TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#36
Spoiler for Speed : Half Memory:
Mereka berlari keluar menuju pintu dari kapal pesiar itu menuju geladak utama melalui sebuah lorong di sebelah kabin yang sampingnya adalah kaca yang besar dan terlihat tebal. Namun sebelum mereka sempat membuka pintu itu, sebuah guncangan kecil menggerakkan kaki mereka dan membuat mereka berpegangan pada besi yang ada di dekat dinding.
"A...Ada apa ini?!" kata Youmu dengan panik.
"Kita berjalan. Begini parahkah sampai kita harus meninggalkan dermaga?" kata Saki.
"I...Iya. Kami tidak dapat menghentikan mereka. Mereka terus menekan kami." kata orang itu sambil menundukkan kepalanya.
"Hmm, baiklah, sekarang aku mau tahu. Seberapa ganaskah dia." kata Saki sambil kembali berjalan dan membuka pintu itu,
Sinar dari luar pun terpancar ke dalam lorong itu. Menyilaukan Saki, Youmu, dan orang itu untuk sementara. Lalu perlahan mereka berjalan dan melihat ke arah geladak. Terlihat beberapa orang yang berseragam sama dengan orang yang mengantarkan Youmu sedang menembaki sesuatu yang ada di dermaga.
"Apa yang mereka...." kata Youmu dan saat melihat ke arah dermaga ia pun berhenti berkata-kata.
Sesosok mahkluk yang berwarna perak menahan peluru magnum yang dilepaskan oleh orang-orang itu. Dia menahan peluru itu dengan 'sayap'nya yang tipis dan berwarna perak. Dia hanya bersembunyi di balik situ dan sesekali melihat ke arah orang-orang itu. Terlihat wajahnya yang mirip dengan manusia namun berwarna perak. Lalu saat dia melihat orang-orang yang keluar dari geladak dan melihat Saki, matanya pun terbelalak. Dendam memenuhi matanya. Dari ujung sayapnya, dia pun mencabut sesuatu yang tertempel di ujung sayapnya itu. Lalu sesuatu yang panjang terlihat. Tipis, mengkilat, dan tajam. Tiba-tiba mahkluk itu pun mengibaskan kedua sayapnya dan terbang dengan cepat menuju Saki.
"Akan kubunuh kau!!!" teriak mahkluk itu.
Dia memakai baju lengan panjang, celana jeans panjang, dan membawa pedang yang terlihat tidak lurus. Seluruh badannya berwarna perak dan hanya pakaiannya saja yang berwarna biru.
"Lagi-lagi..." kata Saki sambil bersiap mengeluarkan pedangnya dari sarungnya.
Lalu Saki pun menahan serangan mahkluk itu. Youmu hanya terdiam memandangi mahkluk itu. Sejenak mahkluk itu melihat Youmu dan dia pun terdiam dan melepaskan pedangnya itu.
"Kenapa kamu jadi begini?" tanya Youmu kepada mahkluk itu.
"Kamu...tidak usah ikut campur.....Kamu hanya akan mempermalukanku." katanya.
Lalu mereka berdua pun diam, saling menatap satu dengan yang lainnya. Keheningan pun melanda mereka untuk beberapa detik. tak ada yang bergerak.
"Makazaki. Kenapa kamu menjadi begini?" tanya Youmu untuk kedua kalinya.
"Aku........" dan katanya terputus di situ.
Semua kembali hening. Lalu Makazaki pun melihat ke arah lantai yang basah. Melihat kembali wajahnya yang perak itu. Youmu yang melihatnya pun mendekatinya dan memegang bahunya.
"Mungkinkah....Meimu?" kata Youmu pelan.
Makazaki pun terkejut dan langsung menatap tajam Youmu.
"Da...Darimana kamu tahu?!" kata Makazaki kaget.
"Aku telah mendengar rumor itu dan Yuyuko-sama pun pernah menceritakan kepadaku tentang Meimu." kata Youmu.
Lalu heningpun kembali mendatangi mereka. Youmu mengeluarkan Hakurouken dari sarungnya.
"Ini seharusnya yang aku lakukan dari tadi." kata Youmu sambil mengayunkan pedangnya ke arah dada Makazaki.
Makazaki yang kaget hanya dapat menutupi daerah yang akan terkena Hakurouken dengan sayapnya. Namun Hakurouken menembus sayapnya dan melesat menembus dadanya. Pedang itu pun langsung bercahaya. bersamaan dengan Makazaki yang terlihat menahan perih dari tancapan Hakurouken. Makazaki pun perlahan bercahaya di daerah yang terserang oleh Hakurouken. Sesuatu dalan dirinya mulai roboh. lembaran-lembaran perak yang menyelimuti tubuhnya perlahan retak. Youmu hanya memejamkan matanya sambil berkonsentrasi pada Hakurouken. Aura hijau dari tubuhnya pun keluar menyelimuti Makazaki yang tidak berdaya.
"Sa...Saki-sama! Mereka datang!" teriak salah seorang yang sedang berdiri dan melihat ke arah dermaga.
Saki pun melihat ke arah dermaga dan banyak siluman yang beterbangan ke arah kapal itu. Mereka sepertinya sama seperti Makazaki, terbuat dari perak, namun mereka benar-benar siluman, tidak seperti Makazaki.
"Tembak mereka! Cepat!!" teriak Saki dan mengambil magnum yang diberikan kapten kapal itu.
Beberapa siluman itu pun ada yang terjatuh dan ada juga yang tetap terbang walau terkena peluru itu. Sementara itu Youmu masih berkonsentrasi dengan Hakuroukennya.
"Argh, sial. Kita harus menahan mereka sampai Youmu selesai dengan hal itu!" teriak Saki dengan nada agak kesal.
Mereka pun menembaki siluman-siluman itu lagi. Ada yang terjatuh ke laut saat tertembak dan ada juga yang masih terbang. Sementara itu Bagian tubuh Makazaki yang tertutup oleh perak itu sudah mulai terlihat. Dari kaki, tangan, dan wajahnya. Sayapnya pun terlihat jatuh ke lantai. Lalu Aura yang menutupi Youmu perlahan mulai menghilang. Youmu pun mencabut kembali Hakurouken dan menangkap Makazaki yang pingsan sehabis itu. Youmu pun bergegas membawa Makazaki ke kabin kapten karena itulah ruangan terdekat dimana Makazaki dapat beristirahat. Lalu Youmu kembali ke geladak dan melihat siluman itu yang sudah sangat dekat.
"Youmu! Bantu kami!" kata Saki.
"Baik!" kata Youmu.
Namun saat Youmu ingin berlari ke arah siluman-siluman itu, kapal bergoyang-goyang dengan aneh.
"Kanapa ini?!" kata Youmu.
Dan saat dia melihat ke ujung-ujung kapal itu, siluman yang terjatuh ternyata memanjat kapal itu dan merusak kapal itu.
"Sial! Mereka pintar!" kata Saki.
Dan saat itu juga, mereka sadar bahwa mereka terkepung.
"Serahkan bagian ini untukku! Kalian cepat pergi ke belakang kapal dan bertahan di situ! Aku ada rencana!" teriak Saki.
"A...Apa yang kamu lakukan?! Kita hanya berdua dan mereka mengepung kita!" kata Youmu.
"Kita tidak akan menghadapi mereka karena mereka akan hencur bersama kapal ini! Ayo! Cepat ke belakang kapal!" kata Saki sambil berlari ke belakang kapal.
Namun Youmu pun berbalik dan melihat ratusan siluman yang mengerubungi mereka.
"Kenapa kamu diam! Ayo cepat!" kata Saki lagi.
"Aku akan menunggu kalian. Pasti kalian membutuhkan waktu untuk bersiap-siap bukan?" kata Youmu dengan mantap.
"Hah. Keras kepala kamu. Ya sudah. Aku akan memanggilmu saat aku selesai." kata Saki sambil meninggalkan Youmu.
Youmu hanya diam di tengah geladak. Siluman-siluman itu pun mendatangi Youmu.
"......Konsentrasi......."
Youmu memejamkan matanya dan berkonsentrasi penuh. Saat dia membuka lagi matanya, dia tidak melihat siluman-siluman itu melainkan arwah mereka saja. Semua menjadi gelap dan hanya arwah mereka yang berbentuk seperti api itu yang dapat dilihat Youmu.
"Leluhurku telah mewariskanku talenta ini.... Sekarang aku tidak akan mengecewakan mereka... Mereka yang sudah percaya padaku sampai sejauh ini.... The Secret "Slash of Spring Wind in Saigyouji"!"
Lalu angin yang tidak berhembus kencang tiba-tiba berhembus kencang. Youmu hanya diam dengan memegang kedua pedangnya di depannya. Dia tahu bahwa siluman-siluman itu sudah ada di depannya dan siap untuk membunuhnya, bahkan ada cakar dari salah satu siluman itu yang sudah ada di atas kepalanya. Namun sebelum cakar itu sempat menyobek kepalanya, Youmu menghentakan kedua pedangnya ke tanah dan terbentuklah sebuah gelombang aura yang menghantam mereka semua menjauh. Saat mereka terpelanting, sesaat setelah mereka terkena aura itu, Youmu pun bergerak dengan kecepatan yang tidak terkira. Dirinya menebas semua siluman yang terpelanting darinya. Semua dia lakukan dengan mata yang tertutup. Hanya jiwanya yang menuntunnya dalam konsentrasinya yang sudah amat dalam itu. Sepuluh, Dua puluh, tiga puluh, dan hampir semua siluman yang datang dia tebas sampai benar-benar terbelah dua.
"Youmu!" teriak Saki dan Youmu tetap memejamkan matanya dan berjalan menuju arah suara itu.
Lalu Youmu melihat arwah yang jauh di depannya. Itu arwah Saki dan orang-orang lainnya. Namun sesaat sebuah arwah muncul lagi dari belakang. Itu bukan satu dari mereka. Itu salah satu siluman yang ingin membunuh mereka. Dan Youmu pun langsung berlari dan melesat ke belakang orang-orang itu untuk menebas siluman itu. Tidak ada yang melihat kejadian itu dan mereka hanya melihat siluman yang terbelah di belakang mereka dan Youmu di sebelahnya.
"Baik, semua sudah ada di sini. Masuk ke ruangan rahasia dan keluarkan perahu kecilnya!" teriak Saki.
Lalu mereka pun menggerakkan besi untuk berpegang di ujung kapal dan lantai pun bergerak. Lantai seakan terbelah dan semua langsung melompat masuk ke dalam perahu-perahu kecil itu. Makazaki pun sudah di bawa bersama dengan Saki dan seperahu dengan Youmu. Lalu sesaat setelah mereka meninggalkan kapal pesiar itu, Saki pun yang keluar paling terakhir menembak gentong minyak dengan magnumnya. Sekejap setelah itu kapal pesiar mewah berubah menjadi buntalan awan abu-abu tebal yang melambung ke langit beserta bangkai dari siluman-siluman itu.
"Kemana kita akan pergi?" tanya Youmu.
"Negara seberang." kata Saki.
Youmu hanya diam sambil melihat Makazaki yang masih belum sadarkan diri.
"Ternyata....Kamu masih..." pikir Youmu sambil meneteskan air matanya.
"A...Ada apa ini?!" kata Youmu dengan panik.
"Kita berjalan. Begini parahkah sampai kita harus meninggalkan dermaga?" kata Saki.
"I...Iya. Kami tidak dapat menghentikan mereka. Mereka terus menekan kami." kata orang itu sambil menundukkan kepalanya.
"Hmm, baiklah, sekarang aku mau tahu. Seberapa ganaskah dia." kata Saki sambil kembali berjalan dan membuka pintu itu,
Sinar dari luar pun terpancar ke dalam lorong itu. Menyilaukan Saki, Youmu, dan orang itu untuk sementara. Lalu perlahan mereka berjalan dan melihat ke arah geladak. Terlihat beberapa orang yang berseragam sama dengan orang yang mengantarkan Youmu sedang menembaki sesuatu yang ada di dermaga.
"Apa yang mereka...." kata Youmu dan saat melihat ke arah dermaga ia pun berhenti berkata-kata.
Sesosok mahkluk yang berwarna perak menahan peluru magnum yang dilepaskan oleh orang-orang itu. Dia menahan peluru itu dengan 'sayap'nya yang tipis dan berwarna perak. Dia hanya bersembunyi di balik situ dan sesekali melihat ke arah orang-orang itu. Terlihat wajahnya yang mirip dengan manusia namun berwarna perak. Lalu saat dia melihat orang-orang yang keluar dari geladak dan melihat Saki, matanya pun terbelalak. Dendam memenuhi matanya. Dari ujung sayapnya, dia pun mencabut sesuatu yang tertempel di ujung sayapnya itu. Lalu sesuatu yang panjang terlihat. Tipis, mengkilat, dan tajam. Tiba-tiba mahkluk itu pun mengibaskan kedua sayapnya dan terbang dengan cepat menuju Saki.
"Akan kubunuh kau!!!" teriak mahkluk itu.
Dia memakai baju lengan panjang, celana jeans panjang, dan membawa pedang yang terlihat tidak lurus. Seluruh badannya berwarna perak dan hanya pakaiannya saja yang berwarna biru.
"Lagi-lagi..." kata Saki sambil bersiap mengeluarkan pedangnya dari sarungnya.
Lalu Saki pun menahan serangan mahkluk itu. Youmu hanya terdiam memandangi mahkluk itu. Sejenak mahkluk itu melihat Youmu dan dia pun terdiam dan melepaskan pedangnya itu.
"Kenapa kamu jadi begini?" tanya Youmu kepada mahkluk itu.
"Kamu...tidak usah ikut campur.....Kamu hanya akan mempermalukanku." katanya.
Lalu mereka berdua pun diam, saling menatap satu dengan yang lainnya. Keheningan pun melanda mereka untuk beberapa detik. tak ada yang bergerak.
"Makazaki. Kenapa kamu menjadi begini?" tanya Youmu untuk kedua kalinya.
"Aku........" dan katanya terputus di situ.
Semua kembali hening. Lalu Makazaki pun melihat ke arah lantai yang basah. Melihat kembali wajahnya yang perak itu. Youmu yang melihatnya pun mendekatinya dan memegang bahunya.
"Mungkinkah....Meimu?" kata Youmu pelan.
Makazaki pun terkejut dan langsung menatap tajam Youmu.
"Da...Darimana kamu tahu?!" kata Makazaki kaget.
"Aku telah mendengar rumor itu dan Yuyuko-sama pun pernah menceritakan kepadaku tentang Meimu." kata Youmu.
Lalu heningpun kembali mendatangi mereka. Youmu mengeluarkan Hakurouken dari sarungnya.
"Ini seharusnya yang aku lakukan dari tadi." kata Youmu sambil mengayunkan pedangnya ke arah dada Makazaki.
Makazaki yang kaget hanya dapat menutupi daerah yang akan terkena Hakurouken dengan sayapnya. Namun Hakurouken menembus sayapnya dan melesat menembus dadanya. Pedang itu pun langsung bercahaya. bersamaan dengan Makazaki yang terlihat menahan perih dari tancapan Hakurouken. Makazaki pun perlahan bercahaya di daerah yang terserang oleh Hakurouken. Sesuatu dalan dirinya mulai roboh. lembaran-lembaran perak yang menyelimuti tubuhnya perlahan retak. Youmu hanya memejamkan matanya sambil berkonsentrasi pada Hakurouken. Aura hijau dari tubuhnya pun keluar menyelimuti Makazaki yang tidak berdaya.
"Sa...Saki-sama! Mereka datang!" teriak salah seorang yang sedang berdiri dan melihat ke arah dermaga.
Saki pun melihat ke arah dermaga dan banyak siluman yang beterbangan ke arah kapal itu. Mereka sepertinya sama seperti Makazaki, terbuat dari perak, namun mereka benar-benar siluman, tidak seperti Makazaki.
"Tembak mereka! Cepat!!" teriak Saki dan mengambil magnum yang diberikan kapten kapal itu.
Beberapa siluman itu pun ada yang terjatuh dan ada juga yang tetap terbang walau terkena peluru itu. Sementara itu Youmu masih berkonsentrasi dengan Hakuroukennya.
"Argh, sial. Kita harus menahan mereka sampai Youmu selesai dengan hal itu!" teriak Saki dengan nada agak kesal.
Mereka pun menembaki siluman-siluman itu lagi. Ada yang terjatuh ke laut saat tertembak dan ada juga yang masih terbang. Sementara itu Bagian tubuh Makazaki yang tertutup oleh perak itu sudah mulai terlihat. Dari kaki, tangan, dan wajahnya. Sayapnya pun terlihat jatuh ke lantai. Lalu Aura yang menutupi Youmu perlahan mulai menghilang. Youmu pun mencabut kembali Hakurouken dan menangkap Makazaki yang pingsan sehabis itu. Youmu pun bergegas membawa Makazaki ke kabin kapten karena itulah ruangan terdekat dimana Makazaki dapat beristirahat. Lalu Youmu kembali ke geladak dan melihat siluman itu yang sudah sangat dekat.
"Youmu! Bantu kami!" kata Saki.
"Baik!" kata Youmu.
Namun saat Youmu ingin berlari ke arah siluman-siluman itu, kapal bergoyang-goyang dengan aneh.
"Kanapa ini?!" kata Youmu.
Dan saat dia melihat ke ujung-ujung kapal itu, siluman yang terjatuh ternyata memanjat kapal itu dan merusak kapal itu.
"Sial! Mereka pintar!" kata Saki.
Dan saat itu juga, mereka sadar bahwa mereka terkepung.
"Serahkan bagian ini untukku! Kalian cepat pergi ke belakang kapal dan bertahan di situ! Aku ada rencana!" teriak Saki.
"A...Apa yang kamu lakukan?! Kita hanya berdua dan mereka mengepung kita!" kata Youmu.
"Kita tidak akan menghadapi mereka karena mereka akan hencur bersama kapal ini! Ayo! Cepat ke belakang kapal!" kata Saki sambil berlari ke belakang kapal.
Namun Youmu pun berbalik dan melihat ratusan siluman yang mengerubungi mereka.
"Kenapa kamu diam! Ayo cepat!" kata Saki lagi.
"Aku akan menunggu kalian. Pasti kalian membutuhkan waktu untuk bersiap-siap bukan?" kata Youmu dengan mantap.
"Hah. Keras kepala kamu. Ya sudah. Aku akan memanggilmu saat aku selesai." kata Saki sambil meninggalkan Youmu.
Youmu hanya diam di tengah geladak. Siluman-siluman itu pun mendatangi Youmu.
"......Konsentrasi......."
Youmu memejamkan matanya dan berkonsentrasi penuh. Saat dia membuka lagi matanya, dia tidak melihat siluman-siluman itu melainkan arwah mereka saja. Semua menjadi gelap dan hanya arwah mereka yang berbentuk seperti api itu yang dapat dilihat Youmu.
"Leluhurku telah mewariskanku talenta ini.... Sekarang aku tidak akan mengecewakan mereka... Mereka yang sudah percaya padaku sampai sejauh ini.... The Secret "Slash of Spring Wind in Saigyouji"!"
Lalu angin yang tidak berhembus kencang tiba-tiba berhembus kencang. Youmu hanya diam dengan memegang kedua pedangnya di depannya. Dia tahu bahwa siluman-siluman itu sudah ada di depannya dan siap untuk membunuhnya, bahkan ada cakar dari salah satu siluman itu yang sudah ada di atas kepalanya. Namun sebelum cakar itu sempat menyobek kepalanya, Youmu menghentakan kedua pedangnya ke tanah dan terbentuklah sebuah gelombang aura yang menghantam mereka semua menjauh. Saat mereka terpelanting, sesaat setelah mereka terkena aura itu, Youmu pun bergerak dengan kecepatan yang tidak terkira. Dirinya menebas semua siluman yang terpelanting darinya. Semua dia lakukan dengan mata yang tertutup. Hanya jiwanya yang menuntunnya dalam konsentrasinya yang sudah amat dalam itu. Sepuluh, Dua puluh, tiga puluh, dan hampir semua siluman yang datang dia tebas sampai benar-benar terbelah dua.
"Youmu!" teriak Saki dan Youmu tetap memejamkan matanya dan berjalan menuju arah suara itu.
Lalu Youmu melihat arwah yang jauh di depannya. Itu arwah Saki dan orang-orang lainnya. Namun sesaat sebuah arwah muncul lagi dari belakang. Itu bukan satu dari mereka. Itu salah satu siluman yang ingin membunuh mereka. Dan Youmu pun langsung berlari dan melesat ke belakang orang-orang itu untuk menebas siluman itu. Tidak ada yang melihat kejadian itu dan mereka hanya melihat siluman yang terbelah di belakang mereka dan Youmu di sebelahnya.
"Baik, semua sudah ada di sini. Masuk ke ruangan rahasia dan keluarkan perahu kecilnya!" teriak Saki.
Lalu mereka pun menggerakkan besi untuk berpegang di ujung kapal dan lantai pun bergerak. Lantai seakan terbelah dan semua langsung melompat masuk ke dalam perahu-perahu kecil itu. Makazaki pun sudah di bawa bersama dengan Saki dan seperahu dengan Youmu. Lalu sesaat setelah mereka meninggalkan kapal pesiar itu, Saki pun yang keluar paling terakhir menembak gentong minyak dengan magnumnya. Sekejap setelah itu kapal pesiar mewah berubah menjadi buntalan awan abu-abu tebal yang melambung ke langit beserta bangkai dari siluman-siluman itu.
"Kemana kita akan pergi?" tanya Youmu.
"Negara seberang." kata Saki.
Youmu hanya diam sambil melihat Makazaki yang masih belum sadarkan diri.
"Ternyata....Kamu masih..." pikir Youmu sambil meneteskan air matanya.
0
Kutip
Balas