para pelancong walaupun tidak sebanyak di kedua momen awal dan akhir tersebut.
Sulawesi Selatan terkenal akan berbagai jenis wisata yang menawan hati para pelancong. Pembuatan perahu pinisi di Desa Tana Beru, Bulukumba diantaranya.
Hampir tak dapat dipercaya bahwa sebuah perahu kayu tradisional mampu menaklukkan ombak Samudra Hindia yang terkenal garang. Adalah nelayan suku Bugis Makassar, yang sejak ratusan tahun lalu terkenal sebagai pelaut ulung, yang melakukan hal tersebut dengan menggunakan kapal pinisi.
Istilah Pinisi diduga kuat berasal dari plesetan kata Pinnace yang dalam Bahasa Inggris menunjukkan kata sebuah kapal layar. Diyakini bahwa ketika orang-orang Eropa sekitar 400 tahun lalu menjelajahi Nusantara telah melakukan transformasi teknologi kemaritiman dengan pelaut Bugis Makassar.
Dewasa ini proses pembuatan kapal pinisi di Desa Tana Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Bulukumba telah menjadi agenda dalam wisata lokal. Tur operator lokal menjual paket wisata yang khusus melayani kebutuhan wisatawan yang ingin melihat dari dekat para pengrajin tadi. Dengan menempuh jarak sekitar 153 km dari ibukota Sulawesi Selatan, Anda akan tiba di ibukota Bulukumba. Tidak cukup sampai disitu, Anda perlu menempuh lagi perjalanan sekitar 24 km untuk sampai ke Desa Tana Beru. Jauhnya jarak ini tentu akan sebanding dengan wisata yang akan Anda nikmati.
Mengapa proses pembuatan dan peluncuran kapal pinisi ini begitu menarik ? Sebab proses pembuatan ini merupakan sesuatu yang unik dan mungkin tidak akan Anda dapatkan di belahan bumi manapun. Upacara ritual yang spesifik yang bertujuan bagi keselamatan kapal dan awaknya menandai pembuatan setiap perahu. Setiap bagian kapal sarat akan falsafah yang memadukan antara keterampilan teknis dan kekuatan magis.
Proses pembuatan perahu diawali dengan membentuk semacam organisasi kecil. Dipilihlah seorang Punggawa (Kepala tukang) yang akan mengkoordinir para tukang atau Sawi. Sawi inipun dibantu oleh beberapa orang yang disebut dengan calon sawi. Disamping itu, terdapat Sombala atau pemilik yang akan mengawasi langsung proses pembuatan hingga selesai.
Setelah organisasi ini terbentuk dan berbagai jenis kayu untuk pembuatan kapal telah terkumpul di Bantilang (tempat pembuatan perahu), barulah prosesi upacara dimulai. Berbagai macam kue, seperti onde-onde, songkolo, cucuru, baje dan pisang diletakkan diatas lunas tulang punggung perahu yang menyentuh air. Panrita kemudian mengoleskan darah ayam pada kedua ujung lunas sebelum dilakukan pemahatan pertama, setelah itu Panrita memantrai yang kemudian kedua ujung lunas tersebut digergaji. Gergaji ini hanya dilakukan oleh satu orang hingga lunas terputus tanpa terhenti. Lalu potongan ini diceburkan ke dalam air (Nipassiama Tamparang). Setelah itu pembuatan fisik kapal pun dilakukan setahap demi setahap.
Apabila seluruh pekerjaan fisik perahu telah selesai, kembali dilakukan upacara peluncuran perahu. Malam sebelum hari peluncuran diadakan acara syukuran untuk menolak bala, yaitu Appasili. Pada acara ini, seorang dukun akan membacakan mantra-mantra sambil menghadap ke panci berisi air yang dilengkapi dengan seikat daun-daunan tertentu yang kemudian dikibas-kibaskan ke sekeliling perahu.
Puncak acara pada peluncuran perahu ini adalah ritual Ammossi sebagai simbol kelahiran bayi dalam wujud perahu. Punggawa atau Panrita yang bertindak sebagai pemimpin upacara mengawali dengan memahat dalam lambung perahu. Pertengahan lunas dibor sampai tembus, selanjutnya Panrita mencuci muka diatas lubang lunas tersebut. Dengan berakhirnya ritual ini berarti bahwa perahu telahy siap untuk digunakan dalam pelayaran.
Wisata pembuatan kapal pinisi ini paling diminati dilakukan oleh pelancong pada saat awal pembuatan perahu dan pada saat perahu siap dilayarkan di laut. Tetapi, pertengahan pembuatan kapal pun tetap menarik minat para pelancong walaupun tidak sebanyak di kedua momen awal dan akhir tersebut.
MEME AFIQA vs RHOMA
Memperkenalkan LOGO BARU WINDOWS 8
0
Kutip
Balas


