Akhirnya kita pun jadian di bulan Mei 2008. Saat itu aku kelas 3 SMA dan dia kelas 2 SMA. Kita jadian via telepon, saat itu aku sedang sendirian main game dan dia sedang ada acara di sebuah hotel. Aku utarakan apa yang aku rasakan selama ini, rasa nyaman yang aku rasakan bersamanya. Yah, baru kali ini aku jadian dengan tidak bertemu orangnya langsung dan belum tau sosoknya secara nyata, hanya lewat foto saja.

Sampai suatu ketika dia akan berencana ke Malang untuk menemui sepupunya Fen yang juga temanku itu.

“Wah, asyik kamu ke malang, akhirnya kita bisa ketemu juga.”
“hahaha, iyah. Tapi aku ke surabaya dulu mau jemput tanteku ntar barengan ke rumah mbak Fen.”

Aku tidak sabar menunggu kedatangannya ke malang, akhirnya aku bisa bertemu dengan kekasihku yang hanya aku tau rupanya dari foto saja.

*tittit tittit, hapeku berbunyi tanda ada sms masuk.
[aku udah di rumah mbak fen nih] ternyata sms dari Ami.
[okeh, kamu istirahat dulu ajah. Ntar jadi ke matos?] sms balasanku kepadanya.
[jadi, ntar ketemuan di gramed yah. Aku pake baju putih, kamu taukan mukaku kaya gimana?]
[taulah, kamu juga tau aku kan?] sebuah pertanyaan yang lucu bagi dua orang yang sedang pacaran.
[tau kok, yauda sampe ketemu nanti yah]

Segera saja aku mandi dan memakai parfum yang banyak, berusaha tampil yang terbaik meskipun aku bukan orang yang paham fashion bahkan bisa dinilai sense of fashionku buruk. Setelah rampung melakukan ritual sebelum kencan segera aku mengambil kunci motorku dan tancap gas menuju ke tempat kopdar.

Dalam perjalanan hatiku berdebar, bagaimana kalo dia ternyata kaget melihat tampang asliku? Bagaimana kalo dia malah meninggalkanku? Yah, pertanyaan yang terus berulang-ulang dalam pikiranku. Sesampainya di mall tempat tujuan, aku segera mengirim sms.

[aku udah sampe nih, kmu dimana?]
Tidak lama ada sms masuk dari Ami.
[aku uda di gramed langsung aja kesini. Mbak Fen ama tante lagi makan di food court]

Begitu selesai membaca pesan darinya, aku langsung menuju ke eskalator. Menuju toko buku di lantai 2.
Di depan gramed aku mencari- cari sosoknya. Tepat di depan pintu, di bagian new release aku melihat sosok wanita berbaju putih, berambut ikal sepunggung. Sejenak ia melihat ke arahku dan tersenyum.

“Udah lama nunggu?” kataku terbata- bata
“Engga kok, hmm. . .halo”
“Halo juga, hehe” kita pun berjabat tangan. Sangat aneh bagi orang yang sudah berpacaran meskipun baru seminggu.
“Yuk ketempat mbak Fen” kata dia mencairkan suasana.
“ayok”

Ami, sosok gadis umur 16 tahun saat itu. Tidak terlalu tinggi berpostur tubuh kecil, namun memiliki kulit yang putih dan mata yang indah. Rambutnya ikal sepunggung

Kita pun menghabiskan waktu berdua dengan bergandengan tangan, dengan hati yang berdebar- debar dan muka memerah.