Act - 3.3 Remember The Saint Croix Tragedy

Said Ibrahim yang memegang lentera dengan tangan kirinya, berjalan didepan menerangi jalur yang akan dilalui. Semakin jauh mereka bertiga melangkah turun, semakin menyempit pula lebar jalan anak tangganya. Dinding-dinding di sekeliling mereka terlihat begitu kotor penuh debu dan beberapa terlihat sarang laba-laba menempel.

Diana yang berjalan dibelakang Shade dengan Isaac yang berada disampingnya, merasakan bahwa jalur anak tangga ini seperti akan membawa mereka menuju suatu makam kuno. Rasa takut muncul sedikit dari dalam hati wanita itu apalagi setelah dia merasakan hawa dingin muncul dari bawah anak tangga dan menyentuh tubuhnya.

“Kita sampai…” ucap Said Ibrahim dengan pula menghentikan langkah jalannya.

Ketiga manusia yang sebelumnya menyelesaikan teka-teki itu akhirnya sampai kedasar permukaan. Disana mereka melihat ruangan cukup besar dengan beberapa pilar-pilar batu yang menopang atap dan juga rentetan rapih rak buku berwarna coklat tua.

“Tempat apa ini?” Diana kebingungan karena sepanjang yang dia lihat tidak ada apapun terkecuali ruangan kosong dengan beberapa perabotan seperti meja, kursi, dan juga lemari.

“Kita akan mencari tahu lebih lanjut..” Said kemudian melangkah lebih dalam ke ruangan kosong didepannya itu dengan Diana dan juga Isaac yang ikut berjalan mengikuti pemuda itu dari belakang.

Said berjalan pelan dengan mengarahkan lentera yang dia pegang kearah kiri, kanan, dan kedepan. Hal yang terlihat sepanjang jalan hanyalah rentetan rak-rak buku yang dipenuhi map berkas tua dengan nomor seri yang tertera ditiap map filenya. Isaac yang melihat disekelilingnya hanyalah rentetan penuh buku-buku tua kemudian berbicara “Apa ini adalah perpustakaan?”

Tidak ada yang menjawab. Mereka bertiga terus melangkah berjalan hingga sampailah akhirnya diujung ruangan. Disana terlihat meja panjang tua yang memiliki relief ukiran rumit dengan file yang berserakan diatasnya. Disekelilingnya terlihat pula beberapa patung batu bergaya romawi tanpa kepala berdiri tegak.

Said yang telah sampai didepan meja tua itu kemudian meletakan lentera yang dipegangnya di meja dan kemudian mengambil salah satu kertas dan membaca file yang berserakan itu. “Said benarkah ruangan ini adalah sesuatu yang sedang kau cari?” Diana berbicara sembari melipat kedua tangannya karena merasakan udara begitu dingin ditempat ini.

Said kemudian meletakan kertas file yang dia baca. Dia terdiam sejenak dan kemudian berbicara.

“Tempat ini adalah tempat penyimpanan arsip rahasia Le noire saint croix.”


***


Circa 2013 Paris, France.
Parking Area, East Abandoned Apartement.

Aku tidak mengerti kenapa semuanya berubah menjadi seperti ini. Kenapa aku bersandar pada tembok tempat parkir apartemen tua dengan luka tembakan yang mengeluarkan banyak darah. Kenapa aku yang seorang pemburu menjadi buruan yang dikejar-kejar?

“Kau bisa lari tapi kau tidak bisa sembunyi Subject-Host 4D3..”

Aku mendengar suara itu, suara salah satu member Saint Croix yang tidak jauh dari tempatku berada. Kode nama Saint John Fabvre. Dia yang merupakan partnerku kini sedang memburuku dan menginginkan aku mati.

Aku tidak mengerti, aku mengerjakan tugas seperti apa yang diperintahkan. Tapi kenapa mereka menuduhku sebagai pengkhianat? Aku tidak pernah mngkhianati kelompok ini. Apa.. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

“Menyerahlah Judas. Menyerahlah dan terima hukuman yang menantimu.”

“Aku tidak pernah mengkhianati kelompok ini Fabvre!! Kenapa kau dan juga yang lainnya tidak mempercayaiku??!!” suara kerasku menggema dalam ruangan dengan posisi tubuhku yang bergerak dari tempatku bersembunyi dan sekarang menodongkan senjata api Mauser C96 tepat kerah rekanku sendiri.

Fabvre menyadari posisi tempatku berada. Dia kemudian membalikan badannya dan melihat diriku yang terluka sedang mengarahkan senjata api lurus kearahnya. Dia hendak mengangkat lengan kanannya yang memegang Baretta FS92. Tapi sebelum dia melakukannya, aku kemudian berteriak kencang. “Jangan mencoba untuk melakukan apapun!!”

Kulihat Fabvre menghela nafas dan kemudian membuangnya. Dia pemuda yang memiliki rambut kuning keemasan panjang yang diikat dibelakang dan mengenakan kacamata bening, menatapku dengan menyipitkan kedua matanya.

“Jika kau bukan Pengkhianat, kenapa kau melukai anggota Saint Croix yang lain dan membunuh salah satu dari rekan kerjamu dikelompok ini?”

“Itu bukan salahku, aku hanya membela diri!! Mereka berusaha membunuhku atas suatu alasan yang tidak aku mengerti!!” pembelaan kerasku kukatakan kepadanya.

“Kalau begitu katakan padaku kenapa kau membunuh para dewan tetua Order of Silver? Kenapa kau membunuh orang-orang penting dari society yang membawahi Saint Croix? Apa sebenarnya yang kau rencanakan? Apa tujuanmu Subject-Host 4D3?!”

Aku kaget mendengar perkataan dari Fabvre. “Dewan tetua Order?? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan..?”

“Jangan pura-pura bodoh! Korban yang kau bunuh dalam misi terakhir yang kau jalankan adalah para Dewan tetua Order! Kau membunuh mereka semua tanpa terkecuali! Kau sadar apa yang kau lakukan? Kau telah membuat guncangan besar didalam tubuh society!! Sekarang kelompok Saint Croix dianggap sebagai pengkhianat, dan semua akses juga perlindungan ditutup oleh Order of Silver!! Kau adalah orang yang bertanggung jawab atas kehancuran kelompok ini!!”

“Aku benar-benar tidak mengerti mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi!! aku tidak pernah tahu mengenai detail target yang diberikan padaku ternyata adalah para dewan tetua Order!! Aku hanya menjalankan misi sesuai dengan form yang diberikan oleh Malkisedek Informant!!”

“Jika benar misi itu merupakan misi yang diberikan oleh Malkisedek informant, lalu kenapa misi itu tidak tercantum didalam database!! Kau mencoba memfitnah satu-satunya Informant penting dalam kelompok ini yang menjadi perantara antara society Order of Silver dan kita??!! Berikan padaku bukti mengenai kata-katamu barusan, maka aku akan mempercayaimu Judas!!”

Aku merasakan surprise dengan apa yang dikatakan oleh Fabvre. Form yang biasa aku terima sebagai suatu misi memang harus dilenyapkan setelah dibaca. Aku tidak memiliki bukti apapun. Aku dijebak.

Aku mengigit bibir bawahku dan menyadari bahwa tidak akan ada seorang pun yang percaya dengan apa yang kukatakan. Malkisedek, dia menjebakku untuk melakukan sesuatu yang kotor dan sekarang mengkambing hitamkanku sebagai seorang pengkhianat.

“Aku tahu mengenai masa lalumu Judas. Kau adalah bekas dari anak-anak asuhan Selvandor. Kau pernah berada dalam bimbingannya didalam kelompok The Sect. Apa tindakanmu ini semuanya berhubungan dengan the Sect dan Tatanan Dunia Baru??”

Aku membuang nafas. Aku tahu, aku hanya bisa mempercayai diriku sendiri disaat kondisi seperti ini. “Berbicara seperti apapun juga, kau tidak akan percaya padaku bahwa aku sebenarnya tidak bersalah Fabvre. The Sect adalah masa laluku. Aku tidak ada kaitannya lagi dengan mereka dan juga Selvandor!!! Malkisedek telah menjebakku.”

“Tanpa fakta yang jelas yang disertai juga bukti-bukti yang kuat, aku tidak bisa mempercayaimu..”

Aku menelan ludah. Aku sadar, aku yang tidak pernah ingin bertikai dengan rekanku sendiri, kini harus kembali bertikai. Membunuh salah satu anggota saint croix dan melukai berat anggota yang lainnya telah memberikan suatu beban berat bagiku.

“Kau mendengarnya Judas? Suara deru mobil yang terdengar sedang menuju ketempat ini? Aku merasakan anggota Saint croix lain akan tiba sebentar lagi.”

“Aku tidak ingin bertikai denganmu Fabvre…”

“Sayangnya aku harus membawamu hidup atau mati untuk membersihkan kembali nama Le noire Saint Croix.” Fabvre menjawab tegas dengan serta merta menodongkan senjata api Baretta FS92 miliknya tepat kearahku.


***


Pertikaian tidak bisa dihindarkan. Ingatan mengenai tragedy dan konspirasi itu terbayang ketika aku membaca file yang sebelumnya kupegang. Dua tahun telah berlalu, tapi rentetan tembakan dan bau darah itu masih dapat kurasakan.

Kuletakan file yang berisi laporan-laporan mengenai kegiatan the Sect di kota Paris di meja tua yang berada didepanku. The Sect telah hancur. Mati bersama dengan Selvandor dan juga kehancuran yang terjadi di Vatican. Aku harus melupakan ancaman kelompok itu. Masa telah berganti, peperangan juga berganti.

“Mengapa Saint Croix memiliki data-data rahasia dan penting seperti ini Said? Data-data kegiatan tiap lembaga di tiap Negara? Bahkan rahasia pemerintahan pun tercatat?” ucap tanya Diana padaku setelah membaca file tua yang sedang dipegangnya.

“Underground Secret Service… mungkin itu sebutan termudah yang bisa kukatakan padamu.”

Kulihat, Diana yang sedang menatapku mengerutkan keningnya dan kemudian berbicara dengan nada sedikit ketus. “Jika kalian memang tahu mengenai segala hal dan kebenaran dibalik peristiwa terorisme, penyerangan ke afganistan, dan juga konspirasi lainnya, kenapa kalian tidak berusaha mencegahnya?”

“Saint Croix memang mengetahui banyak hal. Tapi kami bergerak hanya pada jalur kami. Dunia ini tidak sesimpel yang mungkin kau pikirkan Diana. Banyak kepentingan-kepentingan yang rumit, juga perpolitikan, kekuasaan dibalik layar yang mengimbas besar pada kehidupan banyak manusia.

Kami ada untuk menghentikan suatu bencana besar yang mungkin akan terjadi akibat kepentingan-kepentingan itu. Namun Walau bagitu kami bukanlah pahlawan yang bisa dan berhak ikut campur pada banyak hal di dunia ini.”