TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#35
Spoiler for Knowledge : Book of Knowledge (2):
"Sebaiknya kamu alihkan perhatiannya karena aku akan mengeluarkan spellku." kata Patchouli sambil membaca buku sihirnya.
Tidak berapa lama barrier itu pecah dan monster itu berteriak. Koa kuma pun langsung melesat ke belakang moster itu dan menembakkan danmaku berbentuk lingkaran biru yang besar.
"Hey! Ke sini! kau moster besar!" teriak Koakuma.
Moncong dari monster itu pun menghadap ke Koakuma dan kembali berteriak. Lalu batang yang berjubah putih pun bersinar. Dari mulut monster itu pun menembakan sesuatu yang bercahaya putih seperti laser ke udara. Lalu tiba-tiba jatuh lagi cahaya yang berukuran lebih kecil namun tetap saja berbahaya ke arah Koakuma. Koakuma pun menghindar ke kiri dan ke kanan sampai ia akhirnya sadar bahwa sinar itu mengelilinginya.
"Ah! Tidak! Aku harus keluar!" kata Koakuma.
Namun saat Koakuma memegang sinar itu, tangannya seperti dibakar api. Saat dia menembak pun, sinar itu tidak retak sedikitpun.
"I...Ini terlalu kuat!" kata Koakuma.
"Tapi...Aku tidak boleh mengecewakan Pachouli-san!" lanjutnya.
Koakuma pun berubah menjadi kelelawar kecil yang banyak sekali dan mencoba kabur dari kurungan itu. Namun monster itu langsung menembakan bola api ke arah kelelawar itu. Alhasil, Koakuma yang keluar terbakar namun masih bisa kembali ke wujudnya.
"Akh...Dia...Pintar..." kata Koakuma yang sudah terbaring di atas tanah.
Pakaiannya agak kehitam-hitaman dan dia sudah sulit untuk bangkit berdiri lagi.
"Koakuma, kerja bagus." kata Patchouli sambil mengeluarkan spellcardnya.
"Fire Water Sign "Phlogistic Pillar"!" katanya lagi.
Tiba-tiba dari buku yang Patchouli buka, keluar suatu bole energi berwarna biru dan merah. Lalu saat Patchouli menunjuk ke arah monster itu, energi itu pun langsung melompat ke tanah dan membentuk pilar-pilar besar yang sangat tinggi yang terbuat dari air yang berfondasikan api. Pilar-pilar itu muncul dan mengelilingi monster itu. Semakin lama, pilar-pilar itu menghimpitnya dan menghimpitnya. Namun sebuah sinar hitam dari batang yang berjubah hitam itu membuat monster itu mengeluarkan bola energi yang menghisap pilar-pilar itu ke dalam energi itu. Patchouli pun mengeluarkan spellcard berikutnya.
"Earth & Metal Sign "Emerald Megalith"!" katanya lagi sambil membuka bukunya.
Lalu dari bawah tahan di sekeliling monster itu munculah banyak batu emerald raksasa yang mengelilingi monster itu. Batu itu terus memanjang ke atas sampai saat batu itu mencapai puncaknya yang tertinggi, setinggi 10 kali tinggi Patchouli. Lalu batu itu pun jatuh dan bola energi berwarna hitam milik moster itu pun tak dapat menyerap batu itu. Monster itu pun terkubur dalam batu itu dan terbakar oleh api dan terhalangi oleh air dari pilar itu yang masih tersisa.
"Wa...Waaw..." kata Koakuma yang hanya bisa melihat dengan tercengang.
"Pa...Patchouli-san.... a...anda..." lanjut Koakuma, namun Patchouli sudah ada di atas tanah, terkapar.
"Pa...Patchouli-san!" kata Koakuma sambil berusaha berdiri dan berlari ke arah Patchouli.
"Patchouli-san! Anda baik-baik saja?!" kata Koakuma dengan khawatir.
"Guh...Aku... tidak apa-apa... Hanya sedikit capek... Sekarang bisakah kamu membawaku ke dekat monster itu?" kata Patchouli.
"Eee? Ke...Ke situ? Ba...Baiklah..." kata Koakuma ragu-ragu dengan apa yang diinginkan Patchouli.
Setelah dekat dengan monster yang sudah tidak berdaya itu, Patchouli pun mencoba untuk berjalan sendiri dan membuka bukunya kembali.
"Sun Wood Sign "Photosynthesis"!" katanya sambil mengacungkan spellcardnya.
Lalu dari langit yang berawan, terbukalah celah-celah yang memberikan sinar kuning kehijauan ke arah monster itu. Lalu awan di sekitar pun mendung dan turunlah hujan yang memadamkan api dari pilar itu. Lalu, air dari pilar itu pun menjadi air biasa yang tidak berwujud, menyatu dengan tanah. Lalu hujan itu pun berhenti, hanya sebentar berlangsung. Lalu batu-batu yang menimpa monster itu mulai bergerak dan monster itu kembali berdiri.
"Pa...Patchouli-san!" kata Koakuma yang hendak berlari menuju Patchouli.
Namun Patchouli hanya berdiri di dekat monster itu dan memandanginya dengan tenang. Monster itu yang awalnya memiliki batang berduri, daun yang kasar dan besar, bunga yang memiliki mulut yang dapat memakan siapapun dan apapun, berubah seketika ia terbangun dari batu-batu itu dan disinari oleh sinar itu. Duri yang ada di batangnya mesuk kembali ke dalam batang itu dan batang itu menjadi halus. Daun-daun yang kasar dan ada yang sobek menjadi daun yang halus dan besar-besar. Sementara bunga yang memiliki mulut yang besar itu berubah menjadi bunga yang cantik dan besar sekali. Bunga itu saking besarnya sehingga batangnya tidak dapat menyagganya dan mahkota bunga itu menyentuh tanah. Batang yang ditutupi jubah itu pun tidak keluar lagi dan masuk ke dalam tanah.
"Bunga mawar adalah bunga cantik namun berduri. Kadang....yang kamu mau...ada di tepat berduri..." kata Patchouli pelan sambil berjalan menuju ke dalam mahkota bunga itu.
Patchouli pun mengambil buku yang ada di atas putik dari bunga itu.
"Tanaman ini telah dimasuki oleh youkai dan telah memakan habis semua ilmu dalam buku-ini serta membunuh semua penyihir yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Oleh karena itu, jika kita bisa mendamaikan tanaman ini, mungkin kita akan mendapatkan buku ini. Buku yang bahkan di perpustakaan manapun tidak ada." kata Patchouli.
"Bu...buku apa itu?" tanya Koakuma.
Patchouli pun berbalik dan tersenyum kecil sambil menjawab pendek.
"Buku pengetahuan." katanya.
Lalu semua pun terdiam sebentar dan akhirnya Patchouli berbicara kepada Koakuma lagi.
"Sudahlah, sekarang, aku tidak cukup kuat untuk menaklukkan Astaroth, jadi lebih baik sekarang kita tinggalkan desa kosong ini dan menuju Jepang. Kita akan mencari mereka dahulu." kata Patchouli sambil memegang bahu Koakuma.
"Ba...Baik Patchouli-san!" kata Koakuma.
"Kamu masih ingat mantra teleportasimu?" tanya Patchouli.
"Umm...Iya...Mungkin...Tapi..." kata Koakuma, namun Patchouli memotongnya.
"Mari kita pergi ke Jepang kalau begitu." kata Patchouli.
Tatapan percayanya sudah dia lontarkan kepada Koakuma dan Koakuma pun menjadi malu. Pipinya berubah menjadi merah seperti tomat. Koakuma pun tertawa kecil.
"Ba...Baiklah. Ta...Tapi maafkan aku...Ka..Kalau salah... ya...?" kata Koakuma.
"Baik. Ayo, mari kita pergi." kata Patchouli.
Lalu Koakuma pun membaca mantra teleportasi dan sebuah lingkaran magis keluar dari kaki Koakuma dan membentuk lingkaran yang lebih besar. Kemudian cahaya dari pinggir lingkaran itu mulai muncul dan makin banyak cahaya, dan lingkaran itu pun tertutup cahaya beserta semua yang berada di atasnya. Lalu cahaya itu semakin redup dan semua yang ada di atasnya, yakni Koakuma dan Patchouli sudah hilang, meninggalkan bunga itu yang sudah mulai layu seraya meredupnya cahaya kuning kehijauan dari langit. Kini hanya angin sepoi-sepoi lah yang menemani bunga itu sampai akhir waktunya....
Tidak berapa lama barrier itu pecah dan monster itu berteriak. Koa kuma pun langsung melesat ke belakang moster itu dan menembakkan danmaku berbentuk lingkaran biru yang besar.
"Hey! Ke sini! kau moster besar!" teriak Koakuma.
Moncong dari monster itu pun menghadap ke Koakuma dan kembali berteriak. Lalu batang yang berjubah putih pun bersinar. Dari mulut monster itu pun menembakan sesuatu yang bercahaya putih seperti laser ke udara. Lalu tiba-tiba jatuh lagi cahaya yang berukuran lebih kecil namun tetap saja berbahaya ke arah Koakuma. Koakuma pun menghindar ke kiri dan ke kanan sampai ia akhirnya sadar bahwa sinar itu mengelilinginya.
"Ah! Tidak! Aku harus keluar!" kata Koakuma.
Namun saat Koakuma memegang sinar itu, tangannya seperti dibakar api. Saat dia menembak pun, sinar itu tidak retak sedikitpun.
"I...Ini terlalu kuat!" kata Koakuma.
"Tapi...Aku tidak boleh mengecewakan Pachouli-san!" lanjutnya.
Koakuma pun berubah menjadi kelelawar kecil yang banyak sekali dan mencoba kabur dari kurungan itu. Namun monster itu langsung menembakan bola api ke arah kelelawar itu. Alhasil, Koakuma yang keluar terbakar namun masih bisa kembali ke wujudnya.
"Akh...Dia...Pintar..." kata Koakuma yang sudah terbaring di atas tanah.
Pakaiannya agak kehitam-hitaman dan dia sudah sulit untuk bangkit berdiri lagi.
"Koakuma, kerja bagus." kata Patchouli sambil mengeluarkan spellcardnya.
"Fire Water Sign "Phlogistic Pillar"!" katanya lagi.
Tiba-tiba dari buku yang Patchouli buka, keluar suatu bole energi berwarna biru dan merah. Lalu saat Patchouli menunjuk ke arah monster itu, energi itu pun langsung melompat ke tanah dan membentuk pilar-pilar besar yang sangat tinggi yang terbuat dari air yang berfondasikan api. Pilar-pilar itu muncul dan mengelilingi monster itu. Semakin lama, pilar-pilar itu menghimpitnya dan menghimpitnya. Namun sebuah sinar hitam dari batang yang berjubah hitam itu membuat monster itu mengeluarkan bola energi yang menghisap pilar-pilar itu ke dalam energi itu. Patchouli pun mengeluarkan spellcard berikutnya.
"Earth & Metal Sign "Emerald Megalith"!" katanya lagi sambil membuka bukunya.
Lalu dari bawah tahan di sekeliling monster itu munculah banyak batu emerald raksasa yang mengelilingi monster itu. Batu itu terus memanjang ke atas sampai saat batu itu mencapai puncaknya yang tertinggi, setinggi 10 kali tinggi Patchouli. Lalu batu itu pun jatuh dan bola energi berwarna hitam milik moster itu pun tak dapat menyerap batu itu. Monster itu pun terkubur dalam batu itu dan terbakar oleh api dan terhalangi oleh air dari pilar itu yang masih tersisa.
"Wa...Waaw..." kata Koakuma yang hanya bisa melihat dengan tercengang.
"Pa...Patchouli-san.... a...anda..." lanjut Koakuma, namun Patchouli sudah ada di atas tanah, terkapar.
"Pa...Patchouli-san!" kata Koakuma sambil berusaha berdiri dan berlari ke arah Patchouli.
"Patchouli-san! Anda baik-baik saja?!" kata Koakuma dengan khawatir.
"Guh...Aku... tidak apa-apa... Hanya sedikit capek... Sekarang bisakah kamu membawaku ke dekat monster itu?" kata Patchouli.
"Eee? Ke...Ke situ? Ba...Baiklah..." kata Koakuma ragu-ragu dengan apa yang diinginkan Patchouli.
Setelah dekat dengan monster yang sudah tidak berdaya itu, Patchouli pun mencoba untuk berjalan sendiri dan membuka bukunya kembali.
"Sun Wood Sign "Photosynthesis"!" katanya sambil mengacungkan spellcardnya.
Lalu dari langit yang berawan, terbukalah celah-celah yang memberikan sinar kuning kehijauan ke arah monster itu. Lalu awan di sekitar pun mendung dan turunlah hujan yang memadamkan api dari pilar itu. Lalu, air dari pilar itu pun menjadi air biasa yang tidak berwujud, menyatu dengan tanah. Lalu hujan itu pun berhenti, hanya sebentar berlangsung. Lalu batu-batu yang menimpa monster itu mulai bergerak dan monster itu kembali berdiri.
"Pa...Patchouli-san!" kata Koakuma yang hendak berlari menuju Patchouli.
Namun Patchouli hanya berdiri di dekat monster itu dan memandanginya dengan tenang. Monster itu yang awalnya memiliki batang berduri, daun yang kasar dan besar, bunga yang memiliki mulut yang dapat memakan siapapun dan apapun, berubah seketika ia terbangun dari batu-batu itu dan disinari oleh sinar itu. Duri yang ada di batangnya mesuk kembali ke dalam batang itu dan batang itu menjadi halus. Daun-daun yang kasar dan ada yang sobek menjadi daun yang halus dan besar-besar. Sementara bunga yang memiliki mulut yang besar itu berubah menjadi bunga yang cantik dan besar sekali. Bunga itu saking besarnya sehingga batangnya tidak dapat menyagganya dan mahkota bunga itu menyentuh tanah. Batang yang ditutupi jubah itu pun tidak keluar lagi dan masuk ke dalam tanah.
"Bunga mawar adalah bunga cantik namun berduri. Kadang....yang kamu mau...ada di tepat berduri..." kata Patchouli pelan sambil berjalan menuju ke dalam mahkota bunga itu.
Patchouli pun mengambil buku yang ada di atas putik dari bunga itu.
"Tanaman ini telah dimasuki oleh youkai dan telah memakan habis semua ilmu dalam buku-ini serta membunuh semua penyihir yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Oleh karena itu, jika kita bisa mendamaikan tanaman ini, mungkin kita akan mendapatkan buku ini. Buku yang bahkan di perpustakaan manapun tidak ada." kata Patchouli.
"Bu...buku apa itu?" tanya Koakuma.
Patchouli pun berbalik dan tersenyum kecil sambil menjawab pendek.
"Buku pengetahuan." katanya.
Lalu semua pun terdiam sebentar dan akhirnya Patchouli berbicara kepada Koakuma lagi.
"Sudahlah, sekarang, aku tidak cukup kuat untuk menaklukkan Astaroth, jadi lebih baik sekarang kita tinggalkan desa kosong ini dan menuju Jepang. Kita akan mencari mereka dahulu." kata Patchouli sambil memegang bahu Koakuma.
"Ba...Baik Patchouli-san!" kata Koakuma.
"Kamu masih ingat mantra teleportasimu?" tanya Patchouli.
"Umm...Iya...Mungkin...Tapi..." kata Koakuma, namun Patchouli memotongnya.
"Mari kita pergi ke Jepang kalau begitu." kata Patchouli.
Tatapan percayanya sudah dia lontarkan kepada Koakuma dan Koakuma pun menjadi malu. Pipinya berubah menjadi merah seperti tomat. Koakuma pun tertawa kecil.
"Ba...Baiklah. Ta...Tapi maafkan aku...Ka..Kalau salah... ya...?" kata Koakuma.
"Baik. Ayo, mari kita pergi." kata Patchouli.
Lalu Koakuma pun membaca mantra teleportasi dan sebuah lingkaran magis keluar dari kaki Koakuma dan membentuk lingkaran yang lebih besar. Kemudian cahaya dari pinggir lingkaran itu mulai muncul dan makin banyak cahaya, dan lingkaran itu pun tertutup cahaya beserta semua yang berada di atasnya. Lalu cahaya itu semakin redup dan semua yang ada di atasnya, yakni Koakuma dan Patchouli sudah hilang, meninggalkan bunga itu yang sudah mulai layu seraya meredupnya cahaya kuning kehijauan dari langit. Kini hanya angin sepoi-sepoi lah yang menemani bunga itu sampai akhir waktunya....
0
Kutip
Balas