NeshamakhAvatar border
TS
Neshamakh
[CLEAN] Anda bertanya Quranist menjawab
Assalamualaikum Wr Wb


PERKENALKAN

Kami adalah MUSLIM, yang hanya mengikuti Al-Qur'an saja, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan DICONTOHKAN oleh para UtusanNya:

Allah menjelaskan bahwa hanya Al Qur’an dan kitab sebelumnya saja yang wajib diimani oleh orang bertaqwa (2:4). Ayat 2:4 adalah kelanjutan dari ayat 2:2.


2:2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,


2:3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.


2:4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.



Jadi, salah satu kriteria orang bertaqwa adalah beriman kepada Al Qur’an dan kitab2 sebelumnya. Kemudian, Al Qur’an bersifat membenarkan kitab2 sebelumnya (10:37) sehingga beriman kepada Al Qur’an saja sudah cukup.


10:37. Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.


Ayat 2:4 harus dipandang sebagai petunjuk yang wajib dijalankan. Dalam ayat itu, Allah hanya memerintahkan kita untuk beriman kepada Al Qur’an saja. Dengan kata lain, orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada Al Qur’an saja.



Meskipun uraian di atas sudah cukup, ada baiknya dilakukan pembahasan lebih lanjut agar menjadi lebih jelas. Dalam Al Qur’an, Allah dengan sangat jelas memerintahkan kepada manusia supaya menjadikan kitab Allah sebagai alat untuk memutuskan perkara yang terjadi di antara manusia. Perintah seperti itu diturunkan pada jaman Nabi Musa (5:44), Nabi Isa (5:47), dan Nabi Muhammad (5:48 dan 5:49). Tampak di sini bahwa semua informasi itu ada dalam satu surat, yaitu Al Maa’idah. Ini menunjukkan penegasan Allah tentang penggunaan kitab Allah sebagai pedoman dalam pemutusan suatu perkara di antara manusia.


5:44. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.


5:47. Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.


5:48. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,


5:49. dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.



Perintah penggunaan kitab Allah sebagai pedoman dalam memutuskan perkara di antara manusia juga dijumpai dalam 4:105.


4:105. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,



Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa Al Qur’an merupakan satu-satunya pedoman dalam islam. Untuk menjelaskannya, kita perlu membahas tentang kata perkara. Perkara pada dasarnya adalah masalah. Masalah dapat dinyatakan dengan pertanyaan. Pertanyaan dapat diajukan oleh seseorang atau beberapa orang yang terlibat dalam suatu masalah. Pertanyaan membutuhkan jawaban yang benar. Jawaban yang benar ada di Al Qur’an. Atau, sesuatu yang sesuai dengan Al Qur’an adalah benar. Demikanlah kurang lebih alur pikirnya.

Jika kita ingin menanyakan sesuatu tentang agama, kitab yang diperintahkan untuk dijadikan pedoman untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah Al Qur’an. Selain itu, aturan perundang-undangan dalam suatu negara juga harus sesuai dengan Al Qur’an sehingga keputusan suatu perkara yang dihasilkan secara tidak langsung sudah dibuat berdasarkan Al Qur’an.


saya ingin menjelaskan lebih lanjut tentang hal di atas dengan contoh. Misalnya, ada dua orang yang berbeda pendapat tentang waktu shalat. Bagaimana cara memutuskan perkara tersebut? Menurut Allah, kita wajib hanya menggunakan Al Qur’an saja sebagai pedoman untuk memutuskan perkara itu. Jika kita menggunakan kitab hadis atau kitab selain Al Qur’an lainnya, kita akan melanggar perintah Allah. Sekali lagi, kita wajib hanya menggunakan Al Qur’an saja dalam memutuskan perkara tersebut. Caranya, kita mengaji Al Qur’an tentang waktu shalat. Dalam khasus contoh ini, waktu shalat yang sesuai dengan yang ada dalam Al Qur’an adalah yang benar.


Alinea di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan masalah agama harus dijawab dengan Al Qur’an saja, sekali lagi, hanya Al Qur’an saja.Pertanyaan tentang cara masuk islam, cara berpuasa, cara shalat, cara berjihad, cara berwudlu, waktu shalat, cara bersedekah, cara masuk surga, nama malaikat, keharaman, cara berpakaian, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya wajib dijawab berdasarkan Al Qur’an saja. Oleh karena itu, menurut Allah, satu-satunya pedoman dalam islam adalah Al Qur’an.


Sebagai tambahan, dalam Al Qur’an diceritakan bahwa orang yang tidak beriman kepada Al Qur’an karena disesatkan syaitan akan menyesal di akhirat (25:29) dan Nabi Muhammad akan mengatakan bahwa mereka dahulu telah mengabaikan Al Qur’an (25:30). Kedua ayat ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad mengingatkan agar kaumnya hanya mengimani Al Qur’an saja.


25:29. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.


25:30. Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan."


dan diayat 25:30. mengapa nabi Muhammad tidak mengatakan "kaumku telah menjadikan Sunnahku sesuatu yang tidak diacuhkan" ???


KHARAKTERISTIK AL QUR’AN SEBAGAI SATU-SATUNYA PEDOMAN


Dalam 12:111 Allah menjelaskan bahwa Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.


12:111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.



Selain itu, Al Qur’an adalah benar dan adil, sempurna, rapi, rinci penjelasannya, jelas ayatnya, dan tidak meragukan (6:115; 11:1; 2:99; dan 2:2). Tidak ada yang bisa merubah kalimat-Nya dan Allah akan selalu memelihara-Nya (6:115 dan 15;9).


6:115. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


11:1. Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,


2:99. Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.


2:2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,


15:9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya



Allah juga sudah memasukkan segala sesuatu yang harus dimasukkan kedalam Al Qur’an (6:38).


6:38. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.


Dapat disampaikan di sini bahwa Al Qur’an benar-benar kitab yang dijadikan sebagai pedoman dalam islam.
anakjahanam721
pakisal212
pakisal212 dan anakjahanam721 memberi reputasi
0
574.2K
10K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Debate Club
Debate Club
8.2KThread3.5KAnggota
Tampilkan semua post
NeshamakhAvatar border
TS
Neshamakh
#354
BOLEHKAH MEMINTA SYAFA'AT KEPADA NABI MUHAMMAD?


Ada ajaran dalam kitab hadis yang menyebutkan bahwa dengan mambaca shalawat, manusia akan diberi syafa’at oleh Nabi Muhammad pada hari kiamat. Apakah Al Qur’an membenarkan ajaran bershalawat untuk mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad? Al Qur’an terjemahan yang digunakan adalah Al Qur’an terjemahan versi Departemen Agama RI dalam software Al Qur’an digital versi 2.1.



PENGERTIAN SYAFA’AT

Dalam kamus bahasa Arab Al-Huda karya Abu Khalid, MA yang diterbitkan oleh Fajar Mulya di Surabaya disebutkan bahwa syafaa’atun berarti pertolongan. Atas dasar itu syafa’at dapat diartikan sebagai pertolongan. Pemberi syafa’at berarti pemberi pertolongan. Kalau memang artinya demikian, penulis dapat disebut sebagai pemberi syafa’at ketika menolong orang lain dalam suatu masalah.

Namun pengertian syafa’at tidak sebatas itu jika pertolongan yang dimaksud berkaitan dengan pertolongan Allah. Pengertian syafa’at pun menjadi lebih khusus lagi. Menurut Al Qur’an terjemahan versi Departemen Agama RI dalam software Al Qur’an digital versi 2.1, syafa’at adalah usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Dengan demikian, pemberi syafa’at adalah pemberi jasa usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Dengan kata lain, pemberi syafa’at adalah makhluk Allah yang menjadi perantara dalam proses pemberian pertolongan dari Allah.



APAKAH BENAR PEMBERI SYAFA’AT ITU ADA?

Memang benar bahwa pemberi syafa’at itu ada. Keterangan tentang hal tersebut dijumpai dalam ayat 21:28 berikut ini:

21:28. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafa’atmelainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.



Dalam ayat di atas terungkap bahwa yang menjadi pemberi syafa’at adalah malaikat. Pemberian syafa’at malaikat tidak berguna jika Allah tidak mengijinkannya (53:26).


53:26. Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’atmereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).




KEPADA SIAPA KITA MEMINTA SYAFA’AT?


Yang mempunyai syafa’at adalah Allah (39:44). Makhluk Allah dapat memberikan syafa’at karena ada ijin dari Allah (10:33).


39:44. Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan"


10:3. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?



Jika kita ingin mendapatkan syafa’at (pertolongan), kita meminta kepada yang mempunyai syafa’at itu, yaitu Allah. Ini adalah logika yang jelas bahwa kita meminta sesuatu kepada yang mempunyainya. Kita wajib meminta syafa’at hanya kepada Allah. Sebagai manusia, kita hanya mengikuti kehendak Allah. Kita tidak boleh mendikte Allah untuk menentukan makhluk yang menjadi pemberi syafa’at. Kita serahkan saja kepada Allah untuk menentukan makhluk yang dijinkan-Nya untuk menjadi pemberi syafa’at.



BENARKAH SHALAWAT MENDATANGKAN SYAFA’AT NABI MUHAMMAD?


Tidak ada satu ayat pun dalam Al Qur’an yang menyebutkan bahwa shalawat dapat mendatangkan syafa’at Nabi Muhammad. Ayat yang menyebutkan tentang shalawat nabi adalah (33:56). Terlepas dari pengertian shalawat, dalam ayat tersebut tidak disebutkan tentang ajaran bershalawat untuk mendapatkan syafa’at. Jadi, ajaran bershalawat untuk mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad bukan ajaran Allah.


33:56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya




BENARKAH NABI MUHAMMAD DAPAT MEMBERI SYAFA’AT?



Nabi Muhammad sudah meninggal. Tidak ada satu ayat pun dalam Al Qur’an yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad dapat memberi syafa’at. Allah menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa Nabi Muhammad hanyalah manusia biasa (18:110) dan tidak mengetahui yang gaib serta bukan malaikat (11:31).

18:110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."


11:31. Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka." Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.



Ditegaskan lagi dalam 72:21 bahwa Nabi Muhammad tidak mampu memberikan kemudharatan dan kemanfaatan kepada manusia. Jadi, mengapa orang meminta syafa’at kepada Nabi Muhammad?


72:21. Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan."



Orang yang bershalawat untuk mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad secara sengaja adalah orang yang melakukan kegiatan ibadah untuk mengharapkan syafa’at (pertolongan) dari selain Allah. Mengapa orang mengharapkan pertolongan dari Nabi Muhammad? Padahal, yang mempunyai syafa’at adalah Allah. Apakah memohon pertolongan kepada Nabi sama dengan memohon pertolongan kepada Allah? Apakah mereka ingin menjadikan Nabi Muhammad sebagai tuhan selain Allah?


Marilah kita perhatikan ucapan orang yang menyembah tuhan selain Allah berikut ini.

10:18. Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).



Dalam ayat 10:18 dijelaskan tentang orang-orang yang menyembah tuhan selain Allah dan menganggap tuhan mereka sebagai pemberi syafa’at di sisi Allah meskipun tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa pemberi syafa’at telah dianggap sebagai tuhan selain Allah. Jika dikaitkan dengan Nabi Muhammad, apakah ini tidak berarti bahwa Nabi Muhammad juga telah dijadikan sebagai tuhan selain Allah oleh yang menganggapnya sebagai pemberi syafa’at? Kekhawatiran ini tidak mengada-ada karena yang dikatakan Nabi dalam 72:21 sama dengan ciri-ciri pemberi syafa’at dalam 10:18, yaitu ”Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan.”


Jangan lupa bahwa Allah hidup kekal selamanya. Allah yang sekarang sama dengan Allah yang akan datang. Manusia tidak boleh meminta pertolongan (syafa’at) kepada selain Allah selama-lamanya. Pada hari kiamat, orang juga tidak boleh memohon syafa’at kepada Nabi Muhammad.


Syafa’at seolah-olah menjadi sesuatu yang sulit dimengerti. Padahal, Al Qur’an telah menerangkannya dengan jelas. Marilah kita resapi ayat surat Al Faatihah ayat 5 berikut ini!

1:5. Hanya Engkaulahyang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.



Dengan ayat 1:5 kita merasa yakin bahwa kita hanya boleh meminta pertolongan kepada Allah. Kita wajib hanya meminta pertolongan kepada Allah selama-lamanya. Proses pemberian pertolongan menjadi rahasia Allah. Apakah Allah akan menolong secara langsung? Atau melalui perantara berupa malaikat atau makhluk Allah yang lain? Itu semua menjadi rahasia Allah. Adalah sangat tidak pantas bagi seorang manusia jika mendikte Allah agar yang menjadi pemberi syafa’at adalah Nabi Muhammad.



KESIMPULAN



Manusia hanya diperintahkan untuk meminta pertolongan (syafa’at) kepada Allah. Allah memberi ijin kepada makhluknya untuk menjadi pemberi syafa’at tetapi kita tidak boleh meminta syafa’at kepada makhluk yang dijinkan Allah menjadi pemberi syafa’at.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.