Lulus SMA aku meneruskan pendidikan di salah satu universitas negeri di pulau dewata. Aku memang berencana kuliah di luar kota sejak aku lulus SMA. Aku dan Ami masih sering berhubungan, tapi hanya sekedar sms untuk saling memberikan kabar. Bagaimana sosoknya masih membuat aku kagum, bagaimana cara ia berfikir dan memiliki keteguhan hati.
Pernah aku membahas tentang hubungan kita yang berjalan sebulan itu, dan dia berkata

“Aku punya komitmen untuk engga balikan sama mantanku.”

Ami memang orang yang memiliki ingatan kuat, atau entahlah aku menyebut kelebihannya itu. Dia bisa mengingat kejadian yang menimpa dirinya selama ini. Ia ingat bagaimana detail kejadian2 lucu saat ia kecil ataupun bagaimana ia mendapat perlakuan buruk dari temannya saat sekolah dasar. Yah, hal itu juga yang membuat ia enggan balikan dengan orang yang pernah menjalin hubungan dengan dia. Memori yang menyakitkan akan terus diingatnya dan itu akan mengganggu hubungan kata dia.

Aku terus mensuport dia, karena tahun ini dia akan menghadapi ujian nasional. Meskipun aku juga sibuk dengan urusan ospekku. Aku juga banyak bercerita tentang bagaimana kehidupan kampusku, kehidupan di kost, dan bagaimana hubunganku dengan lawan jenis. Namun sebenarnya itu aku lakukan untuk menutupi sesuatu yang kurang. Bukan Cuma sekedar teman mengobrol, tetapi sebagai sosok dimana kita bisa mencurahkan segalanya. Aku berharap itu dari dia, tapi aku selalu ingat komitmen dia.

Kondisi kita pun tidak memungkinkan aku di Bali, rumahku di Malang sedangkan dia sekolah di Jakarta. Bagaimana kita bisa menjalin hubungan lagi? Ah, pikirku itu mustahil. Menjadi teman ngobrol saja sudah cukup, kataku.

Begitulah, selama aku jomblo sempat memikirkan untuk menjalin sebuah hubungan lagi. Tapi itu hanya hasrat, tidak ada kemauan atau kesungguhan.