Yup, tabunganku sudah cukup. Meskipun masih pas2an sih. Aku berencana akan berangkat ke Solo dari Denpasar. Ini merupakan salah satu caraku untuk dapat bertemu dengan Ami, maklum dalam setahun mungkin kita bisa bertemu hanya sekitar 4-5 kali. Kalau aku tidak ada usaha untuk bertemu kami tidak ada waktu untuk berdua.

Tabunganku memang pas2an, jadi aku berencana ke Solo dengan menggunakan kereta dan disana aku akan tinggal sementara di kost temanku.

“Mas, kereta ke Solo dari Banyuwangi brangkat jam piro yo?” tanyaku ke teman kostku yang lebih senior dalam hal travelling.

Agung namanya, senior ku dikampus dan di kost. Teman yang cukup baik dan enak di ajak ngobrol ini sangat berpengalaman dalam hal2 semacam ini, dia pernah touring denpasar jakarta 2x naik sepeda motor. Orang gila.

“Subuh brangkat, jam 6. Nih aku ada bukunya jadwal2 kereta api, bawa aja.” Kata Mas agung.
“Trus brarti aku harus nyebrang dulu dari Gilimanuk jam 8 malem, trus nunggu smpe jam 6?” pikirku

Dan benar saja, bis kecil menuju ke Gilimanuk dari Denpasar terakhir tidak lebih dari jam 8.30 malam. Aku berangkat pukul 8 malam, berangkat penuh dengan semangat untuk bertemu dengan kekasih.

[hati2 ya di jalan, nanti klo uda sampe pelabuhan sms aku ya. Love you.]
pesan singkat dari Ami yang membuat aku seakan tidak merasakan lelah dari perjalanan panjang ini.

Pukul 12 malam aku sampai di Ketapang setelah menyebrang dengan kapal, berjalan kaki menuju ke stasiun tapi sebelumnya mencari makan malam dulu. Setelah makan aku beristirahat bersama calon penumpang yang lain, tidur di teras stasiun.

Pukul 6 pagi kereta menuju ke Lempuyangan, Yogyakarta berangkat. Tentu aku turun di stasiun sebelumnya di stasiun Jebres Solo. Perjalanan yang sangat berat tapi aku merasakan sebaliknya. Membayangkan untuk bisa bertemu dengannya membuat semangat berkali-kali lipat, rasa capek menjadi tidak terasa.

Perjalanan 24 jam 30 menit dengan triatlon berakhir pada pukul 20.30 di stasiun Jebres, Solo. Malam itu aku dijemput oleh temanku, setelah sampai di kost temanku aku segera mandi. Malam itu aku sudah berencana akan makan di angkringan dengan Ami, temanku Said, dan beberapa teman kost Ami.

Beberapa hari itu merupakan hari terindah karena kami bisa merasakan pacaran secara normal. Jalan bareng, makan bareng, ketawa bareng, dan saling cerita. Karena hari-hari seperti itu tidak bisa kita rasakan setiap harinya. Mungkin itu memang kelemahan dari LDR, tapi juga merupakan kenikmatan tersendiri bagi yang mengalaminya.